Kecelakaan Sriwijaya Air
MOMEN Sriwijaya Air SJ-182 Nyaris Bertemu AirAsia Tujuan Sama ke Pontianak, Sebelum Menukik Jatuh
Momen saat Sriwijaya Air SJ-182 nyaris bertemu AirAsia sesama tujuan Pontianak, sebelum SJ-182 hilang kontak, dan menukik jatuh, 9 Januari 2021.
Editor: Agung Budi Santoso
Namun yang menjadi misteri adalah pada pukul 14.39 WIB, pesawat yang berada di ketinggian 10.600 kaki awalnya merespons saat diinstruksikan naik ke ketinggian 13 ribu kaki.
Namun, tiba-tiba pesawat terpantau belok ke arah kiri atau barat laut.
Padahal seharusnya pesawat belok ke kanan di posisi 075 derajat, sampai akhirnya hilang dari radar dan mengalami kecelakaan di perairan Kepulauan Seribu.
Baca juga: Datang Lewat Mimpi, Pramugari Grislend Korban Sriwijaya Air SJ 182 Pakai Baju Putih Pulang ke Rumah
Baca juga: MIMPI Istri Riyanto Korban Sriwijaya Air, Lihat Almarhum Pulang, Anak Terus Menangis Cari Sang Ayah

Diawali dengan keterangan dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang mengungkapkan dugaan penyebab pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh lewat Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI, Rabu (3/2/2021).
Dikutip Tribunnews dari Kompas.com, Soerjanto membantah soal kabar Sriwijaya Air SJ-182 pecah di udara.
Ia mengatakan kondisi badan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 masih utuh hingga membentur air.
"Jadi ada yang mengatakan bahwa pesawat pecah di atas udara itu tidak benar."
"Jadi pesawat secara utuh sampai membentur air, tidak ada pecah di udara," bebernya.

Lebih lanjut, Soerjanto menerangkan alasan yang mendasari pernyataannya tersebut.
Berdasarkan data tim SAR gabungan, puing pesawat tersebar di wilayah sebesar 8 meter dan panjang 110 meter pada kedalaman 16 sampai 23 meter.
Puing-puing yang ditemukan mewakili seluruh bagian pesawat mulai depan hingga ke belakang.
Tak hanya itu, temuan pada turbin pesawat juga menunjukkan konsistensi mesin masih hidup sebelum membentur permukaan air.
"Luas sebaran yang ditemukan pesawat dari depan sampai belakang konsisten dengan bukti bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," jelas Soerjanto.
"Ini diindikasikan bahwa turbin-turbinnnya rontok semua, itu menandakan bahwa ketika mengalami impact dengan air mesin itu masih berputar," imbuh dia.
Selain temuan pada turbin, temuan awal data automatic dependent surveillance broadcast (ADS-B) juga masih merekam data pesawat saat berada di ketinggian 250 kaki dari permukaan laut.