Tradisi turun temurun ini diselenggarakan setahun sekali pada bulan Muharam (Sura) tepatnya pada malam bulan purnama tanggal 15 Suro.
Yang menarik pada pelaksanaan upacara Wahyu kliyu, tidak ada nasi tumpeng beserta lauk pauk seperti lazimnya pada acara selamatan.
Nasi tumpeng diganti dengan “apem” yaitu semacam kue yang dibuat dari bahan tepung beras.
Apem yang berbentuk bulat tersebut mengandung makna sebagai lambang pengayoman, peneduh dan penyejuk.
Tiap rumah menyajikan apem sejumlah 344 buah.
Setelah selesai rangkaian acara doa, apem dibagi lagi kepada seluruh warga.
4. Mendaki Gunung Lawu
• Tahun Baru Islam 1441 H - Inilah Keistimewaan Bulan Muharram & Amalan yang Dianjurkan
Mendaki Gunung Lawu yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah satu tradisi yang dilakukan sebagian warga untuk Tahun Baru Islam.
Biasanya jelang malam 1 Suro, banyak pendaki atau warga yang memadati pintu masuk Gunung Lawu, baik dari Cemoro Sewu, Cemoro Kandang, maupun Candi Cetho.
Selain untuk menggapai puncaknya, warga juga melakukan ritual di Gunung Lawu.
Gunung dengan ketinggian 3.265 mdpl itu dipercaya sebagian masyarakat Jawa sebagai tempat suci yang sakra dan punya daya magis yang tinggi.
Sehingga dipandang sebagai tempat yang tepat untuk merenung, berdiam diri, beritikaf dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta bagi siapapun yang memercayainya.
5. Tradisi Mubeng Beteng - Keraton Yogyakarta
• Niat & Tata Cara Puasa Asyura Sambut Tahun Baru Islam 1441 H, Dilaksanakan pada 10 Muharram
Tradisi Mubeng Beteng merupakan simbol refleksi dan instropeksi diri orang Jawa pada malam 1 Suro Tahun Baru Islam.
Tradisi Mubeng Beteng dilakukan oleh ratusan abdi dalem mengelilingi Keraton Yogyakarta dan diikuti oleh warga.
Selama mengelilingi benteng, mereka harus melakukan tapa bisu (tidak berbicara atau bersuara) serta tidak makan, minum, atau merokok.
Dalam mengelilingi benteng, jarak yang ditempuh mencapai lima kilometer. (TribunStyle/Listusista)
Yuk Subscribe Channel YouTube TribunStyle :
Like Facebook TribunStyle.com :