Breaking News:

Berita Viral

Bocah 7 Tahun Mati Batang Otak Usai Operasi Amandel, RS Bekasi Menjawab: Tak Sesuai yang Diharapkan

Kisah bocah bernama Albert Francis (7), mengalami mati batang otak usai operasi amandel. Pihak rumah sakit menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Editor: Putri Asti
IST
Klarifikasi RS Kartika Husada Jatiasih Bekasi terkait bocah bernama Albert Francis (7), mengalami mati batang otak usai operasi amandel. 

TRIBUNSTYLE.COM - Albert Francis, bocah berusia 7 tahun kini mengalami kejadian pilu yang membuat kondisi kesehatannya memburuk.

Setelah menjalani operasi amandel, Albert malah didiagnosa mati batang otak.

Hati orang tua mana yang tak sakit mendengar anaknya didiagnosa mengerikan seperti itu oleh dokter.

Hingga akhirnya pihak rumah sakit di Bekasi buka suara terkait apa yang terjadi sebenarnya pada Albert.

Ilustrasi Bocah alami mati batang otak usai operasi amandel
Ilustrasi Bocah alami mati batang otak usai operasi amandel (Leftose.com)

Lantas, seperti apa penjelasan lengkap dari pihak rs?

Rumah Sakit (RS) Kartika Husada Jatiasih, Kota Bekasi memberi penjelasan terkait keluhan dari Albert, orangtua pasien A (7) yang didiagnosis mati batang otak usai operasi amandel.

Baca juga: NASIB PILU Ibu di Ogan Ilir, Bayinya Berusia 3 Hari Meninggal usai Disuntik, Tuding Bidan Malpraktik

Pihak RS menuturkan, operasi amandel A yang dilakukan pada Selasa (19/9/2023), sudah sesuai prosedur.

Namun, terjadi hal yang tidak diinginkan usai operasi.

"Tindakan operasi sudah sesuai prosedur pelayanan dan operasi berjalan lancar. Tapi di ruang pemulihan terjadi keadaan yang tidak diinginkan," ujar Perwakilan Manajemen RS Kartika Husada Bekasi, Rahma Indah Permatasari, Jumat (29/9/2023).

Rahma menuturkan, salah satu risiko pembiusan dari tindakan operasi adalah terjadinya henti napas seperti yang dialami A.

"Kami melakukan tindakan pertolongan pertama sampai akhirnya bernapas normal dan perawatan dilanjutkan di ruang intensive," ujarnya.

Kendati demikian, meski sudah berupaya memberikan perawatan semaksimal mungkin, kondisi A terus menurun.

Rumah Sakit (RS) Kartika Husada Jatiasih Bekasi
Rumah Sakit (RS) Kartika Husada Jatiasih Bekasi buka suara terkait apa yang dialami Albert Francis

Baca juga: Bocah 6 Tahun di Malang Meninggal Usai Suntik, Pihak RS Keheranan, 5 Menit Disuntik Kejang & Teriak

"Kondisi pasien tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada perawatan hari keempat, tim dokter mendiagnosis pasien diduga mengalami mati batang otak secara klinis dengan melakukan beberapa pemeriksaan," jelasnya.

Sampai dengan saat ini, lanjut Rahma, mereka masih memberikan pelayanan kepada A dan dukungan psikologis untuk keluarga.

"Upaya terbaik terus dilakukan demi memberikan pelayanan bagi pasien," ucapnya.

Sejumlah upaya yang dilakukan RS yakni mencarikan rujukan rumah sakit lain dan berusaha mendatangkan dokter ahli yang berkompeten merawat A.

Namun, pihak RS tidak menjelaskan secara rinci penyebab A bisa terkena mati batang otak usai operasi amandel.

Padahal, dari keterangan Albert, anaknya dalam keadaan yang sehat sebelum operasi.

Hanya mengeluhkan sakit amandel dan dirujuk ke RS untuk operasi.

Albert kini masih menanti anaknya bangun dari tidur panjangnya atau koma.

Ia berharap pihak RS bisa bertanggung jawab atas hal yang dialami anaknya.

Baca juga: SOSOK Bidan NN Pemicu Mantri S Suntik Mati Kades, Dekat dengan Salamunasir, Sebulan Sekali Bertemu?

"Kondisi anak saya masih tidak sadarkan diri juga alias koma dengan diagnosis mati batang otak. Belum ada kemajuan yang berarti," ujar Albert kepada Kompas.com.

Sebelumnya Albert menyebut pemindahan anak A dari ruang rawat inap ke ruang operasi dilakukan tanpa sepengetahuan keluarga.

"Pada saat istri masih mandi tiba-tiba perawat datang untuk membawa anak saya ke ruang operasi tapa istri saya ketahui," kata Albert.

Istri Albert juga langsung diminta tanda tangan dokumentasi yang isinya tidak dijelaskan secara rinci.

Kasus Lainnya - Bocah 6 Tahun di Malang Meninggal Usai Suntik, Pihak RS Keheranan, 5 Menit Disuntik Kejang & Teriak

Pilu bocah 6 tahun di Malang harus kehilangan nyawa setelah disuntik di rumah sakit.

Bocah bernama Alvito Ghaniyyu Maulidan meninggal seusai mendapatkan suntikan dari pihak rumah sakit, bahkan pihak rumah sakit pun juga ikut keheranan karena kasus ini.

Keluarga pun membeberkan kronologinya.

Pada awalnya sang anak tiba-tiba merasa panas setelah bermain bersama teman pada Minggu (11/6/2023).

Direktur RS Prasetya Husada dan Dokter Anak Rs Prasetya Husada bicara soal dugaan malpraktik terhadap bocah 6 tahun
Direktur RS Prasetya Husada dan Dokter Anak Rs Prasetya Husada bicara soal dugaan malpraktik terhadap bocah 6 tahun (TribunJatim.com/ Dya Ayu)

Lalu pada keesokan harinya, Selasa, Alvito pun juga sekolah seperti biasanya.

Hal ini dibeberkan oleh sang ayah, Imam Zazuli menuturkan, anaknya meninggal pada pekan lalu, tepatnya pada Rabu (14/6/2023) lalu usai dibawa ke rumah sakit.

Namun setelah pulang sekolah Alvito mengeluh pusing pada ibunya dan diberikan obat penurun panas.

Memasuki hari Selasa (13/6/2023), Alvito tidak nafsu makan.

Baca juga: ASTAGHFIRULLAH Bocah 15 Tahun Dijual Teman di MiChat, Tarif Kencan Rp 300 Ribu, Sehari 1-2 Pelanggan

“Hari Selasa itu kondisinya makin menurun tapi masih bisa jalan. Kemudian saya dan istri mempertimbangkan, daripada nanti semakin sakit, akhirnya kami bawa ke rumah sakit pada Selasa tengah malam. Saya bawa ke rumah sakit itu karena dekat dengan rumah kami,” kata Imam Zazuli, Rabu (21/6/2023).

Setibanya di rumah sakit, Imam mengatakan pihak rumah sakit langsung memberi penanganan pada anak bungsunya itu. Dari hasil pemeriksaan petugas, Alvito kemungkinan sakit lambung.

“Setelah dipasang infus saya lihat kondisi anak saya membaik dan segar. Bahkan sudah mau makan dan minum. Namun setelah itu tiba-tiba dia mual dan mau muntah. Kemudian saya lapor ke nakes yang ada di sana. Setelah observasi, nakes membawa dua spet obat dan langsung menyuntikkannya ke cairan infus anak saya," jelasnya.

-
- (ISTIMEWA)

Imam mengaku tak tahu obat apa yang disuntikkan nakes tersebut ke cairan infus anaknya.

Tanpa bertanya dan meminta persetujuan keluarga, oknum nakes tersebut langsung menyuntikkan obat.

Menurut penuturan Imam, tak berselang lama, sekitar lima menit kemudian Alvito kejang-kejang dan tubuhnya membiru hingga berteriak.

Ilustrasi suntikan
Ilustrasi suntikan (freepik.com)

“Saya lihat anak saya seperti itu, saya langsung panik dan teriak bagaimana ini dok. Saat itu saya teriak karena kesannya dokter atau nakes yang bertugas membiarkan anak saya kejang-kejang dan tidak langsung merespon. Bahkan beralasan akan mengambil alat, tapi tidak kunjung ada penanganan,” terangnya.

Duka semakin dalam ketika ia mengetahui nyawa anaknya tak terselamatkan. Lantas ia pun langsung menanyakan pada oknum nakes yang menyuntikan obat pada cairan infus Alvito, obat apa yang telah diberikan pada anaknya.

“Katanya hanya diberi suntik obat lambung,” ungkapnya.

“Pukul 00.30 Wib (Rabu,red) anak saya meninggal. Jadi anak saya itu hanya sekitar dua jam di rumah sakit," tambahnya.

Setelah jenazah Alvito dimakamkan, Imam lantas meminta rekam medis anaknya selama dirawat pada pihak rumah sakit.

“Hasil rekam medisnya tidak sesuai. Waktu anak saya kejang setelah diberi suntikan obat itu hanya jeda lima menit, tapi di rekam medis ditulis 20 menit. Tentu saya tidak puas dan minta rekam medis direvisi sesuai dengan kenyataanya,” tegasnya.

Selain itu ia juga sempat meminta rekaman CCTV, pada pihak rumah sakit untuk membuktikan durasi waktu ketika anaknya disuntik hingga mengalami kejang-kejang, namun pihak rumah sakit mengaku CCTV dalam keadaan mati.

“Padahal saya cuma ingin fakta sebenarnya. Tapi kok berbelit-belit. Saya berharap dinas terkait maupun pemerintah mengaudit kinerja rumah sakit ini agar lebih profesional dalam menjalankan SOP,” ujarnya.

Sepekan setelah anaknya meninggal, Imam berencana melaporkan persoalan ini ke pihak kepolisian.

Sementara itu hingga berita ini ditayangkan pihak rumah sakit belum memberikan keterangan terkait hal ini. Saat media mencoba menghubungi layanan telefon rumah sakit yang tertera dalam web rumah sakit, petugas hanya mengatakan akan menyampaikan ke pihak direksi rumah sakit.

Terkait hal itu, pihak rumah sakit buka suara.

Pihak RS Prasetya Husada mengatakan jika yang dilakukan dalam proses penanganan pasien Alvito sudah sesuai SOP atau Prosedur Operasi Standar.

"Setelah kami lakukan audit internal, terkait penanganan pasien anak atas nama Alvito, tidak ditemukan adanya pelanggaran SOP dan sudah sesuai prosedur,” kata Direktur RS Prasetya Husada, Dr Prima Evita, Kamis (22/6/2023).

Sedangkan Dokter Spesialis Anak RS Prasetya Husada, dr Agung Prasetyo Wibowo yang saat kejadian dikonseling untuk menangani pasien Alvito, menuturkan kondisi ketika anak Alvito tiba di rumah sakit.

“Anak datang bersama keluarganya sekitar pukul 23.00 WIB. Waktu itu keluhannya muntah, sulit makan dan memang anaknya agak lemes. Tangan dan kakinya dingin, denyut nadinya sudah mulai meningkat. Kemudian pasien diputuskan sebagai infeksi pencernaan dengan dehidrasi,” ujar Agung Prasetyo Wibowo.

Kemudian Agung menjelaskan, sempat ada kendala saat pemasangan infus. Saat itu pihaknya mengaku pemasangan infus memakan waktu sekitar 1 jam dan baru diberikan suntikan.

“Pemasangan infus saat itu tidak gampang. Kemudian tak lama setelah dipasang infus, pasien muntah dan pada akhirnya diberi suntikan obat anti muntah dan lambung,” jelasnya.

Selanjutnya Agung yang saat itu hanya dikonsuli via telefon oleh dokter UGD Prasetya Husada, mendapat laporan Alvito mengalami dehidrasi berat namun saat dilihat kondisinya sadar.

“Itu saya juga heran karena secara umum anak dengan dehidrasi atau kurang cairan berat biasanya tidak sadar. Biasanya kalau kaki tangan dingin dan detak jantung meningkat ini dikarenakan mengalami syok atau mengalami gangguan sirkulasi, dimana cairan tidak cukup dipompa diseluruh tubuh,” terang Agung.

Pihaknya tidak menampik jika saat itu dirinya tidak bisa memastikan sakit yang diderita Alvito, sekalipun ia sudah berpengalaman sebagai dokter spesialis anak.

“Saya juga bimbang saat itu karena kasusnya agak susah. Kondisi yang ditunjukkan pasien. Baru saya menimbang-nimbang infus apa yang diberikan. Sebab, dehidrasi biasa dengan berat itu berbeda-beda. Saat saya masih menimbang apa tindakan yang akan dilakukan pasien tiba-tiba kejang,” lanjutnya.

Saat di dalam telefon ia mengaku juga mendengar teriakan dari keluarga jika anaknya kejang. Selanjutnya Agung meminta evaluasi ulang sebab menurutnya kondisi pasien bisa berubah kapanpun.

“Akhirnya dokter IGD minta izin ke saya untuk mengevaluasi ulang. Waktu itu saya berpikiran, karena insting saya sebagai dokter spesialis anak, saya pernah beberapa kali mengalami kasus seperti. Saat dokter UGD mengevaluasi dan ternyata terjadi henti jantung. Akhirnya dilakukan upaya pijat jantung dan diberikan adrenalin,” ungkapnya.

“Yang pasti posisi ini (henti jantung,red) resiko meninggal. Karena selama saya menjadi spesialis anak ketika henti jantung hampir seluruhnya tidak tertolong,” tambahnya.

Hingga pada akhirnya Alvito dinyatakan meninggal dunia oleh tim medis RS Prasetya Husada.

Lebih lanjut Agung tak menampik jika ia bimbang ketika ditanya penyebab kematian Alvito. Namun ia memastikan saat itu Alvito mengalami henti jantung mendadak.

“Ada henti jantung mendadak dan saya menduga ada gangguan irama jantung. Soal obat suntikan yang diberikan itu memang di resum ada persetujuan secara umum. Artinya apapun tindakan yang dilakukan rumah sakit sudah sesuai dengan SOP,” pungkasnya.

(*)

Artikel diolah dari Kompas.com dan  TribunJatim.com

Sumber: Kompas.com
Tags:
amandelmati batang otakAlbert FrancisBekasiberita viral hari ini
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved