TRIBUNSTYLE.COM - Setelah adanya letusan freatik yang terjadi Selasa (23/5/2018), status aktivitas Gunung Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada.
Akibatnya, sejumlah warga sekitar yang panik dan trauma akan letusan di masa lalu pun memilih untuk mengungsi.
Namun, dalam jumpa pers yang diadakan oleh perwakilan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), pantauan TribunStyle.com dari Twitter @BPPTKG menuturkan jika status sebenarnya sudah bisa diturunkan, tapi perlu waktu.
"Tremor yang menyebabkan naiknya status sebenarnya sudah tidak ada, tapi untuk penurunan status perlu waktu," terang perwakilan BPPTKG.
• Tercatat Sejumlah Gempa saat Erupsi Freatik Gunung Merapi Rabu Pagi, Masyarakat Diimbau Tak Panik
Meskipun demikian, ia menegaskan jika masyarakat di sekitar tetap diminta meningkatkan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi potensi bahaya.
Letusan freatik ini merupakan yang kesekian kali terjadi dalam satu bulan terakhir.
"Aktivitas freatik sebenarnya adalah tanda-tanda.
Bagaimana perkembangannya diikuti saja.
Masyarakat diimbau untuk tidak panik," jelas perwakilan BPPTKG.
• Dampak Letusan Freatik Gunung Merapi Rabu Pagi, Hujan Abu Landa Kabupaten Magelang hingga Borobudur
Ia menegaskan, jika letusan freatik tidak membahayakan penduduk di luar radius 3 km.
"Radius bahaya yang harus diwaspadai adalah 3 km.
Di luar radius 3 km, memang dapat terdampak abu, tapi tidak membahayakan jiwa," lanjutnya.
Letusan freatik yang kembali terjadi di Gunung Merapi, Yogyakarta, Rabu (23/5/2018) dini hari pun mencatat adanya beberapa gempa.
"Hari ini pukul 6, tercatat adanya gempa vulkanik satu kali, dan dua kali gempa volkano tektonik yang tergolong dangkal," demikian pernyataan press release yang dipantau oleh TribunStyle.com dari akun Twitter @BPPTKG, Rabu (23/5/2018).
Seperti dikabarkan sebelumnya, erupsi freatik Gunung Merapi kembali terjadi Rabu (23/5/2018) dini hari.