Penyebab Meninggalnya Dorce Gamalama, Bakal Dimakamkan Sesuai Prokes Covid-19
Dorce Gamalama meninggal dunia karena Covid-19, bukan penyakit diabetes dan mengalami demensia alzheimer.
Editor: Amirul Muttaqin
Setelah kepulangannya dari ibadah haji, ia juga menambakan namanya menjadi Dorce Gamalama Halimatussadiyah.
Di dunia hiburan, ia dikenal sebagai seorang pembawa acara televisi, membawakan program gelar wicara, Dorce Show di Trans TV sejak Januari 2005.
Ia juga dikenal sebagai penyanyi, yang berhasil mencatatkan rekor di Museum Rekor Indonesia (MURI) atas peluncuran sembilan album sekaligus hanya dalam waktu lima bulan.
Baca juga: PANDANGAN Gus Miftah yang Tak Setuju Soal Wasiat Dorce Gamalama: Takdir Kalah dari Social Cultural
Baca juga: Sosok Asep Maskar, Mantan Suami Dorce Gamalama yang Menikah Virtual, Sempat Bikin Kapok Nikah Lagi
Ganti kelamin
Dorce terlahir sebagai seorang laki-laki dengan nama Dedi Yuliardi Ashadi, dari pasangan Achmad dan Dalifah.
Ia merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara. Kedua orang tuanya meninggal ketika Dorce masih anak-anak hingga ia dirawat oleh neneknya yaitu Siti Darama.
Pada usia dua tahun ia pindah bersama neneknya ke Jakarta. Ketika usia lima tahun, Dorce Gamalama dimasukkan ke taman kanak-kanak yang lokasinya tak jauh dari rumah bibinya di Kramat Sentiong.
Setahun kemudian ia disekolahkan di SD Salmin.
Saat masih SD, Dedi kerap menyanyi bersama kelompok Bambang Brothers.
Saat SMP ia semakin tidak tertarik pada pelajaran sekolah dan lebih memusatkan perhatian pada bidang menyanyi.
Selain itu ia juga mulai menyadari kecenderungannya untuk tertarik pada wanita.
Hal ini juga ia manfaatkan untuk membuat penampilannya di panggung semakin menarik, yaitu melawak dengan berpura-pura menjadi wanita.
Ketika itulah ia mendapatkan nama panggilan dari Myrna pemimpin kelompok tari waria Fantastic Dolls, yaitu Dorce Ashadi.
Karena semakin merasa terperangkap dalam tubuh seorang laki-laki, Dedi kemudian memutuskan untuk operasi ganti kelamin menjadi seorang wanita.
Hal ini dilakukannya di Surabaya pada tahun 1983 dengan dokter saat itu adalah ahli bedah plastik dari RSUD dr Soetomo, Prof. Dr. dr. Djohansjah Marzoeki Sp.BP.