Goncangan gempa tersebut diduga juga memicu peningkatan aktivitas Gunung Soputan.
4. Peningkatan Aktivitas Sejak Agustus
PVMBG mencatat aktivitas kegempaan Gunung Soputan mulai meningkat sejak Agustus 2018.
"Pemantauan secara visual dengan kamera termal pada malam hari menunjukan adanya citra panas di puncak Gunung Soputan yang mengindikasikan adanya lava bertemperatur tinggi," jelas Kasbani, dikutip TribunStyle.com dari TribunJabar.
Kemudian, ujar dia, kegempaan vulkanik mulai mengalami peningkatan pada bulan September 2018 dari sekitar dua gempa per hari menjadi 101 gempa per hari pada 2 Oktober 2018.
Pada rentang waktu yang sama, aktivitas embusan mengalami peningkatan dari sekira 2-6 kejadian per hari menjadi 851 kejadian per hari pada 2 Oktober 2018.
"Aktivitas Guguran Lava mengalami peningkatan secara perlahan mulai pertengahan Juli 2018 hingga akhir Agustus 2018 dari sekitar 3 kejadian per hari menjadi sekitar 16 kejadian per hari.
Namun sejak September 2018 hingga 2 Oktober 2018, jumlah Guguran Lava mengalami peningkatan yang lebih signifikan dari sekitar 16 kejadian per hari menjadi 193 kejadian per hari," ujar Kasbani
5. Anjuran untuk Masyarakat
Masyarakat di sekitar Gunung Soputan dianjurkan untuk menyiapkan masker penutup hidung dan mulut.
Ini guna mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.
Selain potensi ancaman aliran lahar, yang juga harus diwaspadai warga adalah material erupsi yang rentan terbawa oleh arus air, terutama pada sungai -sungai yang berhulu di sekitar lereng Gunung Soputan.
• Terdampak Gempa dan Tsunami, Bagaimana Nasib Pendaftaran CPNS 2018 di Wilayah Sulawesi Tengah?
Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Ranowangko, Sungai Lawian, Sungai Popang, dan Londola Kelewahu.
"Masyarakat untuk tetap tenang. Ikuti semua rekomendasi PVMBG.
Pos pengamatan Gunung Soputan terus memantau aktivitas vulkanik. Masyarakat belum perlu mengungsi karena masih aman. Di dalam radius 4 km tidak ada permukiman. Jadi masih aman," terang Sutopo.