Gagasan itu muncul dalam benak Freddie ketika sebuah dealer mobil di Alabama kehilangan semua file pelanggan mereka.
Setelah sebuah tornado melanda daerah tersbut.
Untuk mencegah kejadian tersebut terulang kembali, Freddie pun membantu mereka untuk mencadangkan file mereka di server jarak jauh, yang ia kelola di halaman belakang rumahnya.
Namun, dari berbagai inovasi yang ia ciptakan, Freddie paling bangga dengan sebuah sepatu buatannya.
Yakni, sepatu yang ia buat secara khusus untuk ayahnya, Nathan, yang menderita penyakit Alzheimer.
Penyakit itu membuat Nathan kehilangan ingatannya secara perlahan.
Namun, di saat penyakitnya semakin parah dan ingatannya menjadi semakin buruk, Freddie datang memberikan sebuah hadiah.
Yakni, sepatu yang dilengkapi dengan seperangkat alat pelacak dan komunikator dua arah.
"Saya bisa mengangkat telepon dan berkata, 'Hei Ayah, kamu di mana?' dan dia tak perlu melakukan apa-apa.
Hanya perlu membungkuk dan berbicara ke sepatunya dan saya dapat melacak lokasinya," ujar Freddie seperti dikutip dari Inspire More.
• FAKTA-FAKTA Penangkapan Buronan FBI Menguak Prostitusi Anak di Jakarta, Muncikari Wanita 20 Tahun
"Program itu sangat sukses dan sebuah perusahaan dari Kansas menghubungi saya dan mereka membeli program itu seharga 2,2 juta USD (sekitar Rp 30 miliar)," jelasnya.
Freddie kemudian menggunakan uang itu untuk mendirikan Figgers Communications, sebuah perusahaan telekomunikasi yang kini bernilai lebih dari 62 juta USD (sekitar Rp 867 miliar).
Perusahaan tersebut merupakan satu-satunya perusahaan milik minoritas dari usaha sejenisnya di AS.
Freddie, sebagai pendiri dan CEO, telah menjadi berita utama dengan inovasi perusahaannya, yakni perangkat lunak anti-texting and driving.
Dia juga menciptakan sebuah ponsel yang dapat mengukur glukosa dalam darah secara wireless untuk para penderita diabetes.