Breaking News:

Berita Viral

VIRAL Kampung Suci di Jogja, Berada di Tengah Hutan dan Dihuni Satu Keluarga: Tetangga Pergi Semua

Kampung Suci yang terletak di tengah hutan di Yogyakarta ini hanya dihuni oleh satu keluarga saja.

Editor: Amirul Muttaqin
YouTube/Jejak Bang Ibra
Keluarga Sumiran, satu-satunya penghuni Kampung Suci yang berada di tengah hutan di Yogyakarta. 

TRIBUNSTYLE.COM - Viral kisah Kampung Suci yang terletak di tengah hutan di Yogyakarta dan hanya dihuni oleh satu keluarga saja.

Dulu kampung tersebut dihuni oleh tujuh anggota keluarga, namun mereka semua pergi dan hanya menyisakan keluarga Sumiran.

Septi, anak Sumiran tetap bersekolah meski harus menempuh perjalanan kurang lebih tiga km jalan kaki.

Seperti apa kisah lengkapnya?

Baca juga: PILU Kisah Hidup Derlin yang Tinggal di Rumah Sendiri, Bangun Jam 1 Pagi Demi Buat Kue untuk Dijual

Septi, siswi SD di Yogyakarta ini harus menempuh perjalanan jauh hampir 3 km untuk bisa bersekolah.
Septi, siswi SD di Yogyakarta ini harus menempuh perjalanan jauh hampir 3 km untuk bisa bersekolah. (Youtube/Jejak Bang Ibra)

Satu keluarga nekat tetap tinggal di Kampung Mati yang berada di tengah hutan.

Kampung yang dulunya dihuni banyak warga itu kini hanya menyisakan satu keluarga saja.

Ya, Sumiran bersama istri Sugiati dan putrinya bernama Septi nampaknya memilih tetap bertahan meski hanya mereka bertiga saja.

Lokasi kampung mati ini berada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Diwilayah tersebut ada sebuah kampung yang diberinama Kampung Suci yang lokasinya ditengah-tengah hutan.

Kampung Suci kini seperti kampung mati lantaran ditinggalkan penghuninya sejak beberapa tahun lalu.

Hanya keluarga Sumiran yang tetap bertahan menghuni rumahnya meski jauh dari warga yang lain.

"Dulu ada tujuh rumah, sekarang pada pindah semua," kata Sumiran dikutip TribunnewsBogor.com dari Youtube Jejak Bang Ibra, Senin (29/5/2023).

Kisah Kampung Mati di Tengah Hutan Yogyakarta, Warganya Pilih Pergi Kini Hanya Tersisa 1 Rumah
Kisah Kampung Mati di Tengah Hutan Yogyakarta, Warganya Pilih Pergi Kini Hanya Tersisa 1 Rumah (Tangkapan Layar Youtube Jejak Bang Ibra)

Untuk menuju Kampung Suci, bukanlah hal yang mudah.

Sebab, akses menuju Kampung Suci ini terbilang sulit melewati jalan setapak tanah, batu dan pepohonan.

Tak hanya itu, aksesnya juga tak datar seperti di perkotan, namun jalan setapak menuju Kampung Suci itu aksesnya menurun dan juga menanjak.

"Saya sudah 24 tahun tinggal di sini (Kampung Suci)," kata Sumiran melanjutkan ceritanya.

Ayah satu orang anak ini bercerita, sepinya kampung suci ini lantaran warganya memilih pindah ke perkampungan yang lebih ramai.

Salah satu penyebabnya lantaran akses jalan yang sulit dijangkau.

"Sudah 4 tahunan warga meninggalkan Kampung Suci. Tinggal saya yang bertahan di sini," tutur Sumiran.

Dikawasan Kampung Suci ini ternyata bukan hanya rumah Sumiran yang masih berdiri kokoh.

Namun, ada rumah warga lainnya yang jaraknya pun lumayan jauh dari rumah Sumiran. 

Meski begitu, rumah tersebut pun sudah tak berpenghuni karena pemiliknya telah pindah rumah.

"Ada satu lagi rumahnya kosong, untuk rumah yang lainnya sudah tidak ada. karena sudah dijual oleh pemiliknya," kata Sumiran.

Rumah yang dihuni Sumiran dan keluarganya terbilang sangat sederhana.

Bagian dindingnya terbuat dari kayu dan lantainya masih tanah, rumah tersebut terlihat cukup luas.

Di sekelilingnya tampak pepohonan dan kebun bekas rumah warga yang ditinggalkan.

Baca juga: Mau Hidup Santai Tanpa Kerja, Pria Ini Jual Barang Berharga dan Tinggal di Tenda: Rasanya Tenang

Sekolah Jalan kaki 3 Kilometer

Septi, anak Sumiran dan Sugiati tetap bersekolah meski harus menempuh perjalanan yang cukup jauh.

Sebab, ia harus menembus hutan dan melintasi jalan setapak dan berbukit untuk tiba di sekolahnya.

Siswi SD di Yogyakarta ini harus menempuh perjalan lebih dari satu kilometer setiap harinya untuk bisa bersekolah.

Meski harus berjalan kaki dengan kondisi jalanan yang mengerikan, Septi tetap semangat pergi ke sekolah.

Septi, siswi SD di Yogyakarta ini harus menempuh perjalanan jauh hampir 3 km untuk bisa bersekolah.
Septi, siswi SD di Yogyakarta ini harus menempuh perjalanan jauh hampir 3 km untuk bisa bersekolah. (Youtube/Jejak Bang Ibra)

"Kalau hujan juga tetap berangkat (sekolah)," kata Ayah Septi, Sumiran dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Jejak Bang Ibra, Senin (29/5/2023).

Jarak yang ditempuh Septi dari rumah ke sekolah lalu kembali lagi ke rumah sekitar 3 kilometer.

Itu artinya, siswa kelas 3 SD itu harus jalan kaki sepanjang 3 km setiap hari demi bisa bersekolah.

Orangtua Septi, Sumiran dan istrinya, Sumiati tinggal di sebuah desa terpencil di tengah hutan.

Bukan cuma jaraknya yang jauh dari mana-mana, keluarga Septi juga hanya tinggal seorang diri di kampung tersebut.

Para warga di Kampung Suji itu semuanya sudah pergi meninggalkan tempat tinggal mereka.

Di kampung mati yang sudah ditinggalkan para warganya itulah Septi dan orangtuanya tinggal.

Septi biasa diantar jemput ke sekolah oleh ibu atau ayahnya pada pagi hari.

Meski harus jalan jauh, Septi pun tetap semangat dan ceria.

"Kalau sama ibu jalan kaki, kalau sama bapak kadang digendong. Karena kan (bapak) tangannya besar," kata Septi.

Septi dan orangtuanya tinggal menyendiri di Kampung Mati Suci Yogyakarta, kampung di tengah hutan ini ditinggalkan warganya.
Septi dan orangtuanya tinggal menyendiri di Kampung Mati Suci Yogyakarta, kampung di tengah hutan ini ditinggalkan warganya. (Kolase Youtube/Jejak Bang Ibra)

Ayah Septi sehari-harinya bekerja di hutan tersebut dengan mencari kayu.

Ia juga membuat beberapa furniture dari kayu yang ia ambil dari hutan.

Tinggal di rumah yang berada di tengah- tengah hutan membuat Septi akrab dengan lingkuhan sekitarnya.

Ia pun sering menghabiskan waktu untuk bermain di sungai yang berada di tengah perjalanan menuju ke rumahnya.

"Jembatannya sudah mau rusak, aku takut, tapi ya aku pilih hati-hati saja," kata Septi dengan riang.

Meski hanya tinggal bertiga saja dengan ayah dan ibunya, namun Septi mengaku nyaman.

"Tinggal di hutan seneng, aku bisa jaga hewanku. Anjing, kucing, ayam," katanya bercerita.

Sepulang sekolah, Septi biasanya makan masakan ibunya.

Masakan kesukaan Septi pun sangat sederhana, yakni nasi dan tempe bacem.

"Karena di gunung sulit kan untuk cari lauk, jadi dia makan sama tempe, kadang kecap," kata Sumiati.

Meski makan dengan lauk seadanya, Septi pun tetap ceria.

Apalagi ia sesekali bercanda dengan hewan peliharaannya yang berkeliaran di dapur.

"Kalau makan sering digangguin sama ayam dan kucing," kata Septi sambil melahap nasi dan tempe bacemnya.

(TribunnewsBogor.com/ Damanhuri)

Diolah dari artikel di TribunnewsBogor.com

Baca artikel lainnya terkait berita viral

Sumber: Tribun Bogor
Tags:
Kulon ProgoKampung SuciYogyakarta
Berita Terkait
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved