Breaking News:

Pelajaran Sekolah

Kisah Anak-anak dalam Perang Dunia I, dari Girls Guide hingga Pasukan Pengintai di Rusia

Sederet kisah tak biasa anak-anak yang hidup di masa Perang Dunia I. Bantu negaranya untuk menang, simak sejumlah keberanian mereka.

ancienthistorylists
Penggunaan gas pada Perang Dunia I 

Dalam masa kini, anak-anak yang tergabung dalam Pramuka melakukan berbagai kegiatan untuk melatik keterampilan dan karakternya. Namun, dalam Perang Dunia I anak-anak pramuka turun langsung memberikan bantuan bagi para tentara.

Berdasarkan situs dari Imperial War Museums, anak-anak Pramuka menjaga jalan, jembatan, rel kereta api, jalur telepon dan telegraf, stasiun kereta api, waduk air, dan juga lokasi yang penting bagi militer.

Anak-anak Pramuka menjaga tempat layaknya tentara, mereka dilatih untuk melakukan pemadaman kebakaran dan juga mempertahankan tempat layaknya tentara.

Selain Pramuka yang berjaga di daratan layaknya tentara angkatan darat, ada juga Pramuka yang seperti tentara angkatan laut.

Pramuka laut bertugas menjaga pantai Inggris dan mengantisipasi serangan udara dari blok sentral. Dilansir dari National Geographic, anak-anak Pramuka an Girls Squad ditugaskan membawa pesan rahasia.

Baca juga: Mengenang Baden Powell Sang Bapak Kepanduan Dunia, Tidak Ada Dirinya, Tidak Ada Hari Pramuka

Baca juga: Selamat Hari Pramuka! Simak Sejarah dan Arti Lambang Gerakan Pramuka Indonesia

  • Pasukan pengintai

Di Rusia, anak-anak putus sekolah dan bergabung ke dalam tentara. Mereka bertugas hingga ke garis depan. Disadur dari Russia Beyond, anak-anak melakukan tugas sebagai pengintai di wilayah musuh, karena lebih kecil kemungkinan mereka dicurigai melakukan spionase.

Selain mengintai, mereka juga dilatih untuk melumpuhkan senjata artileri Jerman, membawa peluru ke unit yang memerlukan, merawat tentara yang terluka, hingga melakukan penyergapan musuh dengan menenteng senjata api.

Perang merusak mental para tentara dewasa, membuat mereka mengembangkan gangguan psikologis akibat kecemasan dan ketakutan yang luar biasa. Perang juga memengaruhi psikis anak-anak secara lebih buruk.

Ada seorang anak mantan tentara bernama Vasily Speransky yang dikirim ke garis depan perperang pada umur 14 tahun. Setelah perang usai dan kembali ke sekolah, Speransky membuat masalah hingga menewaskan kepala sekolahnya sendiri yang telah mendisiplinkannya.

  • Tentara di bawah umur

Inggris juga merekrut anak-anak dibawah umur untuk turun ke garis depan medan perang. Dikutio dari BBC, sebanyak 250 ribu anak laki-laki di bawah usia 18 tahun bergabung ke dalam tentara dengan berbagai motif.

Dari mulai rasa patriotisme terhadap negara, lari dari keluarga, mengharapkan petualangan, hingga desakan masyarakat yang menganggapnya pengecut jika tidak ikut perang. Namun yang pasti, anak-anak tersebut menderita syok dan gangguan stress akibat trauma pasca tempur.

Anak-anak pada Perang Dunia I kehilangan masa kecil mereka, kehilangan keluarga, kesempatan untuk belajar, juga mengalami trauma dan stress mendalam yang tidak bisa hilang selama sisa umur mereka. Penderitaan mereka menjadi salah satu bukti bahwa perang tidak boleh lagi terjadi dikemudian hari.

(kompas.com / Silmi Nurul Utami)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anak-Anak dalam Perang Dunia I"

Baca juga artikel terkait anak-anak lainnya di sini >>

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Tags:
Girls GuidePerang Dunia IRusiaJermanInggris
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved