Breaking News:

5 Fakta Terbaru Kasus Pilu Keluarga Lompat di Penjaringan: Anak Tak Sekolah - Sempat Tinggal di Solo

Simak update 5 fakta terbaru satu keluarga tewas lompat dari apartemen di Penjaringan: anak sudah tak sekolah, tak ada jejak digital, pengakuan saksi.

ISTIMEWA
5 fakta terbaru satu keluarga tewas lompat dari apartemen di Penjaringan: anak sudah tak sekolah, tak ada jejak digital, pengakuan saksi, sempat tinggal di Solo. 

Artikel tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa.

TRIBUNSTYLE.COM - Simak update 5 fakta terbaru kasus satu keluarga tewas lompat dari apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara.

Kasus miris ini berawal dari penemuan jasad empat orang terjatuh bersamaan dari Apartemen Teluk Intan, Kelurahan Pejagalan, pada Sabtu (9/3/2024).

Keempat jenazah tergeletak di dekat halaman parkir mobil dalam kondisi yang mengenaskan.

Satu keluarga yang terdiri dari ayah EA (51), ibu AIL (50), anak perempuan JL (15), dan anak laki-laki JW (13) tewas setelah melompat dari lantai 22 sebuah apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara pada Sabtu (9/3/2024).

Berbagai fakta terbaru pun terkuak dari kesaksian hingga detik-detik kejadian yang mulai diungkap polisi.

Namun ternyata di balik itu, polisi masih terjegal dengan jejak digital keluarga tersebut yang dianggap nihil.

Bahkan terkuak juga anak-anak korban tersebut juga sudah tak bersekolah.

Simak update 5 fakta terbaru kasus kematian satu keluarga di apartemen Penjaringan:

1.  Kata polisi

Polisi melakukan olah TKP di tempat kejadian empat orang sekeluarga tewas usai melompat dari rooftop lantai 21 Apartemen Teluk Intan, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024).
Polisi melakukan olah TKP di tempat kejadian empat orang sekeluarga tewas usai melompat dari rooftop lantai 21 Apartemen Teluk Intan, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024). (TribunJakarta)

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, keluarga yang beranggotakan empat orang itu ternyata tertutup dari lingkungan keluarga hingga lingkungan sosial.

Hal ini diketahui dari pemeriksaan 12 saksi anggota keluarga hingga teman selama proses penyelidikan.

"Memang ada ada handycapnya, ada ketertutupan atau bisa dikatakan introvet ya antara keluarga yang empat ini dengan keluarga besarnya. Tapi kita dapat informasi-informasi itu sifatnya sangat subjektif," kata Gidion kepada wartawan, Senin (18/3/2024).

2, Anak tak sekolah 1 tahun

Bahkan, Polisi menemukan pengakuan fakta kalau sang ayah EA (50), ibunya, AIL dan dua anak remaja laki-laki berinisial JWA (13) dan remaja perempuan berinisial JL (16) telah dua tahun tidak berkomunikasi dengan keluarga besar.

"Ini sudah nggak komunikasi ya ngga komunikasi lama sudah ada 2 tahun nggak komunikasi dengan keluarganya," jelasnya.

Keluarga tersebut, kata Gidion, sempat pindah ke Solo, Jawa Tengah sebelum akhirnya tewas di apartemen tersebut.

Selain itu, diketahui dua anaknya juga sudah tidak bersekolah sejak satu tahun lalu.

"Yang ada ada tracing lokasi ya dia ada di Solo tetapi tempatnya di mana kita juga nggak dapat informasi. Bahkan si anak kan sudah tidak terdaftar di apa terdaftar di sekolah dan juga sudah tidak melanjutkan Satu tahun nggak sekolah. Dua duanya," terangnya.

3. Sempat ke Solo

Polisi menemukan sejumlah kendala dalam menyelidiki kasus yang terjadi pada Sabtu (9/3/2024) lalu.

Sebanyak empat orang yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak tewas secara bersamaan dengan tali terikat di tangan.

"Kita tracking mulai dari dia nginap di hotel, di dalam mobil itu kan dia pakai Grab, bahkan komunikasi terakhir dengan Grab juga sangat natural," tutur Gidion.

Berdasarkan penyelidikan sementara, satu keluarga tersebut sempat tinggal di Solo, Jawa Tengah.

Di sana ayah dan ibu tak memiliki pekerjaan, sementara kedua anaknya tidak sekolah.

4. Tak ada jejak digital

Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengaku tidak menemukan jejak digital dari para korban yang berinisial EA (50), AEL (52), JL (15) dan JW (13).

Dari handphone para korban juga tidak ditemukan petunjuk apapun.

"Kasus yang biasa kita tangani, itu selalu meninggalkan jejak, ada pesan kah, ada komunikasi terakhir kah, ada jejak digital kah, tapi pada kasus ini tidak."

"Tas yang dibawa tidak didapati apapun," paparnya, Senin (18/3/2024), dikutip dari TribunJakarta.com.

Mereka pergi ke apartemen menggunakan taksi online dan tak ada komunikasi terakhir dengan pengemudi taksi.

5. Pengakuan saksi

Sempat sembahyang

Polisi menyebut AIL (52), istri satu keluarga yang tewas melompat dari apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara sempat sembahyang di klenteng sebelum melakukan aksinya.

Hal ini diketahui berdasarkan kesaksian penjaga klenteng yang terletak di rooftop apartemen tersebut bernama Akong.

"Sembahyang dilihat. Cuma (penjaga klenteng) nggak nyangka dia kalau selesai ibadah bakal loncat," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Siagian kepada wartawan, Senin (18/3/2024).

Saat sang istri ibadah, kata Hady, sang suami berinisial EA (51) serta dua anaknya JWA (13) dan JL (16) menunggu di taman sekitar klenteng.

"Duduk di kursi, itu. Pas tangga itu kan kursi coklat tuh, kanan taman kiri klenteng kan. Bapak sama anaknya tunggu di situ.," bebernya.

Minta Diantar ke Tempat Makan

Sebelum sampai ke apartemen, satu keluarga tersebut juga diminta di antar sopir taksi online ke tempat makan.

"Dia sempat makan dulu," ungkapnya.

Sopir taksi online tersebut juga mengaku tidak ada perilaku yang aneh dari EA dan keluarganya.

Mereka menurutnya bersikap seperti umumnya penumpang.

"Nggak ada bahasa yang menunjukkan dia kalo mau b*nuh diri gitu. Bahasanya cuma antar saya ke sini, antar saya ke apartemen ini," jelasnya.

Saat ini, lanjut Hady, pihaknya masih melakukan penyelidikan dengan melakukan pemeriksaan saksi hingga ahli.

Kontak Bantuan

Artikel di atas tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa.

B*n*h diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Jika butuh bantuan bisa kontak ke:

Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes (021-500-454)

LSM Jangan B*n*h Diri (021 9696 9293)

(*)

(Tribunstyle/Dhimas)

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
faktakeluargaapartemenPenjaringan
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved