Breaking News:

Malam Hari Susur Hutan dan Terjang Banjir, Relawan Berjuang Salurkan Donasi ke Korban Banjir Kalsel

Para relawan tembus hutan di tengah banjir pada malam hari untuk menyalurkan donasi kepada para korban banjir di Kalimantan Selatan

Penulis: Nafis Abdulhakim
Editor: Dhimas Yanuar
Tribunnews.com kolase/Instagramkitabisa.com
Relawan menembus hutan dan sungai demi bisa menyalurkan bantuan pada korban banjir di Kalimantan Selatan. 

Reporter: Nafis Abdulhakim

TRIBUNSTYLE.COM - Bencana banjir melanda Kalimanyan Selatan, bantuan pun berdatangan untuk para korban.

Para tim relawan juga rela menembuh pekatnya malam menyusuri hutan di tengah banjir.

Penampakan tersebut terlihat dalam postingan akun Instagram Kitabisa.com.

Tim relawan mengumpulkan bantuan dan juga menyalurkannya ke para korban banjir.

Ada kisah saat menyalurkan donasi-donasi tersebut.

Relawan menembus hutan dan sungai demi bisa menyalurkan bantuan pada korban banjir di Kalimantan Selatan.
Relawan menembus hutan dan sungai demi bisa menyalurkan bantuan pada korban banjir di Kalimantan Selatan. (Tribunnews.com kolase/Instagramkitabisa.com)

Para relawan harus menyusuri hutan di malam hari dan menerobos banjir.

Melansir Tribunnews.com, Kitabisa melakukan penggalangan dana melalui influencer Rachel Vennya.

Donasi bisa dilakukan melalui link kitabisa.com/untukterdampakbencana.

Memiliki follower yang tak sedikit, Rachel Vennya dan Kitabisa.com mendapatkan donasi yang juga tak sedikit.

Mereka bisa mengumpulkan dana bantuan sebesar Rp 2 miliar.

Donasi tersebut pun juga dialokasikan untuk banjir di Kalimantan Selatan juga gempa di Sulawesi Barat.

Saat ini, donasi yang terkimpul dari #OrangBaik ini terus didistribusikan.

Salah satunya ke Desa Tambak Danau, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar.

Untuk mencapai desa tersebut memang tidak mudah.

Para relawan harus melewatihutan dan sungai dengan jarak tempuh sekira 3 kilometer.

Rachel Vennya
Rachel Vennya (Instagram @rachelvennya)

"Ini merupakan akses tercepat dan paling memungkinkan dijangkau untuk bisa sampai ke desa," ujar Fajery Majedi, NGO Coordinator Kitabisa di Kalimantan Selatan kepada Tribunnews.com.

"Salut, perjuangan mereka para relawan agar donasi bisa sampai kepada korban banjir di Kalsel. Menembus hutan dan menyusuri sungai dan banjir yang dalam.," kata Dara Puspita - Public Relations Kitabisa kepada Tribunnews.com.

Setelah sepekan lamanya, banjir masih saja menggenangi seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Selatan.

"Masih banyak yang memerlukan bantuan . Sambil berdoa selalu agar penyaluran bantuannya terus lancar, para relawan di Kalsel juga selalu sehat, dan banjirnya cepat surut.

Kamu juga bisa mengirimkan donasi untuk saudara-saudara kita di Kalsel melalui kitabisa.com/untukterdampakbencana (link di bio). Uluran tangan dari kita dapat memberikan harapan dan semangat baru untuk Kalsel.

Terima kasih #OrangBaik " demikian dikutip dari instagram Kitabisa.com.

Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi (Instagram/dedimulyadi71)

Sebelumnya diberitakan, Dedi Mulyadi ingin pemerintah mengkaji soal penyebab banjir di Kalimantan.

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mendesak kepada pemerintah untuk segera melakukan evaluasi secara menyeluruh penambangan hutan yang memiliki potensi terhadap munculnya bencana alam seperti banjir.

Hal itu untuk mencegah peristiwa serupa terulang pada waktu mendatang.

Desakan itu terkait dengan bencana banjir besar yang melanda Kalimantan dan menyebabkan ribuan rumah terdampak.

Dedi mengatakan, evaluasi itu meliputi penambangan ilegal dan pemanfaatan hutan ilegal karena jumlahnya saat ini sangat banyak di seluruh Indonesia, dan itu berlangsung selama berpuluh-puluh tahun tanpa ada langkah memadai untuk menanganinya.

"Pemerintah mengalami dua kerugian. Pertama alam rusak dan kedua pendapatan tidak ada. Alam yang rusak mencapai ratusan ribu hektare. Saya sudah berulangkali meminta pemerintah untuk mengevaluasi penambangan hutan yang menyebabkan banjir," kata Dedi kepada Kompas.com, Senin (18/1/2021).

Selanjutnya, Dedi juga meminta pemerintah melakukan evaluasi faktor bencana.

Penyebab bencana harus ditelusuri dan dibuat kajian komprehensif serta diumumkan secara terbuka kepada publik sehingga bisa sama-sama melakukan perbaikan.

Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dimnta berkoordinasi dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) secara sungguh-sungguh memetakan tata ruang di Indonesia yang memiliki semangat keberlanjutan.

Hal itu agar daerah tidak mengubah tata ruang 5 tahun sekali.

"Sebab saya paham betul ketika mengubah tata ruang di sebuah wilayah kabupaten, kota atau provinsi, pendekatan ekonomi politik jauh lebih tinggi daripada pendekatan teknis. Saya pernah mengalami itu," kata mantan bupati Purwakarta itu.

Dedi mengatakan, pihaknya juga mendapat informasi bahwa ada satu perusahaan yang masih ngotot mengajukan izin penambangan di tengah duka melanda Kalimantan.

Ia minta gubernur dan wali kota kota untuk tidak memberi izin.

"Kok masih ada perusahaan yang masih berpikir kepentingan korporasi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehuatan harus tegas bersikap untuk masalah lingkungan," kata Dedi.

Ditanya tentang nama perusahaan tersebut, Dedi tidak memberitahukannya.

Sebelumya, banjir melanda sejumlah daerah di Kalimantan.

Di Kalimantan Selatan, jalur Tans-Kalimantan terputus.

Sementara di Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Landak, banjir setinggi 1 meter merendam 10 desa.

Selanjutnya di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, banjir merendam 3.000 rumah.

Lalu di Nunukan Kalimantan Utara, 8 desa diterjang banjir yang menyebabkan 2.752 jiwa terdampak.

(TribunStyle.com/Nafis,Kompas.com)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Dedi Mulyadi: Saya Sudah Berulang Kali Minta Penambangan Hutan Penyebab Banjir Dievaluasi

Baca juga: VIRAL! Jokowi dan Rombongan Terjang Banjir, Mobil Yang Dipakai Jadi Sorotan, Harganya Bikin Syok!

Baca juga: Ratusan Rumah di Belasan Desa di Halmahera Terendam Banjir, Para Warga Bertahan di Pengungsian

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
Kalimantan SelatanbanjirNafis AbdulhakimRachel Vennya
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved