Ramadhan 2021
Umat Muslim Biasa Beritikaf di Masjid untuk Mendapatkan Malam Lailatul Qadar, Ini Bacaan Doanya
Itikaf biasanya dilakukan di masjid selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Apa itu Itikaf? Simak penjelasan lengkapnya.
Editor: Nafis Abdulhakim
Menghidupkan Lailatul Qadar
Miftah menerangkan, ibadah Nabi Muhammad dalam 10 hari malam terakhir di bulan Ramadhan guna menghidupkan malam lailatul qadar.
Ini seperti dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa;
“Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut. (HR. Muslim).
Sebagaimana TribunStyle.com kutip dari Tribunnews.com, Bacaan Doa untuk Menghidupkan Malam Kemuliaan Lailatul Qadar. Rasulullah banyak melakukan Itikaf di 10 hari malam terakhir di bulan ramadhan.
Ibnu Umar ra berkata: "Adalah Rasulullah SAW dahulu menjalankan itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan." (HR. Bukhari, Muslim, dan Ashabus Sunan)
Doa untuk Menghidupkan Malam Qadar
Miftah menerangkan, ada sebuah doa yang diajarkan oleh Rasulullah untuk menghidupkan malam qadar.
Berikut doa yang dianjurkan untuk dibaca saat malam Lailatul Qadar:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Allahumma innaka 'afuwwun kariim tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii
Artinya: Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Pemurah, dan menyukai memberikan maaf, maafkanlah aku.
Anjuran membaca doa malam lailatul qadar ini disebutkan oleh Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi berikut ini:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Artinya: Beliau berkata: Wahai Rasulullah, seandainya aku bertepatan dengan malam Lailatul Qadr, doa apa yang aku katakan? Beliau berkata, “Katakan: “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwan fa’fu ‘anni” (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf, maka maafkan aku)” (HR. Tirmidzi)