Virus Corona

Setelah Masker, Kini Kondom Ludes Diborong Gegara Virus Corona, Bukan Buat Hubungan Badan, Tapi Ini

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi kondom

TRIBUNSTYLE.COM - Setelah masker ludes di pasaran, kini giliran kondom ikut-ikutan diserbu pembeli, sampai jadi barang langka baru di pasaran.

Tapi, ternyata ramai diborong itu bukan untuk keamanan berhubungan badan. Terungkap fakta baru, mendesaknya kebutuhan kondom untuk kebutuhan baru, selain hubungan badan, tapi masih terkait virus corona.

Lalu buat apa? Ikuti penelusurannya ....

Masker dan kondom merupakan benda paling laris dan banyak diburu akibat wabah virus corona.

Masker memang menjadi benda paling laris diburu karena diyakini bisa mencegah tertular virus corona.

Selain itu, kondom juga ternyata sangat laris diburu sama seperti masker.

Menurut Daily Mirror pada Rabu (4/3/2020), kondom laris diburu karena diyakini bisa melindungi orang-orang dari virus corona.
Kondom dengan berbagai fungsinya, selain buat berhubungan badan (Brighside)

Strategi ini tampaknya sama populernya dengan menggunakan masker, dan saat ini beberapa negara melaporkan bahwa kondom semakin langka.

Foto-foto yang beredar di medis sosial, menunjukkan rak kondom di beberapa toko di Australia dan Singapura kosong karena banyak yang membelinya.

Seorang pengguna Facebook bernama Thanh Thai berbagi sebuah foto kepada Daily Mail, dengan sebuah rak kondom yang kosong.

Kemudian dia menulis keterangan,"Adakah yang bisa memberi tahu saya apa yang terjadi?" 

Lalu, dua orang rekannya memberi tahu bahwa saat ini sedang viral orang-orang membeli kondom setelah wabah virus corona merebak.

Ilustrasi (ParentMap)

Mereka menggunakan kondom untuk diletakkan di jari tangan mereka untuk menghindari virus corona.

"Ada beberapa trik bodoh, yang memberi tahu orang-orang untuk meletakkan kondom di jari mereka, gunanya supaya aman ketika menekan tombil lift, dll," katanya.

Lainnya menambahkan bahwa trik itu cukup konyol, dan membuatnya viral di Twitter.

Di Twitter orang-orang membagikan foto orang-orang yang benar-benar menggunakan kondom di jari mereka.

"Kondom di Singapura terjual habis di tengah ketakutan virus corona," kata laporan itu.

"Sejak Singapura terinfeksi virus corona, orang-orang menggunakan kondom untuk perlindungan ketika menyentuh tombol lift di apartemen mereka dan bangunan lain," jelasnya.

Kemudian, pengguna Twitter lain menjelaskan, "Karena virus corona, supermarket sepi, sementara orang-orang lebih suka di rumah karena takut keluar." 

Jari dibalut kondom sebelum pencet tombol lift dianggap lebih aman dari virus corona (Istimewa)

"Tapi di supermarket, ada satu rak yang benar-benar kosong, rak itu adalah tempat kondom," jelasnya.

Seperti halnya kondom, benda-benda lain juga laris manis terjual karena virus corona.

Misalnya, kertas toilet, sabun, pembersih tangan, dan masker, semua itu adalah dampak dari wabah COVID-19 yang melonjak akhir-akhir ini.

Anggota staf medis membawa seorang pasien ke rumah sakit Jinyintan, di mana pasien yang terinfeksi oleh virus mirip SARS (virus corona) sedang dirawat, di Wuhan, Hubei, China (18/1/2020) (kiri), restoran Amigos (kanan) (STR-AFP/Instagram @amigosjakarta)

Bahkan beberapa benda, seperti masker dan sanitiser harganya melonjak drastis karena kebutuhan yang tinggi.

Sementara di Indonesia, ada sanksi hukum bagi siapa saja yang nekat menimbun masker.

Bahkan, setelah dilaporkan virus corona telah masuk ke Indonesia, sejumlah orang ramai-ramai memborong bahan kebutuhan pokok di supermarket.

Ada yang membeli bahan sembako, hingga kebutuhan untuk mencegah penularan virus corona, seperti sabun dan masker.

SUMBER: https://intisari.grid.id/read/032049839/seperti-masker-kondom-juga-menjadi-benda-paling-laris-diburu-akibat-wabah-virus-corona-banyak-negara-kehabisan-kondom-tapi-bukan-untuk-berhubungan-intim-melaink?page=all

Viral pasien virus corona bocorkan gambar dan suasana ruang isolasi serta perlakuan petugas medis padanya. (BBC)

VIRAL Pasien Virus Corona Bocorkan Gambar-gambar Ruang Isolasi dan Perlakuan Petugas, Curhat Lelah

TRIBUNSTYLE.COM -  Bagaimana rasanya diisolasi dari kehidupan bebas, menjadi pasien virus corona yang terkungkung dalam ruangan yang amat steril dan jauh dari interaksi sosial?

Seorang pasien virus corona curhat melewati hari-hari sangat melelahkan di ruang isolasi perawatan virus corona atau Covid-19.

Ia merasa kamar serasa bak berputar karena pusing. 

Ia masih boleh pakai ponsel bahkan videocall dengan orang-orang di luar ruang isolasi, namun sedikit pun tak boleh berinteraksi langsung, termasuk dengan keluarganya, apalagi bersentuhan fisik. 

Simak selengkapnya di bagian akhir artikel ini. 

Yang pasti virus corona telah menyebar hingga ke berbagai negara di dunia.

Menurut thewuhanvirus.com, Covid-19 telah menginfeksi 91.316 orang di 77 negara di dunia dan 706 penumpang kapal pesiar Diamond Princess, per Selasa (3/3/2020) sore.

Salah satu negara yang turut terjangkit virus asal Wuhan China, itu adalah Singapura.

Di Singapura, 108 orang telah terinfeksi virus corona.

78 orang dilaporkan telah sembuh.

• Curiga Orang di Dekatmu Kena Virus Corona? Ini 5 Ciri Orang Kena Covid-19 dan 11 Jurus Pencegahannya

• VIRAL Chat WhatsApp Diduga Pasien Virus Corona Asal Depok, Berisi Permintaan Maaf & Keinginan Pilu

Data terbaru virus Corona, per Selasa (03/03/2020). (thewuhanvirus.com)

Satu di antaranya adalah Julie.

Dalam video yang diunggah BBC.com, wanita 53 tahun itu menceritakan awal mula dirinya dinyatakan positif corona.

Julie mengungkapkan, dia sempat terkena demam pada 3 Februari 2020.

Kala itu, suhu tubuhnya mencapai 38,2-38,5 derajat Celcius.

Lantas, ia meminum obat penurun panas.

Julie tak berpikiran apa pun.

Dia merasa sedikit lelah.

Wanita asal Singapura itu pun mengingat, dirinya sempat tidur seharian untuk memulihkan kesehatan.

Kemudian, demamnya pun hilang.

"Di sisa minggu, aku baik-baik saja," kata Julie.

"Aku tidak mengalami apa-apa, bahkan pilek atau batuk sekalipun," imbuhnya.

Julie, seorang warga Singapura yang telah sembuh dari virus Corona, menceritakan pengalamannya, mulai dari mengalami gejala hingga dinyatakan sembuh. (BBC)

Namun, pada 7 Februari 2020, Julie terbangun pagi-pagi sekali.

Dia merasa seolah kamarnya berputar.

Keesokan harinya, Julie didiagnosis positif terjangkit Covid-19.

Julie ditempatkan di ruang isolasi.

Saat menjalani perawatan, ia juga sempat mendokumentasikan perkembangannya di dalam ruang isolasi.

Julie menceritakan, ruang isolasi yang dia tempati seperti ruangan pada umumnya.

Ruangan memiliki empat dinding dengan sebuah pintu.

Makanannya pun ditempatkan di dalam kotak tembus pandang khusus yang aman dan steril.

Begitu pula dengan obat-obatan, pakaian, dan handuk yang ia terima.

Makanan, pakaian, obat, hingga handuk yang diterima Julie selama isolasi dilindungi oleh sistem pengamanan yang steril. (BBC)

Selain itu, Julie juga menjelaskan bagaimana interaksi yang dia hadapi di ruang isolasi.

Julie menyebut, dirinya diperbolehkan untuk menggunakan ponsel, baik untuk mengirim pesan maupun video call.

Namun, dia tidak melakukan kontak langsung dengan manusia.

"Aku hampir merasa seperti ingin mengetuk dinding dan berbicara dengan pasien di ruangan sebelah, hanya untuk ngobrol dengan manusia," ujar Julie.

Perjuangannya tak hanya sampai di situ.

Julie juga sempat mengalami masa kritis.

"Satu hal sulit yang aku hadapi adalah bernapas," ungkapnya.

"Paru-paruku menjadi sesak, benar-benar berusaha untuk bernapas," sambung Julie.

Ketika masa kritis, hari-harinya seketika berubah.

Dia bahkan tidak sadar bagaimana dirinya berusaha bernapas.

"Itu sangat melelahkan, mencoba bangun dari ranjang ke kamar mandi sekitar lima meter," ucapnya.

"Hanya berjalan ke kamar mandi saja butuh perjuangan," imbuh Julie.

Jalan dari ranjang ke kamar mandi membutuhkan perjuangan bagi Julie. (BBC)

Kala itu, yang Julie rasakan hanyalah tidak mampu berjalan lama-lama.

Sebab, untuk bernapas pun dia tersengal-sengal.

Jika Julie lelah, ia segera duduk.

"Itu adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi padaku sebelumnya," kata Julie.

Setelah sembilan hari dirawat, Julie dinyatakan sembuh.

Ia pun diperbolehkan dokter untuk pulang.

"Aku hanya berpikir bahwa ini adalah flu yang sedang menjadi pusat perhatian dunia," ucapnya.

"Orang-orang khawatir karena mereka tidak tahu apa pun saat itu, mereka hanya tahu sedikit saja (tentang virus corona)," tambah Julie.

Di akhir video, Julie berpesan bahwa ketakutan seseorang justru melahirkan banyak ketidaktahuan dan prasangka.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)