Hari Anti Narkotika Internasional, Kenapa Pecandu Narkoba Susah Berhenti hingga Perlu Rehabilitasi?
Hari Anti Narkotika Internasional, kenapa pecandu narkoba susah berhenti hingga perlu rehabilitasi? Simak penjelasan berikut ini.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Dhimas Yanuar
Reporter: Gigih Panggayuh
TRIBUNSTYLE.COM - Hari Anti Narkotika Internasional, kenapa pecandu narkoba susah berhenti hingga perlu rehabilitasi? Simak penjelasan berikut ini.
Setiap 26 Juni, diperingati Hari Anti Narkotika Internasional.
Melansir laman resmi PBB, tanggal itu ditetapkan melalui resolusi 42/112 pada 7 Desember 1987 oleh Majelis Umum PBB sebagai Hari Internasional Menentang Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.
Perayaan ini merupakan ekspresi tekad untuk memperkuat aksi dan kerja sama mencapai tujuan masyarakat internasional yang bebas dari penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Bicara soal narkoba, para pecandu biasanya perlu untuk melakukan rehabilitasi agar terbebas dari barang haram tersebut.
Lantas, kenapa pecandu narkoba susah berhenti?
Baca juga: Anji Jalani Rehabilitasi akibat Tertangkap Pakai Ganja, Begini Cara BNN Atasi Kecanduan Narkoba
Baca juga: Selamat Hari Anti Narkotika Internasional! Mengapa Diperingati Setiap 26 Juni? Begini Sejarahnya

Kenapa Pecandu Susah Berhenti Memakai Narkoba?
Otak adalah pusat komunikasi besar yang menyampaikan pesan bolak-balik untuk mengatur apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan.
Pesan-pesan tersebut dikirim melalui bahan kimia di otak yang disebut neurotransmitter.
Setiap jenis narkoba mempengaruhi jalur neurotransmitter yang berbeda dengan cara yang berbeda pula.
Beberapa mempengaruhi lebih dari satu neurotransmitter.
Namun, sebagian besar narkoba berdampak pada sistem dopamin.

Dopamin Mengendalikan Emosi, Motivasi, dan Perasaan Senang
Otak manusia terprogram untuk memastikan kita mengulangi kegiatan yang menyenangkan.
Ketika melakukan sesuatu yang menyenangkan, tubuh mendapatkan sedikit dopamin.
Hal itu membuat otak kemudian mengingatkan untuk melakukannya lagi.
Narkoba mengaktifkan dopamin dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan kegiatan pengaktif dopamin lainnya, seperti makan dan seks.
Akibatnya, ada dorongan dari dalam yang kuat untuk mengulangi penggunaan narkoba.
Otak menjadi prima untuk mengulangi penggunaan narkoba tanpa benar-benar memikirkannya.
Ketika dopamin dalam jumlah besar dilepaskan, otak mengalami kesulitan menjaga produksinya dan dapat kehabisan dopamin pada sementara waktu.
Ini adalah salah satu alasan mengapa satu atau dua hari setelah menggunakan narkoba, seseorang mungkin tampak datar atau tertekan.

Apa yang Terjadi Ketika Persediaan Dopamin Habis?
Setelah satu hari atau lebih, otak kembali memproduksi dopamin dan suasana hati kembali normal.
Ketika dopamin yang tersimpan kerap terkuras berulang-ulang, otak tidak dapat mengatasinya.
Yang terjadi berikutnya, tertutuplah beberapa struktur yang diperlukan untuk memindahkan dopamin ke sekitar otak.
Beberapa jalur dopamin utama melintas melalui bagian otak yang digunakan untuk berpikir, korteks prefrontal.
Ketika sistem dopamin rusak pada bagian otak ini, akan jauh lebih sulit untuk memikirkan konsekuensi dan melakukan pertimbangan saat mengambil keputusan.
Akibatnya, penggunaan narkoba menjadi lebih otomatis.
Ketika dopamin habis karena penggunaan yang kronis, seseorang mungkin bisa merasa datar selama berbulan-bulan.
Itu terjadi bahkan ketika mereka berhenti menggunakan narkoba.
Hal ini bisa menjadi motivasi penggunaan narkoba dalam rangka ingin merasakan kembali kesenangan itu.

Atasi dengan Layanan Rehabilitasi BNN
Mengatasi kecanduan dengan rehabilitasi, harus melalui beberapa tahapan.
Badan Narkotika Nasional membuka layanan rehabilitasi yang dinamakan Balai Besar Rehabilitasi yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat.
Pecandu atau penyalahgunaan narkoba akan dipulihkan sepenuhnya baik dari segi fisik maupun mental.
Diharapkan setelah keluar dari Balai Besar Rehabilitasi ini, mantan pecandu bisa hidup normal seperti sedia kala dan tidak menggunakan kembali obat-obatan terlarang.
Layanan tersebut bisa digunakan dengan melapor atau mendaftar secara online melalui situs resminya, rehabilitasi.bnn.go.id.
Selain itu pelaporan juga bisa diajukan ke institusi yang telah ditetapkan oleh menteri diantaranya seperti puskesmas, rumah sakit, dan lembaga rehabilitasi medis lainnya.
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)
Baca artikel terkait narkoba lainnya di sini>>>