Ia ditugaskan untuk menyusun perencanaan anggaran.
Bahkan, Mubarok yang dulunya hanya sebagai staf biasa, bisa menjadi ketua tim admin perencanaan anggaran.
Namun, setelah tahu seluk beluk perencaan anggaran, Mubarok justru merasa memikul beban yang berat.
Ia merasa takut untuk mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya di akhirat kelak.
"Semakin banyak tahu tentang seluk beluk perencanaan anggaran harusnya buat diri ini semakin kaya akan pengalaman.
"Tapi yg saya rasakan malah buat diri ini semakin takut, Antara hati dan pikiran gak sejalan, takut akan pertanggungjawabannya," tulis Mubarok.
Pria asal Bantul, Yogyakarta ini juga merasa mengemban amanah dari masyarakat yang begitu besar.
"Pekerjaan sbg ASN adalah amanah yg sangat besar, digaji oleh rakyat, ada sumpah yg diucapkan ketika awal menjabat," lanjutnya.
Mubarok merasa sistem yang dijalankan saat ini justru bertentangan dengan amanah rakyat.
"Dengan sistem yg ada rasanya berat sekali tugas ini bisa dijalankan dng benar dan penuh amanah sesuai sumpah yg pernah diucap," tulis Mubarok.
Mubarok mengelak dirinya menjadi sok suci, melainkan ia merasa tak bisa memikul pertanggungjawaban di akhirat, ketika dirinya masih menjabat sebagai ASN.
"Keputusan ini bukanlah keputusan yg mudah, hidup ini pilihan, setiap pilihan ada konsekuensinya, saya memilih mundur, bukan untuk menjadi sok suci.
"Karena ketika nanti waktunya tiba, saya sendiri yg harus mempertanggungjawabkan apa yg saya perbuat, apa yg saya lihat, apa yg saya dengar, dan apa yg saya rasakan," tandasnya.
Mubarok sama sekali tak terbuai dengan tunjangan hari tua yang akan didapatkannya, jika menjadi seorang ASN.
Setelah melepas jabatannya sebagai ASN, Mubarok lebih memilih mengembangkan usahanya di bidang hiasan dinding.