Liburan ke Luar Negeri Tanpa Ruben Onsu & Anak-anak, Sarwendah Percaya Diri Pakai Daster di Serbia
Intip deretan potret liburan Sarwendah di luar negeri. Istri Ruben Onsu percaya diri pakai daster di Serbia.
Penulis: Yuliana Kusuma Dewi
Editor: Delta Lidina Putri
Sarwendah bercerita jika dirinya sempat jadi korban bullying saat masih bersekolah.
Ia tiba-tiba saja mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari beberapa teman sekolahnya saat masih menimba ilmu di luar negeri.
Padahal, ia dikenal sebagai salah satu murid yang rajin dan mudah membaur.
Pengalaman kelamnya itu diceritakan di hadapan Ruben Onsu baru-baru ini.
Baca juga: Uang Dapur Sarwendah Disebut Capai Rp 40 Juta Sebulan, Ruben Onsu Blak-blakan: Udah Naik Malah
Baca juga: Syuting ke Luar Negeri, Sarwendah Terpaksa Tinggalkan Anak, Ruben Onsu Gantikan Peran Istri di Rumah
Kala itu, Sarwendah mengaku barang-barang pribadinya sempat dirusak oleh teman sekolahnya.
Mulai dari baju, kasur hingga barang penting semuanya di sobek dan dipecahkan oleh si pelaku.

"Jadi kejadiannya adalah aku pulang, tiba-tiba kamar aku berantakan.
Semua baju aku disobek-sobek, kasur aku disobek-sobek, disiram pakai detergen, semua barang aku dipecahin,
handphone, catokan, semua digunting-gunting berantakan total. Aku kaget," ungkap Sarwendah, dilansir Tribun Style dari YouTube The Onsu Family pada Rabu, 3 November 2021.
Seketika itu, Sarwendah langsung melaporkan kejadian yang dialaminya itu kepada gurunya.
"Aku lapor (guru) dan gurunya langsung datang dan manggil satu asrama buat ngumpul kayak di taman gitu," lanjut Sarwendah.
Saat semua teman asramanya dikumpulkan di taman, Sarwendah yang masih syok kala itu hanya bisa menangis dan berdiam diri di kamar.
"Pada saat itu aku cuma bengong, nangis, tapi nangisnya di kamar gitu," katanya.

Baca juga: Anniversary 8 Tahun Pernikahan, Ruben Onsu & Sarwendah Boyong Anak-anak Liburan ke Labuan Bajo
Baca juga: Susul Raffi Ahmad dan Nagita, Wajah Sarwendah Juga Terpampang di Times Square New York: Gak Nyangka
Ia sempat tak menyangka dan merasa trauma lantaran mayoritas siswa di sekolanya berasal dari negara yang sama dengannya, yakni Indonesia.
"Jadi mayoritas orang di situ itu dari negara aku (Indonesia) sendiri gitu. Aku pindah negara tapi lebih banyak orang dari negara aku dan aku sedikit panik," terang Sarwendah.