"Itu untuk melindungi mereka terkontaminasi virus dari kami,” ujar ST.
Siang itu ST duduk sejajar paling kanan dengan kakak dan ibunya di teras rumah.
Dalam kurun waktu satu hari, ST menjelaskan ada empat perawat yang masuk ke ruangan untuk melayaninya.
“Harga APD itu mahal dan terus naik ya. Nah perawat masuk empat kali dalam sehari, kadang lima kali kalau saya lagi panic attack," ucap ST.
"Dokter masuk sekali sehari, kemudian cleaning service pagi, sore, dan malam."
"Nah hitung dah tuh berapa kali APD nya berapa ratus ribu."
“Mereka itu harus ganti APD setiap dari ruangan ke ruangan."
"Contoh misalnya habis dari ruangan aku ke ruangan ibu, itu dia lepas APD dan langsung disemprot disinfektan."
"Pakai APD baru lagi setelah itu ke kamar ibu,” ST menambahkan.
ST tak melihat raut wajah ketakutan dari wajah tenaga medis yang melayani dirinya, RA dan ibundanya MD.
Bahkan, ST menuturkan ada seorang dokter sampai duduk di sebelahnya di atas kasur yang sama.
Di sana sang dokter mendengarkan segala keluh kesah ST dan terus memotivasinya untuk sembuh.
“Mereka itu enggak ada takut-takutnya, bahkan sampai ada ya satu dokter duduk di sebelah kita satu kasur."
Ia sempat kaget karena sang dokter memastikan dirinya tidak takut terhadap pasien corona yang menjalani perawatan.
Senada dengan ST, MD mengaku mendapat energi sangat positif selama dirawat di RSPI Sulianti Saroso.