Sebelumnya, warga sudah merasa 'kecolongan' mengingat petugas sebelumnya tidak meminta izin kepada warga akan adanya pemakaman jenazah positif virus corona.
Ia juga membagikan kronologi kejadian, di mana pemakaman dilakukan bukan di area pemakaman, melainkan di kebun.
Sementara kebun tersebut lokasinya berdekatan dengan sumber mata air dan pekarangan warga.
Pemakaman pun dilakukan malam hari ketika listrik di desa itu padam.
Warga yang mengetahui hal itu, berkumpul dan menggelar demonstrasi.
Bupati Banyumas malam itu sampai turun tangan.
Akhirnya makam itu dibongkar keesokan harinya.
"Banyak yang menyalahkan tindakan warga yang demo. Logikanya saja, mereka diam diam memakamkan jenazah pada saat desa itu listrik lagi padam, tanpa izin pula, apa tidak geram?" tulis Cella.
Warga yang sudah terlanjur merasa kesal karena petugas memakamkan jenazah tanpa izin di tengah kewaspadaan mereka terhadap virus corona akhirnya menjadi-jadi.
Perlu Edukasi tentang Proses Pemakaman Jenazah yang Terjangkit Virus Corona
Fenomena penolakan warga terhadap pemakaman jenazah yang terinfeksi virus corona terus menjadi sorotan.
Husein pun menegaskan, pihaknya akan menggandeng ahli untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat soal jenazah yang terinfeksi virus.
"Ini masyarakat yang belum tahu, akan berdiskusi dengan pakar tentang itu kemudian disampaikan kepada masyarakat bahwa virus itu di dalam jenazah, begitu masuk tanah maka virusnya juga mati. Tidak akan kemudian berkembang biak dan menjalar itu tidak, mungkin itu yang kemudian masyarakat belum mengerti," jelas Husein sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, juga angkat bicara soal masalah tersebut yang terjadi di sejumlah daerah.
Dirinya mengingatkan, keluarga duka seharusnya justru mendapatkan dukungan, bukan penolakan.