Breaking News:

Virus Corona

Ahli Singapura: Terinfeksi Covid-19 Setelah Vaksin Ampuh Tangkal Varian Delta & Tingkatkan Imun

Beruntung bagi yang sudah vaksin, nyatanya terinfeksi Covid-19 setelah vaksin terbukti ampuh tangkal varian baru corona.

Tribunnews/Irwan Rismawan
Beruntung bagi yang sudah vaksin, nyatanya terinfeksi Covid-19 setelah vaksin terbukti ampuh tangkal varian baru corona. 

Penulis: Dhimas Yanuar

TRIBUNSTYLE.COM - Beruntung bagi yang sudah vaksin, nyatanya terinfeksi Covid-19 setelah vaksin terbukti ampuh tangkal varian baru corona.

Virus corona hingga kini masih menjadi momok bagi banyak negara.

Namun beruntungnya di Indonesia, jika menurut dari data yang dirilis oleh pemerintah, pandemi Covid-19 semakin menurun di berbagai daerah.

Kemungkinan besar hal ini karena PPKM yang terus dilaksanakan hingga vaksinasi yang terus digalakkan.

Vaksinasi sendiri pada awalnya masih menuai perdebatan, hingga bahkan sempat ada yang menolak.

Baca juga: PERATURAN PPKM Baru, Akses Tempat Publik Anak-anak Harus Vaksinasi, PeduliLindungi hingga Antigen

Baca juga: Disebut Sudah Berdamai dengan Covid-19, Singapura Tangani 1000 Kasus Baru, Padahal 80% Vaksinasi

Vaksin Sinovac Biotech, salah satu dari 11 perusahaan China yang disetujui untuk melakukan uji klinis vaksin virus corona potensial. Vaksin corona (Covid-19) dari perusahaan biofarmasi asal China, Sinovac, telah tiba di Indonesia pada Minggu (6/12/2020).
Vaksin Sinovac Biotech. (WANG ZHAO / AFP)

Pada data terakhir yang dirilis oleh Kemenkes di vaksin.kemkes.go.id, disebutkan sudah hampir 40% dari 200 juta penduduk yang telah mendapatkan vaksin.

Dalam angka, disebutkan bahwa 80 juta penduduk telah mendapatkan vaksin Covid-19 tahap pertama.

Beruntung bagi 80 juta penduduk Indonesia yang telah mendapatkan vaksin.

Dilansir dari The StraitTimes, (20/9/2021), sebuah penelitian dari Singapura menyabutkan bahwa vaksinasi memberikan berbagai manfaat. 

Analisis oleh seorang ahli penyakit menular soal Covid-19 dan vaksinasi ini disebut membuat banyak orang kaget.

Ahli tersebut mengatakan bahwa perlindungan terbaik terhadap Covid-19 yaitu ketika tubuh justru terinfeksi ringan setelah divaksinasi.

Menurutnya, saat tubuh terinfeksi usai vaksin, akan memberikan perlindungan yang lebih terhadap varian Covid-19 Delta.

Kombinasi ini jauh lebih kebal dibandingkan dengan hanya vaksinasi atau infeksi saja.

Terinfeksi oleh virus sangat berbeda dengan vaksin virus yang tidak aktif (Sinovac), kata Prof Ooi dari Duke-NUS Medical School.

Dalam laporan tersebut menyebutkan bahwa virus yang tidak aktif yang digunakan dalam vaksin sudah mati tidak memiliki bagian yang memungkinkan virus untuk mereplikasi dirinya sendiri, begitu memasuki sel manusia.

Jadi sementara vaksin akan menghasilkan antibodi, namun mereka tidak bisa memicu sel T pembunuh sebagai pelindung tubuh atau imun.

Prof Ooi juga menjelaskan mengapa kombinasi vaksinasi dan infeksi Covid-19 dalam bentuk ringan itu baik.

Tubuh kita memiliki dua cara utama untuk melawan infeksi.

Antibodi bertindak untuk mencegah virus memasuki sel tubuh, yang perlu dilakukan untuk mereplikasi dirinya sendiri.

Vaksin corona Covid-19 Pfizer.
Vaksin corona Covid-19 Pfizer. (JUSTIN TALLIS / AFP)

Ini adalah garis pertahanan pertama.

Jika garis pertahanan ini gagal dan virus berhasil memasuki sel kita, garis pertahanan kedua kita akan masuk.

Ini adalah sel T pembunuh yang menghancurkan sel-sel yang telah diserang oleh virus.

Sehingga tidak ada virus yang direplikasi yang dapat lolos untuk menginfeksi lebih banyak sel.

Vaksin mRNA, seperti Moderna dan Pfizer-BioNTech, memang menghasilkan antibodi dan sel T pembunuh.

Tetapi sel T pembunuh ini didasarkan pada kode dari virus asli yang digunakan untuk membuat vaksin.

Jika virus terlalu banyak bermutasi, hal itu dapat memengaruhi respons dari tubuh dari vaksin dan infeksi selanjutnya.

Prof Ooi juga menyebutkan bahwa vaksin tetap akan berkurang efikasinya terhadap varian Delta saat ini.

Karena virus corona Covid-19 terus berubah-ubah dan memiliki berbagai varian.

--

Moderna sebut bagi warga yang tahun lalu sudah divaksin ternyata lebih mudah tertular Covid-19 lagi, ini penjelasannya.

Vaksin Moderna dari Amerika Serikat ini menjadi salah satu vaksin Covid-19 andalan di Indonesia.

Digembar-gemborkan menjadi salah satu yang terbaik, ternyata perusahaan itu sendiri yang harus mengatakan kelemahan dari vaksin mereka sendiri.

Dilansir dari JapanTimes (16/9/2021), Moderna Inc sebagai salah satu perusahaan faramasi terbesar pembuat vaksin Covid-19 Moderna harus menyatakan hal pahit.

Mereka mengatakan bahwa orang-orang yang divaksinasi tahun lalu ternyata dua kali lebih mungkin tertular Covid-19.

Baca juga: Dipercaya & Digunakan di Indonesia, Ini Keunggulan & Efek Samping Vaksin Covid-19 Pfizer & Moderna

Baca juga: FAKTA Vaksin Janssen Produksi Johnson & Johnson, dari Efikasi hingga Efek Samping

Moderna telah merilis serangkaian data yang menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 efektif dalam mencegah masalah kesehatan serius atau kematian.

Tetapi mengakui bahwa kemanjuran dari Vaksin akan terus menurun seiring waktu.

Sehingga mereka yang menerima vaksin tahun lalu dua kali lipat lebih mungkin untuk terdampak kasus Covid-19 baru.

Bahkan beberapa penelitian juga sudah menyebutkan bahwa Moderna memiliki efikasi atau kemanjuran vaksin paling tinggi.

Selain harganya paling mahal, sekitar Rp505.000 per dosis, efikasi vaksin Moderna juga tergolong tinggi.

Di mana vaksin Moderna 87% efektif mencegah penularan Covid-19 dan 96% efektif mencegah kasus rawat inap.

Dilansir dari Kompas.com dan Intisari, vaksin Moderna kemungkinan lebih unggul dibandingkan vaksin Pfizer - BioNTech dalam hal mempertahankan kemanjurannya.

Alasannya kemungkinan karena kandungan mRNA dari vaksin Moderna yang lebih tinggi dan interval pemberian dosis yang sedikit lebih lama antara suntikan pertama dan kedua.

Hasil uji coba Moderna

Moderna membandingkan kinerja vaksinnya terhadap lebih dari 14.000 sukarelawan yang divaksinasi antara Juli hingga Oktober 2020.

Sekitar 11.000 sukarelawan yang diberi suntikan antara Desember 2020 hingga Maret 2022.

Hasilnya, Moderna menemukan ada 162 kasus Covid-19 di antara sukarelawan yang divaksinasi antara Juli hingga Oktober 2020.

Sementara di antara sukarelawan yang divaksinasi antara Desember 2020 hingga Maret 2022, Moderna hanya menemukan ada 88 kasus Covid-19.

Secara keseluruhan, hanya 19 kasus yang dianggap parah dan ini menjadi tolok ukur utama dalam menilai perlindungan yang memudar.

Dengan hasil itu ada dugaan bahwa terjadi penurunan perlindungan terhadap penerima vaksin Moderna.

Oleh karenanya, dengan hasil temuan itu, maka perusahaan farmasi dan bioteknologi asal Amerika Serikat (AS) tersebut mendorong kemungkinan penggunaan dosis penguat alias booster.

Pada 1 September 2021, Moderna sudah mengajukan izin ke Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) berisi permohonan otorisasi untuk dosis booster. (Tribunstyle/Dhimas)

Artikel terkait Covid-19 di sini>>>

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
SingapuraCovid-19DeltaDhimas Yanuarvaksin
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved