Mitos dan Legenda Gunung Tangkuban Parahu yang Sedang Erupsi Dibanding Fakta Penjelasan Vulkanolog

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Erupsi Gunung Tangkuban Parahu 26 Juli 2019

Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang mendadak menghilang di Gunung Putri dan berubah menjadi setangkai bunga Jaksi.

Sangkuriang terus berlari, setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan Ujung Berung, ia menghilang ke alam gaib

Perahu yang ditendang hingga terbang melayang itu terjatuh terbalik dimitoskan menjadi Gunung Tangkuban Parahu.

Bachtiar mengatakan bahwa legenda itu diciptakan oleh orang selatan karena hanya dari wilayah selatan (lembang), Gunung Tangkuban Parahu terlihat seperti perahu yang terbalik.

“Jadi yang menciptakan legenda itu (Tangkuban Parahu), ya, pasti orang selatan,” pungkasnya.

Catatan dari ahli...

Kepulan asap keluar dari Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (23/7/2019). Berdasarkan hasil rekaman seismograf pos pengamatan PVMBG Tangkuban Parahu mencatat, pada 21 Juli 2019 terpantau terjadi 425 kali gempa hembusan Gunung Tangkuban Parahu serta kegempaan tremor harmonik berjumlah dua kali dengan amplitudo 1.5-2 mm serta durasi 44-45 detik. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/pd.(ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)

Gunung Tangkuban Parahu erupsi pada Jumat (26/07/2019). Letusan gunung yang terletak di Jawa Barat itu terjadi pukul 15.48 WIB.

Dikutip dari Kompas.com, Jumat (26/7/2019), erupsi Jumat sore itu seolah terjadi tiba-tiba sehingga mengagetkan masyarakat. Meski begitu ahli vulkanologi Surono mencatat sejumlah hal lain.

"Alam itu setiap akan ada kejadian, ada tanda-tandanya," ungkap Surono melalui sambungan telepon.

"Banyak hal tanda-tanda alam yang dapat diamati, termasuk juga kalau akan ada letusan gunung api. Masyarakat bilang hewan akan turun dari puncak, kan itu semua tanda-tanda," imbuhnya.

Menurutnya, tanda-tanda inilah yang membuat gunung api dipantau.

Badan yang bertanggung jawab atas gunung api akan memantau dan mengamati bagaimana perilaku gunung agar bisa menentukan aktivitas yang terjadi.

"Terakhir saya tangani 2013. Itu nggak normal juga," ujar Surono.

"Walaupun, saya sering tidak akur dengan pengelola wisata di situ. Tapi bagi saya tidak masalah, (karena) lebih baik kita sedia payung saat langit terlihat mendung," tambahnya menganalogikan keadaan Tangkuban Parahu.

Baginya, tanda-tanda letusan gunung itu seperti awan yang terlihat mendung.

Halaman
1234