Breaking News:

Berita Viral

Kisah Pria Pengidap Cerebral Palsy Lulus S2 Universitas Harvard, Dulu Sering Dibully Kini Sukses

Kisah seorang pria di China penderita cerebral palsy yang sukses raih gelar master di Universitas Harvard berkat dukungan penuh dari sang ibu.

scmp.com/ifeng.com
LULUS S2 HARVARD - Kisah pria penyandang cerebral palsy lulus S2 dari Universitas Harvard berkat dukungan sang ibu. 

TRIBUNSTYLE.COM - Viral kisah mengharukan seorang pria di China penyandang cerebral palsy berhasil menyelesaikan pendidikan di dua universitas ternama yakni Peking dan Harvard. 

Dilansir dari South China Morning Post, pria Bernama Ding Zheng (37) itu tingal bersama ibunya Zou Hongyan (62) di Provinsi Hubei di China tengah. Kisah perjuangan mereka telah menyentuh hati jutaan orang di internet.

Zou menceritakan bahwa Ding mengalami cerebral palsy akibat kesalahan medis saat proses kelahiran pada tahun 1988.

Dalam kondisi kritis saat lahir, seorang dokter—bersama ayah Ding—menyarankan agar Zou menyerah dan tidak melanjutkan perawatan. 

“Saya ibunya. Saya merawatnya dengan sangat baik saat saya hamil. Saya tidak akan pernah menyerah,” kenang Zou.

Seiring waktu, Zou menyadari bahwa putranya mengalami hemiparesis—kesulitan menggerakkan sisi kiri tubuhnya. Namun kecerdasan Ding tak terganggu. Ia justru menunjukkan prestasi akademik yang gemilang sejak dini.

Baca juga: Kisah Haru Penyanyi Asal Taiwan Rela Jadi Botak Demi Semangati Ayah yang Sakit Keras, Banjir Pujian

Kisah pria penyandang cerebral palsy lulus S2 dari Universitas Harvard berkat dukungan sang ibu.
LULUS S2 HARVARD - Kisah pria penyandang cerebral palsy lulus S2 dari Universitas Harvard berkat dukungan sang ibu. (scmp.com)

Sebagai seorang dosen perguruan tinggi, Zou tidak hanya mendukung secara emosional tetapi juga aktif melatih fisik anaknya di rumah.

Salah satu upayanya adalah melatih Ding selama satu tahun penuh agar bisa menggunakan sumpit. 

Zou bahkan melarang penggunaan sendok, agar kelak anaknya tidak perlu menjelaskan kondisi disabilitasnya kepada orang lain.

Meski menyaksikan anaknya kesakitan selama rehabilitasi, Zou menahan air mata. Ia percaya, “kalau saya menangis, anak saya pasti lebih keras menangisnya.”

Dengan penghasilan hanya 100 yuan per bulan, Zou Hongyan menghadapi tantangan luar biasa untuk membiayai terapi rehabilitasi Ding, yang menghabiskan 5 yuan setiap dua hari. 

Untuk menutupi kebutuhan hidup dan pengobatan anaknya, Zou mengambil pekerjaan tambahan sebagai guru kelas etiket paruh waktu dan juga menjual asuransi.

Pada tahun 1998, kerja keras dan dedikasinya membuahkan hasil. Zou terpilih sebagai wakil lokal di Kongres Rakyat Nasional, menjadikannya politisi di siang hari dan penjual asuransi di malam hari.

Zou juga mengambil keputusan besar dalam hidupnya yakni menceraikan ayah Ding saat putranya berusia 10 tahun. 

Ayah Ding kerap mendiskriminasi dan mengabaikan anaknya. Meski begitu, nenek dari pihak ayah justru memilih tinggal bersama mereka setelah perceraian.

Halaman
12
Sumber: TribunStyle.com
Tags:
cerebral palsyUniversitas HarvardChina
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved