Hari Guru Nasional
Hari Guru Nasional: Kisah Sartono Ciptakan Lagu Hymne Guru dengan Bersiul Tak Punya Alat Musik
Hari Guru Nasional, mengenang kisah Sartono ciptakan lagu Hymne Guru yang kini selalu dinyanyikan di sekolah-sekolah.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Ika Putri Bramasti
TRIBUNSTYLE.COM - Hari Guru Nasional: mengenang kisah Sartono ciptakan lagu Hymne Guru yang kini selalu dinyanyikan di sekolah-sekolah.
Setiap tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional.
Penetapan hari tersebut berkaitan dengan berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Kemudian, dikuatkan dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994.
Peringatan Hari Guru Nasional biasanya tak lepas dengan menyanyikan lagu 'Hymne Guru'.
Mungkin tak banyak diketahui bagaimana asal usul lagu yang wajib dinyanyikan di sekolah-sekolah itu.
Baca juga: Sejarah Hari Guru Nasional Diperingati Setiap 25 November, Bertepatan dengan Hari Lahir PGRI
Baca juga: Dirayakan Tiap 25 November, Ini Logo dan Tema Hari Guru Nasional Tahun 2020, Simak Maknanya

Lagu tersebut memiliki judul asli 'Hymne Guru: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa'.
Pada tahun 1980-an, lagi itu diciptakan oleh Sartono.
Ia menggubah lagu tersebut sebagai upaya untuk menghargai para guru karena dinilai sangat berjasa untuk pendidikan di Indonesia.
Mengenang Sosok Sartono Pencipta Lagu Hymne Guru
Seperti dilansir dari buku Kumpulan Lagu Wajib Nasional, Tradisional, & Anak Populer oleh Hani Widiatmoko dan Dicky Maulana, Sartono adalah mantan guru seni musik.
Ia dulu sempat mengajar seni musik di sekolah yayasan swasta di Kota Madiun, Jawa Timur.
Pria kelahiran Madiun, 29 Mei 1936 ini memiliki kisah hidup yang menarik.
Sebagai seorang guru seni musik, ia justru mempelajari musik secara otodidak.
Sartono juga tak pernah mengenyam pendidikan tinggi tentang musik.
Pada tahun 1978, Sartono adalah satu-satunya guru seni musik yang bisa membaca not balok di wilayah Madiun.
Ada cerita menarik lagi kala dirinya menciptakan lagu Hymne Guru.

Karena keterbatasan alat musik yamg ia miliki, lagu Hymne Guru diciptakannya dengan bersiul sambil menorehkan nadanya ke dalam catatan kertas.
Walaupun penghasilannya dari pekerjaannya sebagai guru pas-pasan, kecintaannya pada musik membuat Sartono menciptakan beberapa buah lagu.
Melansir Kompas.com, bertepatan dengan momentum Hari Pendidikan Nasional pada tahun 1980, Sartono mengikuti lomba mencipta lagu tentang pendidikan.
Dari ratusan peserta, lagu 'Hymne Guru' dan 'Pahlawan Tanpa Tanda Jasa' ciptaannya berhasil menjadi pemenang.
Selain mendapatkan sejumlah uang sebagai pemenang, Sartono bersama sejumlah guru teladan lainnya di seluruh Indonesia dikirim ke Jepang untuk studi banding.
Perhatiannya yang demikian serius dalam dunia pendidikan dan pengabdiannya sebagai guru membuahkan penghargaan dari Mendikbud pada saat itu, Yahya Muhaimin.
Sartono juga sempat diminta oleh TNI Angkatan Darat ke Aceh pascabencana Tsunami tahun 2004 untuk menghibur dan memberi semangat para guru di Aceh.
Sang Guru Musik meninggal dunia pada 1 November 2015 di Madiun, kota yang jadi tempat kelahirannya.
Lirik Lagu Hymne Guru, Pahlawan Tanda Jasa
Terpujilah
Wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup
Dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir
Didalam hatiku
Sebagai prasasti terimakasihku
Tuk pengabdianmu
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir didalam hatiku
Sebagai prasasti terimakasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau bagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa
Sejarah Hari Guru Nasional
Mengutip laman resmi pgri.or.id, organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah.
Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib para anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Sejalan dengan keadaan itu maka di samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru lainnya.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh, mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda.
Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia.
Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).
Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata 'Indonesia' yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda.
Sebaliknya kata 'Indonesia' ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, PGI tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta.
Melalui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan.
Mereka, guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia, bersatu.
Pada kongres inilah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan, yakni pada 25 November 1945, 100 hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, dan independen.
Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)
Baca juga: TERLENGKAP! Kumpulan Ucapan Selamat Hari Guru 25 November, Bahasa Inggris & Terjemahan, Penuh Makna
Baca juga: POPULER Kisah Putri Diana Curhat Nangis-nangis ke Ratu Elizabeth II Saat Diambang Cerai dari Charles