Setelah Facebook, Data 500 Juta Pengguna LinkedIn Bocor, Begini Cara Cek Apakah Datamu Bocor
Setelah Facebook, data 500 juta pengguna LinkedIn diuga bocor, begini cara cek apakah datamu bocor di Internet.
Penulis: Dhimas Yanuar Nur Rochmat
Editor: Dhimas Yanuar
TRIBUNSTYLE.COM - Setelah Facebook, data 500 juta pengguna LinkedIn diuga bocor, begini cara cek apakah datamu bocor di Internet.
Isu kebocoran data pengguna internet kembali terjadi.
Setelah 530 juta data pengguna Facebook, kini giliran data pengguna LinkedIn yang dikabarkan bocor dan dijual di forum online hacker.
Baca juga: Cabor eSports SEA Games 2021 Tandingkan 8 Game dari PUBG hingga Mobile Legend, Ini Daftar Lengkapnya
Baca juga: Undang Undang Perlindungan Data Pribadi Segera Disahkan, Cegah Maraknya Kebocoran Data Digital

Dilansir dari Kompas.com pada Rabu, (27/1/2021), sebanyak 533 juta data pengguna Facebook, seperti user ID dan nomor telepon (HP) diperjualbelikan secara ilegal oleh hacker.
Kali ini dilaporkan ada sekitar 500 juta profil yang diduga kuat milik pengguna LinkedIn bocor dan dijual di forum hacker.
Data profil tersebut telah diekstraksi (scraped) oleh pelaku kejahatan siber.
Teknik scraping biasanya menggunakan software otomatis untuk mengekstrasi informasi publik dari internet.
Kemudian data tersebut didistribusikan di forum online.
Pelaku yang mengunggah data ke forum hacker, tidak menyebut angka pasti berapa banderol untuk data pengguna LinkedIn tersebut.
Pelaku tersebut hanya membuka penawaran harga setidaknya 4 digit dalam dollar.
Baca juga: SIAP-SIAP, Netflix Mulai Gencar Basmi User Siluman yang Suka Nebeng Akun Keluarga
Baca juga: SIAP-SIAP Google Segera Tarik Pajak dari YouTuber Seluruh Dunia Termasuk di Indonesia

Namun seseorang bisa membeli contoh/sampel data yang dimiliki hacker dengan membayar 2 dollar AS (sekitar Rp 30.000).
Ratusan juta data tersebut dijual bersama dengan 2 juta rekaman data profil lengkap pengguna LinkedIn.
Adapun data yang bocor meliputi nama lengkap, alamat e-mail, nomor telepon, gender, tautan profil media sosial, informasi pekerjaan, dan masih banyak lagi.
Dirangkum dari KompasTekno dan Cybernews, Sabtu (10/4/2021), belum diketahui pasti apakah data-data tersebut didapatkan peretas adalah data terbaru atau data lama.
Data lam ini adalah data yang telah diambil atau digabung dari data pengguna LinkedIn, dan perusahaan lain yang telah bocor sebelumnya.
LinkedIn menyebutkan bahwa data yang diperoleh hacker tersebut bersifat publik dan tidak berbahaya.
Meskipun data bersifat publik, namun ada beberapa bahaya yang mungkin terjadi.
Data bisa disalahgunakan oleh pelaku kejahatan kriminal untuk menargetkan phishing ke korban, mengirimkan spam, atau yang paling buruk menyerang akun pengguna (brute-force attack).
Cara mengecek Untuk memastikan apakah akun terdampak atau tidak, pengguna LinkedIn bisa mengecek di situs https://haveibeenpwned.com/.
Lalu masukan e-mail Anda yang digunakan untuk registrasi LinkedIn.
Apabila hasil pencarian bewarna merah, kemungkinan besar e-mail terdampak.
Gulir ke bawah untuk mencari tahu si situs atau platform mana saja data diretas.
Segera ganti password dan ubah akun menjadi privat untuk menambah keamanan.

500 juta data pengguna Facebook bocor
Disebutkan bahwa hacker tersebut memanfaatkan bot di aplikasi pesan instan Telegram.
Dan hacker tersebut belum terdeteksi hingga sekarang.
Kasus ini pertama kali diungkap oleh Alon Gal, Chief Technical Officer pada perusahaan keamanan siber Hudson Rock.
Menurut Gal, ini adalah imbas dari kebocoran data Facebook yang terjadi pada Agustus 2019 lalu.
Gal turut memaparkan bahwa sang hacker memanfaatkan bot yang tersedia pada aplikasi Telegram.
Bot ini memungkinkan seseorang mengetahui user ID pengguna Facebook, apabila mereka sudah mempunyai nomor telepon pengguna yang dicari.
Sebaliknya, apabila calon pembeli sudah memiliki user ID Facebook seseorang, maka bot akan mencari nomor telepon pengguna yang bersangkutan.
Agar bisa mengakses data ini, peminat diminta membeli kredit.
Satu kredit diperlukan untuk setiap satu nomor telepon atau identitas pengguna Facebook yang ingin diakses.
Baca juga: Antisipasi Berita Palsu atau Hoax, Twitter Luncurkan Birdwatch untuk Lawan Misinformasi
Baca juga: 5 Selebriti Edit Foto Semula Cowok Jadi Cewek Pakai FaceApp, Ivan Gunawan Disebut Mirip Aurel

Ada pun harga yang dipatok untuk satu kredit adalah 20 dollar AS (sekitar Rp 282.000).
Sang hacker turut menawarkan pembelian dalam jumlah banyak, yakni sebesar 5.000 dollar AS (sekitar Rp 70,5 juta) untuk setiap 1.000 kredit yang dijual.
Dihimpun KompasTekno dari Motherboard, Rabu (27/1/2021), bot ini diklaim telah menampung ratusan juta data pengguna yang tersebar di berbagai negara.
Dan kemungkinan besar data nomor HP itu berasal dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia. serta puluhan negara lainnya.
Namun belum diketahui apakah nomor pengguna di Indonesia juga bocor.
Meski disebut kebanyakan nomor telepon yang bocor berasal dari kebocoran data Facebook pada 2019 lalu, namun kasus ini tetap mengancam risiko pengguna.
Sebab, tidak banyak orang yang rutin mengganti nomor pribadi mereka.
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti apakah bot yang dimaksud telah dihapus oleh pihak Telegram atau belum.
Namun apabila bot tersebut telah dihapus, ironisnya para hacker masih bisa mengakses data-data tersebut melalui internet.
(Tribunstyle/Dhimas) (Kompas.com/Wahyunanda Kusuma Pertiwi)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul "Data 500 Juta Pengguna LinkedIn Bocor, Dijual Mulai Rp 30.000", Klik untuk baca:https://tekno.kompas.com/read/2021/04/10/07020017/data-500-juta-pengguna-linkedin-bocor-dijual-mulai-rp-30000.