Korban harusnya berusaha bergerak sesedikit mungkin alias diimobilisasi dan dibawa ke rumah sakit setelah mengalami gigitan.
Tindakan menangkap ular dan memainkannya turut berkontribusi pada kegagalan penanganan.
"Bisa dibayangkan gerakan sangat aktif saat menangkap dan memainkan ular. Itu mempercepat penyebaran bisa," kata Amir.
Tri menuturkan bahwa meskipun antibisa ular tidak tersedia, Iskandar sebenarnya tetap berpotensi besar untuk selamat.
"Kita tidak selalu membutuhkan antibisa ular. Bisa ular dapoat dilokalisasi dengan imobilisasi selama 24-48 jam," kata Tri.
Kasus gigitan ular, kata Tri, membutuhkan perhatian. Jumlah kasusnya hingga 135.000 per tahun, bersaing dengan HIV/AIDS dan kanker.
"Ïni tandanya gigitan ular ini adalah penyakit yang harus diberi perhatian," katanya. "Perlu edukasi tentang penanganan pertama yang tepat di sekolah, masyarakat, dan rumah sakit."
(Kompas.com)
Guru Wanita Nekat Tangkap Ular Piton dengan Tangan Kosong Karena Khawatir Siswanya Terancam
Guru matematika bernama Putu Ayu ini nekad menangkap ular sepanjang 2 meter tersebut dengan tangan kosong karena khawatir menyerang siswanya.
Seorang guru wanita di SMPN 5 Tobadakan, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, bergulat menangkap ular piton yang masuk ke dalam sekolah saat siswanya tengah belajar di kelas.
Ayu mengatakan, saat itu suasana belajar yang semula tenang tiba-tiba kacau saat semua siswa tahu ada ular piton kembali masuk ke sekolah mereka.
Ular piton masuk ke sekolah saat siswa belajar adalah yang kesekian kalinya hingga para guru di sekolah ini resah.
Melihat murid-muridnya histeris, Ayu tanpa pikir panjang menangkap piton dengan tangan kosong.
• Sudah 3 Kali Rumahnya Diserang, Menteri Susi Beri Respon Santai, Enggak Ngurus
Namun, penangkapan ular bukan tanpa perlawanan.