Virus Corona
Joko Widodo Cabut PPKM di Indonesia, Tetapi Covid-19 Mengganasi di China, 9000 Meninggal Per Hari
Simak ganasnya kasus Covid-19 di China, dikabarkan 9000 orang meninggal tiap harinya, tetapi di Indonesia cabut PPKM.
Editor: Dhimas Yanuar
TRIBUNSTYLE.COM - Ganasnya kasus Covid-19 di China, berbeda jauh, di Indonesia Presiden Joko Widodo cabut PPKM.
Presiden Joko Widodo resmi mencabut kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Pencabutan PPKM dilakukan per hari Jumat, (30/12/2022).
"Pada hari ini, pemerintah memutuskan untuk mencabut PPKM yang tertuang dalam Instruksi Mendagri Nomor 50 dan 51 Tahun 2022," ujar Jokowi dalam konferensi pers yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden.
Jokowi menyebutkan beberapa alasan pencabutan aturan PPKM seperti penurunan angka kematian, positivity rate yang rendah, hingga menurunnya tingkat keperawatan di rumah sakit.
Selain itu, Jokowi mengatakan pihaknya juga telah mengkaji terkait keputusan pencabutan PPKM selama 10 bulan ke belakang.
Berbeda dengan di China, Firma data kesehatan yang berbasis di Inggris, Airfinity, memperkirakan sekitar 9.000 orang di China meninggal dunia setiap hari akibat COVID-19.
Angka tersebut naik hampir dua kali lipat dari perkiraan Airfinity pada minggu lalu, menyusul lonjakan kasus COVID-19 di Negeri Tirai Bambu.
Baca juga: Enggan Tampil pada Malam Tahun Baru, Penyanyi Ini Buat Dirinya Kena Covid-19: Biar Kayak yang Lain
Melansir dari Reuters, COVID-19 mulai menyebar ke seluruh China pada November, dan meningkat pesat pada bulan ini setelah Beijing menghapus kebijakan nol-COVID termasuk pengujian PCR reguler pada penduduknya dan publikasi data mengenai kasus COVID-19 tanpa gejala.
Kematian akibat COVID-19 secara kumulatif di China sejak 1 Desember kemungkinan mencapai 100.000 orang dengan total yang terinfeksi berjumlah 18,6 juta orang, kata Airfinity dalam sebuah pernyataan.
Firma data kesehatan itu mengatakan, pihaknya menggunakan pemodelan berdasarkan data dari provinsi China sebelum perubahan baru-baru ini untuk pelaporan kasus mulai diterapkan.
Airfinity memperkirakan kasus COVID-19 di China mencapai rekor pertamanya pada 13 Januari 2023 dengan 3,7 juta kasus dalam sehari.
Perkiraan tersebut berbeda dengan beberapa ribu kasus yang dilaporkan oleh otoritas kesehatan China setiap hari, setelah jaringan nasional tempat pengujian PCR sebagian besar dibongkar karena pihak berwenang beralih dari mencegah infeksi menjadi mengobatinya.
Airfinity juga memperkirakan kematian akibat virus corona di China mencapai puncaknya pada 23 Januari 2023 sekitar 25.000 sehari, dengan kematian kumulatif mencapai 584.000 sejak Desember.
Sejak 7 Desember, ketika China mengubah kebijakannya secara tiba-tiba, pihak berwenang telah melaporkan 10 kematian akibat COVID-19.
Pejabat kesehatan China baru-baru ini mengatakan mereka mendefinisikan kematian akibat COVID-19 adalah seseorang yang meninggal karena gagal napas yang disebabkan oleh COVID-19, tidak termasuk kematian akibat penyakit dan kondisi lain bahkan jika orang tersebut dinyatakan positif virus corona.
Pada Rabu (28/12/2022), jumlah kematian resmi akibat COVID-19 di China mencapai 5.246 orang sejak dimulainya pandemi pada 2020.
Sedangkan Airfinity memperkirakan 1,7 juta kematian di seluruh China pada akhir April, menurut pernyataannya.
Kepala ahli epidemiologi China Wu Zunyou mengatakan pada Kamis (29/12/2022) bahwa tim di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China berencana untuk menghitung kematian akibat COVID-19 secara berbeda.
Tim tersebut "akan mengukur perbedaan antara jumlah kematian dalam gelombang infeksi saat ini dan jumlah kematian yang diperkirakan seandainya epidemi itu tidak pernah terjadi", kata Wu kepada wartawan dalam sebuah pengarahan.
Dengan menghitung apa yang disebut "kematian berlebih", China dapat mengetahui apa risiko yang berpotensi diremehkan atau diabaikan, kata Wu.
--
Unik jika ada seseorang yang sengaja terinfeksi virus corona.
Namun siapa sangka? Ternyata penyanyi dan penulis lagu asal China, Jane Zhang melakukan hal itu.
Penyanyi populer itu kini menghadapi reaksi keras di media sosial setelah dia mengungkapkan bahwa dia sengaja menginfeksi dirinya sendiri dengan virus corona.
Pengungkapan itu dilakukan di tengah lonjakan besar kasus virus corona di China, yang didorong oleh varian BF.7 Omicron.
Baca juga: Putri Candrawathi Positif Covid-19, Minta Dirawat Dokter Pribadi, JPU Menolak : Kami Bisa Tangani
Lewat unggahan di media sosial, Zhang mengakui bahwa dia sengaja menginfeksi dirinya sendiri dengan virus corona setelah melihat teman-temannya yang telah dites positif.
Melalui Weibo, Zhang mengungkapkan dia mengunjungi rumah 'domba' yang istilah untuk pembawa virus di China daratan.
Penyanyi itu membuat langkah aneh untuk tertular virus dalam persiapan untuk konser Malam Tahun Baru mendatang.
Zhang menjelaskan bahwa dia ingin tertular virus sebelum konser malam Tahun Barunya sehingga tidak ada gangguan dalam jadwalnya.
"Saya khawatir kondisi saya selama pertunjukan Malam Tahun Baru akan terpengaruh, jadi saya bertemu dengan sekelompok orang yang telah dites positif karena saat ini saya punya waktu untuk pulih dari virus," tulisnya dikutip TribunStyle.com dari Wion, Sabtu, (24/12/2022).
Penyanyi berusia 38 tahun itu menambahkan setelah bertemu beberapa orang yang positif, dia langsung demam, sakit tenggorokan, dan nyeri tubuh menyerang dirinya.
Zhang menjelaskan bahwa gejalanya mirip dengan pasien Covid-19 tetapi hanya berlangsung satu hari.
"Setelah tidur selama sehari semalam, semua gejala saya hilang.
Saya hanya minum banyak air dan minum vitamin C, tanpa minum obat apa pun sebelum saya sembuh," tambahnya.

Netizen telah mengecamnya sejak postingan itu viral di media sosial.
Banyak yang mengkritiknya karena perilakunya yang tidak bertanggung jawab, terutama pada saat China menghadapi lonjakan Covid-19.
Setelah menghadapi reaksi keras, penyanyi itu menghapus postingan kontroversial itu dari media sosial dan meminta maaf kepada publik.
"Saya tidak mempertimbangkan hal-hal dengan hati-hati sebelum membuat posting saya sebelumnya.
Saya meminta maaf kepada publik," tulisnya di Weibo.
"Saya khawatir jika saya terinfeksi ketika konser diadakan, itu akan meningkatkan risiko rekan-rekan saya terinfeksi lagi.
Jadi saya berpikir bahwa karena itu adalah hal yang tak terhindarkan, mengapa tidak sakit sekarang ketika saya tidak perlu meninggalkan rumah sehingga saya bisa pergi bekerja setelah saya pulih?
Ini akan lebih aman bagi kita semua," pungkas Zhang.
(*)
(Tribunstyle/Jonisetiawan/Dhimas)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Gelombang Penularan Covid-19 Meledak di China, Angka Kematian Tembus 9.000 Per Hari,
Penulis: NUR FEBRIANA TRINUGRAHENI