Pindah ke Minneapolis, Floyd kemudian memiliki kekasih bernama Courteney Ross.
Melalui harian Star Tribune, Ross mengaku patah hati ketika mengetahui Floyd tewas di tangan polisi.
"Dia mencintai kota ini. Ia datang kemari (dari Houston) dan tinggal di sini demi orang-orang di sini dan kesempatan (di sini)," kata Ross.
2. George Floyd sempat masuk bui karena kasus perampokan
Floyd memiliki riwayat pernah dibui dan merupakan residivis berdasarkan dokumen di pengadilan.
Pada 2007 ia pernah didakwa karena keterlibatannya dalam upaya perampokan bersenjata dan masuk ke kediaman orang tanpa izin.
Setelah pengadilan kasusnya dan mengaku salah, ia masuk bui selama lima tahun pada 2009.
Setelah amsa tahannanya usai, ia memutuskan pinah ke Minneapolis.
Keterangan dari Harris, melalui harian The Guardian, ia pindah ke Minneapolis untuk memulai hidup baru.
Selama di Minneapolis, ia memiliki dua pekerjaan sebagai sopir truk dan petugas keamanan di restoran Amerika Latin bernama Conga Latin Bistro.
Namun Floyd harus dirumahkan karena adanya virus corona yang melanda.
Semasa hidup, Floyd terkenal sebagai sosok yang ramah di mata pelanggan restoran.
Dari laman Star Tribune, pada media sosial pribadinya, Jessi Zendejas menulis bahwa Floyd kerap memberikan pelukan hangat untuk pelanggan setia setiap datang ke restoran.
"Dia akan marah bila Anda tidak berhenti dan menyapanya karena sejujurnya ia suka bertemu dengan orang dan bahagia bila orang lain menikmati suasana (di restoran)," kata Zendejas.
3. Ditangkap polisi dengan dugaan membeli rokok dengan uang palsu
Mengutip BBC, Floyd ditangkap oleh polisi karena membeli rokok menggunakan uang palsu senilai 20 USD.
Polisi kemudian menahan Floyd karena laporan yang dibuat karyawan toko swalayan tempat ia membeli rokok.
Karyawan tersebut membuat laporan pada pukul 20.01 waktu setempat.
Menurut keterangan karyawan tersebut, ia telah meminta Floyd untuk mengembalikan rokoknya, namun Floyd menolaknya.
Selain itu, karyawan swalayan tersebut melaporkan bahwa Floyd diduga dalam pengaruh alkohol dan tak bisa mengendalikan dirinya sendiri.
Pada pukul 20.08 polisi menghampiri Floyd yang tengah duduk di tempat parkir bersama dua orang lainnya.
Salah satu polisi bernama Thomas Lane tiba-tiba mengeluarkan senjata dan memerintah Floyd untuk angkat tangan.
Jaksa penuntut umum tak menjelaskan alasan Lane mengapa tiba-tiba mengeluarkan senjatanya.
Jasa penuntut umum mengatakan,"Petugas polisi Lane mengatakan tangannya di atas Floyd dan kemudian menariknya keluar dari mobil. Kemudian, Floyd menolak untuk diborgol."
Selain itu, menurut jaksa, George Floyd terlihat patuh usai tangannya diborgol polisi.
4. George Floyd dan Derek Chauvin sempat bekerja di tempat yang sama
Ada hal yang menarik dari kasus yang melibatkan polisi dan George Floyd ini.
Floyd dan Chauvin pernah bekerja di satu tempat yang sama di Bar El Nuevo Rodeo.
Mereka bekerja sebagai petugas keamanan di sana.
Maya Santamaria, mantan pemilik bar mengatakan Chauvin bekerja sebagai tugas keamanan ketika ia sedang tak bertugas di kepolisian.
Santamaria menduga meski bekerja di tempat yang sama namun keduanya tak saling kenal.
Akan tetapi, bisa saja keduanya sempat bekerja di waktu yang sama.
5. Derek Chauvin mendapat dua dakwaan pembunuhan
Pelaku pembunuh Floyd, Chauvin tak hanya dipecat dari kesatuan kepolisian.
Ia juga ditangkap karena menghilangkan nyawa orang lain.
Chauvin didakwa dengan dua dakwaan pembunuhan yang pertama pembunuhan tingkat tiga dan tingkat dua.
Namun menurut Benjamin Crump selaku kuasa hukum keluarga Floyd, dakwaan yang dijatuhkan pada pelaku masih terlalu ringan.
Kemudian ia meminta kepada jaksa agar mengubah isi dakwaan tersebut.
Menurut analis hukum CNN yang pernah menjadi asisten jakda di Distrik Columbia, bila melihat dari dakwaan yang telah ditetapkan, maka tugas terberat jaksa yakni membuktikan apakah sejak awal pelaku telah memiliki niat untuk membunuh Floyd.
Semakin tinggi dakwaan hukum terhadap seseorang diperlukan pembuktian bahwa sejak awal orang etrsebut sudah berencana melakukan pembunuhan.
"Bila Anda melihat dari sudut pandang seorang jaksa, maka melihat fakta bahwa (pelaku) seorang petugas kepolisian.
"Maka, bisa saja ini dinyatakan sebagai aksi yang masuk akal untuk dilakukan oleh seorang polisi atau bisa saja ketika ia bangun di pagi hari atau usai berinteraksi dengan Floyd sehingga mengakibatkan kematiannya," ujar analis hukum tersebut. (TribunStyle.com/Nafis,Kompas.com/Bill Clinten)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hacker "Murka" Pasca Kematian George Floyd"