Breaking News:

Tips Sehat

Siapa Sangka? Pola Hidup Sehat Berlebihan Hampir Membahayakan Nyawa Saya

Terlalu obsesif menjalani hidup sehat bisa berbahaya! Simak kisah nyata bagaimana pola hidup sehat berlebihan justru hampir merenggut nyawa.

Editor: Tim TribunStyle
freepik.com
BUAH BUAHAN - Terlalu obsesif menjalani hidup sehat bisa berbahaya! Simak kisah nyata bagaimana pola hidup sehat berlebihan justru hampir merenggut nyawa. 

Terlalu obsesif menjalani hidup sehat bisa berbahaya! Simak kisah nyata bagaimana pola hidup sehat berlebihan justru hampir merenggut nyawa. 

TRIBUNSTYLE.COM - Pernahkah Anda mendengar tentang gaya hidup fruitarian? Ini adalah diet yang fokus pada konsumsi buah-buahan sebagai sumber utama nutrisi.

dengan beberapa varian ekstrem seperti diet 80/10/10, di mana 80 persen kalori berasal dari karbohidrat (biasanya buah), 10?ri protein, dan 10?ri lemak. 

Ketika saya pertama kali menemukan gaya hidup ini, saya terkesan dengan banyak kesaksian yang mengatakan bahwa diet ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit. 

MACAM MACAM BUAH - Gaya hidup ekstrem seperti diet fruitarian dapat menyebabkan obsesi berbahaya dengan kesehatan, mengarah pada gangguan makan seperti orthorexia. Moderasi dan keseimbangan adalah kunci.
MACAM MACAM BUAH - Gaya hidup ekstrem seperti diet fruitarian dapat menyebabkan obsesi berbahaya dengan kesehatan, mengarah pada gangguan makan seperti orthorexia. Moderasi dan keseimbangan adalah kunci. (freepik.com)

Namun, saya tidak tahu betapa ekstremnya hal itu sampai saya mencobanya sendiri.

Perjalanan Saya dengan Fruitariansme, Awalnya, saya mencoba mengikuti gaya hidup sehat untuk mengatasi masalah kesehatan yang saya alami di akhir usia 20-an.

 setelah didiagnosis dengan mononukleosis dan sindrom kelelahan kronis, yang membuat tubuh saya semakin lemah.

Saya mulai mencari alternatif diet yang bisa membantu pemulihan, dan diet fruitarian terlihat menjanjikan. Banyak orang melaporkan pemulihan dari penyakit autoimun berkat diet ini, dan itu membuat saya penasaran.

Namun, kenyataannya sangat berbeda. Saya harus makan buah dalam jumlah yang sangat besar untuk mencapainya sekitar 20 pisang atau makan semangka dan nanas dalam sekali makan untuk mencapai 2.000 kalori per hari.

Meskipun awalnya terasa sulit, makan buah sebanyak itu lama-lama menjadi kebiasaan. Saya mulai merasa bahwa ini adalah cara satu-satunya untuk menjaga kesehatan saya. Semua makanan lain mulai saya anggap sebagai musuh.

Ketergantungan yang Berbahaya

Saya mulai tenggelam dalam dunia diet ini. Saya membaca, meneliti, dan bergaul dengan orang-orang yang juga menjalani gaya hidup serupa.

Media sosial menjadi tempat utama saya untuk berbagi dan belajar. Saya menjadi semakin terobsesi dengan makanan. Acara sosial pun mulai membuat saya cemas, karena saya takut diet saya akan terganggu.

Jika saya berada di luar rumah dan tidak ada pilihan makanan sesuai diet, saya bahkan lebih memilih untuk tidak makan sama sekali. Hal ini menyebabkan kekurangan gizi, kelelahan, dan stres pada tubuh saya.

Seiring berjalannya waktu, dunia saya semakin sempit. Semua pikiran saya berpusat pada makanan, dan jika saya makan sesuatu selain buah, saya merasa bersalah.

Saya mulai menghukum diri sendiri dengan pembersihan detoks yang ekstrem. Harga diri saya hanya bergantung pada apakah saya berhasil memenuhi standar diet yang saya buat sendiri.

Menghadapi Realitas: Obsesif terhadap Kesehatan yang Sempurna

Sampai suatu hari saya menyadari bahwa kebutuhan saya untuk mengontrol makanan dan lingkungan sekitar saya sudah berada pada titik yang berbahaya.

Fokus saya bukan lagi pada berat badan, tetapi pada mencapai kesehatan dan kemurnian yang sempurna. Saya akhirnya mengenali bahwa obsesi saya bukan hanya tentang makan sehat, tapi juga tentang berusaha mencapai kesempurnaan yang tidak realistis.

Saya mulai memahami bahwa ini bisa jadi tanda gangguan makan yang disebut Orthorexia Nervosa, yaitu obsesi dengan makan sehat secara ekstrem.

Meskipun gangguan ini belum diakui secara resmi seperti gangguan makan lainnya, banyak ahli kesehatan menganggapnya sebagai bagian dari spektrum gangguan makan.

Langkah Menuju Pemulihan

Setelah sadar akan masalah ini, saya mulai mencari cara untuk mengembalikan keseimbangan.

Saya mulai mengurangi diet ekstrem ini dan menyadari bahwa makan sehat tidak harus sampai mengorbankan kesehatan mental dan kebahagiaan saya. 

Sekarang, saya lebih fokus pada moderasi dan menjaga keseimbangan, bukan lagi terjebak dalam obsesi yang menghancurkan.

Tentu saja, ada manfaat dari menjalani gaya hidup sehat. Namun, ekstremisme dalam bentuk apa pun tidak pernah baik untuk kesehatan, baik fisik maupun mental.

Kita perlu bertanya pada diri sendiri: Apakah mengejar kesehatan yang sempurna sepadan dengan harga yang harus dibayar.

Kesimpulaya Saya bersyukur bisa menemukan keseimbangan baru, di mana saya masih menjaga gaya hidup sehat, namun tanpa menjadi terobsesi.

Ingatlah, tidak ada yang lebih penting daripada kesehatan mental dan kesejahteraan kita secara keseluruhan.

Jika Anda merasa terjebak dalam pola makan ekstrem atau merasa cemas tentang pilihan makanan, mungkin sudah saatnya untuk mengevaluasi kembali dan mencari keseimbangan yang lebih sehat. (TribunSytle.com/ yourtango.com/ Aris)

Tags:
karbohidratpenyakit autoimun berkat dietterobsesi dengan makanan
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved