Breaking News:

KEJANGGALAN Kematian Brigadir J, Psikolog Forensik Soroti Lokasi Dugaan Pelecehan, Nilai Tak Lazim

Kematian Brigadir J memunculnya sejumlah kejanggalan. Terbaru, psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menilai lokasi dugaan pelecehan tidak lazim.

Ho/TribunMedan.com/Facebook
Psikolog forensik nilai lokasi dugaan pelecehan istri Kadiv Propam Ferdy Sambo oleh Brigadir J tak lazim 

TRIBUNSTYLE.COM - Peristiwa penembakan di rumah Kadiv Propam Inspektur Jenderal Ferdy Sambo masih menjadi teka-teki.

Isu yang mencuat menyebut Brigadir J tewas tertembak setelah diduga melakukan pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo.

Namun kini sejumlah kejanggalan muncul. Psikolog forensik Reza Indragiri bahkan menilai lokasi dugaan pelecehan tidak lazim, mengapa?

Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menilai dugaan pelecehan seksual menjadi salah satu kejahatan yang paling pelik untuk dipecahkan.

Penyebabnya, kata Reza, biasanya kejahatan seksual itu terjadi di tempat tertutup dan sepenuhnya dianggap dikuasai oleh pelaku.

Namun, Reza menilai ada beberapa hal tidak lazim terjadi dalam dugaan pelecehan seksual yang berujung penembakan Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J oleh Bhayangkara Dua (Bharada) E.

Ia berpandangan insiden yang terjadi di rumah Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Inspektur Jenderal Ferdy Sambo itu dilakukan di lokasi yang berpotensi adanya saksi.

Baca juga: Brigadir J Tertembak di Rumah Kadiv Propam Ferdy Sambo, Istri Jenderal Teriak, Diduga Pelecehan

Baca juga: Ayah Soroti Kematian Brigadir J di Rumah Kadiv Propam Ferdy Sambo, Janggal, Kuak Chat Terakhir: Enak

Brigadir J (kanan) tertembak di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo (kiri) setelah diduga lakukan pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo
Brigadir J (kanan) tertembak di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo (kiri) setelah diduga lakukan pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo (Tribunnews)

Selain itu, rumah tersebut juga dinilai sebagai zona aman yang tidak bisa dikuasai oleh pelaku, terlebih ada kamera pengintai atau CCTV, ada akses calon korban melarikan diri.

"Maka itu sungguh-sungguh pertimbangan memilih lokasi kejahatan yang sangat amat buruk. Ini pemikiran yang spontan muncul di kepala saya usai membaca pemberitaan," ujar Reza dikutip dari Kompas TV dalam Sapa Indonesia Pagi, Kamis (14/7/2022).

Ia memberikan catatan bahwa dugaan pelecehan seksual itu sungguh-sungguh berlangsung di tempat tidak lazim.

Kendati demikian, kata Reza, bukan tidak mungkin kejahatan pelecehan seksual itu bisa terjadi.

"Tetap harus diinvestigasi oleh polisi karena ada saja kemungkinan pelaku kejahatan seksual dalam kondisi mabuk, di bawah pengaruh narkoba, atau terprovokasi eksternal," kata dia.

Apabila berada dalam kondisi tersebut, Reza berpandangan pelaku bisa saja tidak bisa membuat kalkulasi kejahatan secara maksimal.

Adapun baku tembak terjadi antara Brigadir J dan Bharada E di rumah Kadiv Propam.

Brigadir J disebut tewas dalam insiden baku tembak dengan rekannya Bharada E.

Baku tembak itu terjadi karena dipicu dugaan pelecehan yang dilakukan oleh Brigadir J terhadap istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi di rumahnya.

Bharada E yang Tembak Brigadir J Harusnya Tak Boleh Bawa Senjata

Kematian Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J di rumah Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo tengah jadi sorotan.

Diketahui Brigadir J tewas dalam baku tembak dengan Bharada E yang terjadi Jumat (8/7/2022) lalu.

Bharada E disebut melepaskan lima kali tembakan sementara Brigadir J melakukan tujuh kali tembakan.

Dalam kasus ini banyak kejanggalan yang terjadi.

Hal itu pun mendapat tanggapan dari Pengamat Kepolisian, Bambang Rukminto.

Baca juga: Polisi Kepung Rumah Brigadir J Pasca Baku Tembak, Keluarga Syok: Kami Diserang Padahal Lagi Berduka

Baca juga: Pesan Terakhir Brigadir J Sebelum Baku Tembak dengan Bharada E, Ayah Mendiang Teriak Lihat Jenazah

Brigadir J dimakamkan
Kematian Brigadir J banyak dinilai janggal (Tribun Jambi/ Deddy Rachmawan)

Pasalnya, menurut SOP, Bharada E tak diperbolehkan membawa senjata api.

Secara kedinasan Polri, pangkat Bharada merupakan pangkat paling rendah di Tamtama.

Bambang menyebut, pangkat Bharada diperbolehkan menjadi ajudan perwira tinggi.

Hal ini tergantung dari rekomendasi pimpinan.

Namun, tugas dari Tamtama hanya membantu di rumah pejabat Polri.

Tanpa mengawal ke tempat kunjungan.

"Dia bisa naik ke Brigadir sesuai dengan masa dinasnya," kata Bambang dikutip TribunStyle.com dari Wartakotalive, Rabu, (13/7/2022).

Menurut Bambang, sesuai dengan SOP kepolisian, Bharada tidak diperbolehkan membawa senjata api.

Bahkan meskipun menjadi ajudan pejabat Polri, Bharada tak boleh memiliki senjata api kedinasan terutama laras pendek.

Bharada bisa membawa senjata dengan izin pimpinannya.

"Tapi tergantung juga, pimpinannya memberikan izin dengan alasan-alasan tertentu," katanya.

Kematian Brigadir J meninggalkan sederet kejanggalan.
Kematian Brigadir J meninggalkan sederet kejanggalan. (Tribunnews/Istimewa)

Bambang juga mempertanyakan mengapa Bharada E yang sedang berada di rumas dinas bisa membawa senjata api.

Padahal Bharada E sedang tidak melakukan pengamanan terhadap Irjen Ferdy Sambo.

Lalu mengapa Bharada E tak mendampingi Irjen Ferdy Sambo?

Pada Jumat (8/7/2022) sore, Bharada E berada di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di daerah Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan.

Ia ternyata diminta untuk mengawal putra dari Ferdy Sambo.

Saat itu putra Ferdy Sambo dijadwalkan pulang dari luar kota dan kemudian akan singgah sementara di rumah dinas.

"Jadi memang Saudara E itu ajudan dari Kadiv Propam. Tapi pada saat itu, yang bersangkutan mendapat tugas untuk mengamankan atau mengawal putra beliau," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto, Selasa (12/7/2022), mengutip Kompas.com.

Untuk diketahui, Brigadir J yang merupakan driver istri Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo terlibat baku tembak dengan Bharada E.

Bharada E merupakan ajudan Ferdy Sambo.

Saat kejadian, Ferdy Sambo sedang tidak ada di rumah.

Aksi baku tembak disebut polisi dipicu karena Brigadir J diduga melakukan pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo.

Aksi baku tembak tersebut menyebabkan Brigadir J tewas.

Kasus ini mendapat perhatian publik karena dinilai banyak kejanggalan.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bahkan membentuk tim gabungan guna mengusut kasus baku tembak antar sesama anggota polisi tersebut.

"Saya telah bentuk tim khusus yang dipimpin Pak Waka Polri," ujar Listyo di kantornya, Mabes Polri, Jakarta, Selasa (12/7/2022).

Rumah Keluarga Brigadir J Didatangi Ratusan Polisi

Kasus tewasnya Brigadir J dalam aksi baku tembak dengan Bharada E memang meninggalkan sederet pertanyaan.

Sebab ada beberapa kejanggalan yang diduga terjadi di lokasi kejadian.

Pertama, kejadian baku tembak itu terjadi pada Jumat (8/7/2022) sekitar pukul 17.00 WIB.

Namun polisi baru menyampaikan kasus ini pada Selasa (12/7/2022).

Lalu polisi menyampaikan bahwa baku tembak yang menewaskan Brigadir J terjadi karena dia melakukan pelecehan kepada istri Kepala Divisi Propam Polri, Putri Ferdy Sambo.

Baca juga: FAKTA Terkait Sosok Bharada E, Diduga Tembak Brigadir J hingga Meninggal, Pengawal Irjen Ferdy Sambo

Baca juga: Brigadir J Diduga Lecehkan Istri Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo, Todongkan Senjata, Ucapkan Ini

Rumah orangtua Brigadir J didatangi ratusan polisi setelah anaknya meninggal tewas tertembak.
Rumah orangtua Brigadir J didatangi ratusan polisi setelah anaknya meninggal tewas tertembak. (TribunJambi.com Aryo Tondang/Dok. Keluarga)

Saat kejadian, baik Brigadir J dan Bharada E adalah anggota Brimob yang ditugaskan sebagai staf Divisi Propam Polri.

Brigadir J bertugas sebagai sopir istri dari Ferdy Sambo. Sementara Bharada E adalah seorang aide de camp (ADC) atau asisten pribadi Ferdy Sambo.

Pada saat kejadian, Irjen Ferdy Sambo tidak ada di rumah.

Kedua, setelah polisi mengonfirmasi kematian Brigadir J, ratusan polisi dilaporkan mendatangi rumah orangtua Brigadir J di Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.

Hal itu disampaikan oleh Rohani Simanjuntak, bibi Brigadir J, di rumah duka yang berada dalam kompleks perumahan guru SD di Sungai Bahar pada Selasa (12/7/2022).

Kepada kompas.com, Rohani yang masih berduka berkata bahwa ratusan polisi datang mengempung rumah mereka sampai menutup pagar sekolah.

Hal ini lantas membuat keluarga ketakutan.

"Waktu datang orang itu ke rumah, kami terkejut," ucap Rohani Simanjuntak.

"Jantung kami serasa mau copot, maklum kami baru trauma baru kehilangan."

Apalagi kata Rohani yang datang tidak hanya beberapa polisi.

Tapi mereka datang menggunakan 1 bus dan 10 mobil penumpang.

Beberapa dari mereka memakai seragam polisi. Namun ada juga yang memakai pakaian bebas hingga hitam putih.

Kejadian itu sekitar pukul 20.00 WIB dan kondisi rumah tengah dipenuhi oleh keluarga.

Yang membuat keluarga semakin takut adalah para polisi itu datang datang permisi dan menutup akses masuk ke rumah.

"Kami seolah diserang, karena rumah didatangi," tutur Rohani.

Merasa tidak terima diperlakukan seperti itu, Rohani pun dengan berani menegur polisi yang datang.

"Jangan seperti itulah Pak masuk rumah orang, kami ini lagi sedih loh, lagi trauma."

"Yang sopan lah, pakek permisi," ungkap Rohani.

Sebab sampai sekarang Rohani mengaku tidak percaya bahwa keponakannya tewas tertembak. Apalagi Brigjen J sempat menelpon keluarganya 8 jam sebelum tewas.

Saat menelepon, Brigadir J membicarakan banyak hal. Termasuk berziarah ke kampung halamannya.

(Kompas.com/Tribunnews.com/Salis, Wartakotalive/Miftahul, Kompas.com/Isa Bustomi)

Artikel ini diolah dari Kompas.com dan Tribunnews dengan judul: Psikolog Forensik Nilai Lokasi Dugaan Pelecehan Seksual Brigadir J Tidak Lazim dan Menurut SOP, Bharada E yang Terlibat Baku Tembak di Rumah Ferdy Sambo Tak Boleh Bawa Senjata Api

Sumber: Kompas.com
Tags:
Brigadir JKadiv Propam Polri Irjen Ferdy SamboFerdy SamboReza Indragiri AmrielBrigadir Nopryansah Yosua Hutabarat
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved