Berita Viral
BENCI Dimasukkan ke Sekolah Asrama, Pria Simpan Dendam ke Orang Tua, 40 Tahun Kemudian Baru Membalas
Seorang pria balas dendam ke orang tua setelah 40 tahun memendamnya. Alasannya pun mengejutkan, ia tak terima dulu dimaksukkan ke sekolah asrama.
Penulis: Febriana Nur Insani
Editor: Ika Putri Bramasti
TRIBUNSTYLE.COM - Hubungan antara anak dan orang tua memang kerap diwarnai konflik, bahkan ada yang sampai berakhir tragis.
Itulah yang dialami pasangan suami istri di Nether Alderley, Cheshire, Inggris.
Mereka menerima balas dendam dari sang anak yang bernama Ed Linse.
Ed Linse menyimpan dendam selama 40 tahun kepada orang tua karena telah mengirimnya ke sekolah asrama.
Dilansir TribunStyle.com dari NDTV pada Sabtu, 17 Desember 2022, Ed Linse merupakan anak dari pasangan Nicholas Clayton dan Julia.
Saat usianya 11 tahun, ia dikirim ke sekolah asrama oleh orang tuanya.
Rupaya Ed Linse tak menyukai keputusan itu.
Baca juga: Diculik saat Bayi, Wanita Ini Akhirnya Bertemu Orang Tua Setelah 51 Tahun, Sempat Diduga Dibunuh Ibu
Hingga akhirnya ia menyimpan dendam kepada orang tua.
Tak main-main, dendam tersebut ia simpan selama 40 tahun lamanya.
Ya, kini Ed Linse sudah berumur 51 tahun.
Ia nekat balas dendam kepada orang tuanya sendiri.
Menurut laporan Metro News, Ed Linse masuk ke rumah pertanian orang tuanya yang bernilai 1,2 juta pound atau setara Rp 22 miliar di Nether Alderley, Cheshire.
Pada 22 April tengah malam, Ed Linse menghajar ayahnya yang sudah berusia 85 tahun dan ibunya, 82 tahun.
Berdasarkan Yahoo News, Ed Linse menyerang ayahnya di kamar tidur.
Ayahnya mengalami luka serius di kepala, telinga, dan tangannya.
Nicholas Clayton juga menderita pendarahan di otak hingga harus dirawat selama lima minggu di rumah sakit.

Baca juga: Video Syurnya Tersebar Sampai ke Orang Tua, Gadis Ini Tak Mau Mengaku: Itu Saudara Kembarku
Ed Linse juga memukul kepala ibunya.
Alhasil Julia mengalami benjolan dan memar di punggungnya.
Ed Linse sejatinya telah dewasa. Ia bahkan sudah menjadi ayah bagi dua anaknya.
Ia merasa berhak mendapat kompensasi atas "penderitaannya" di sekolah umum khusus laki-laki yang tidak disebutkan namanya pada 1980-an.
Jaksa Nicholas Williams pun membeberkan fakta soal Ed Linse yang didapat dari pengakuan sang ibu.
"Ibunya mengatakan meskipun sekarang Ed Linse berusia 51 tahun, dia tidak pernah berhenti mengatakan kepada mereka betapa tidak bahagianya dia ketika dia dikirim ke sekolah asrama.
Dia menggambarkan bagaimana dia memiliki 'perasaan pahit' terhadap mereka sejak saat itu. Meski begitu, mereka tetap berusaha membantunya secara finansial selama bertahun-tahun.
Nyonya Clayton takut pada terdakwa, yang terus yakin kalau orang tuanya "berhutang" kepadanya atau semacam kompensasi atas penderitaannya.
Terdakwa menderita selama masa remajanya yang traumatis, kebanyakan saat dia pergi di sekolah asrama khusus laki-laki.," beber Jaksa Nicholas Williams.
Kisah Lainnya - Ngambek Tak Dibelikan Motor, Remaja Ini Nekat Akhiri Hidup, Orang Tua Histeris saat Buka Kamar
Remaja di Lubuklinggau inisial MR (19) nekat mengakhiri hidupnya saat orang tua pergi ke pasar.
Diduga remaja tersebut pilih mengakhiri hidupnya karena ngambek tak dibelikan motor.
MR ditemukan tewas tak wajar di kamar rumahnya di Jalan Kandis, Kelurahan Ulak Surung, Kecamatan Lubuklinggau Utara II, Minggu (27/11/2022) sekitar pukul 17.30 WIB kemarin.
Saat ditemukan MR ini dalam posisi tergantung dan diduga gantung diri.

Baca juga: CINTA BUTA, Gaji Selalu Habis Demi Jatah Bulanan Pacar, Pria Ini Frustasi, Kini Tewas Gantung Diri
Kapolres Lubuklinggau, AKBP Harissandi melalui Kasat Reskrim, AKP Robi Sugara menyampaikan kejadian itu pertama kali oleh kedua orang tuanya yang pulang dari pasar.
"Sekitar pukul 16.00 WIB saksi Sidik dan Tati (kedua orang tua korban) pergi meninggalkan rumah untuk pergi ke pasar," unkap Kasat pada wartawan, Senin (28/11/2022).
Selesai dari pasar, kedua saksi pulang ke rumah sekitar pukul 17.30 WIB.
Saat pulang, keduanya menemukan anaknya MR sudah tergantung di dalam kamar rumahnya.
"Korban gantung diri menggunakan seutas tali tambang warna biru yang di bawahnya terdapat kursi plastik warna cokelat," ujarnya.
Karena kaget kedua saksi yang melihat itu lantas berusaha untuk menyelamatkan nyawa anaknya, namun tidak tertolong lagi.
Kemudian dengan dibantu warga setempat dan Ketua RT jenazah korban diturunkan.
"Selanjutnya kejadian tersebut dilaporkan ke pihak kepolisian, setelah menerima laporan itu, tim gabungan dari Satreskrim bersama nafis Polres Lubuklinggau dan Polsek Lubuklinggau Utara langsung turun," ungkapnya.

Tiba di lokasi langsung melakukan olah TKP bersama dengan tim medis Rumkit melakukan pemeriksaan luar terhadap kondisi tubuh korban.
Hasilnya tidak ditemukan tanda-tanda yang mencurigakan atau tanda kekerasan fisik atau penganiayaan.
"Kesimpulan dari tim medis bahwa korban meninggal dunia akibat bunuh diri dengan cara gantung diri," ujarnya.
Saat dijelaskan kedua orang tua korban menerima kejadian itu dan menyatakan secara tertulis untuk tidak dilakukan autopsi/bedah mayat.
Hasil interograsi saksi-saksi di TKP dan keterangan kedua orang tua korban, diduga kuat korban bunuh diri karena tidak tahan dengan himpitan ekonomi keluarga.
"Korban sempat ngambek (kecewa) kepada kedua orang tuanya, karena minta dibelikan sepeda motor, namun orang tuanya tidak mampu untuk membelikannya," pungkasnya.
(TribunStyle.com/Febriana)(TribunSumsel.com/Eko)
Sebagian diolah dari artikel di TribunSumsel dengan judul: Remaja di Lubuklinggau Ngambek Minta Motor Tak Dibelikan, Berbuat Nekat Saat Orangtua ke Pasar