Breaking News:

Diterpa Hujan Salju, Pria Tunawisma Ditemukan Tewas Membeku di Depan Gereja yang Kerap Ia Kunjungi

Suhu rendah akibat hujan salju lebat, pria tunawisma ini meninggal dunia membeku di depan gereja yang sering dikunjunginya

Shutterstock
Ilustrasi tewas meninggal berselimut salju 

TRIBUNSTYLE.COM - Seorang tuna wisma ditemukan meninggal dunia membeku di depan gereja yang sering ia kunjungi.

Jasadnya ditemukan beberapa langkah di luar sebuah gereja di Vladivostok, Rusia, seperti dilaporkan Komsomolskaya Pravda, Jumat (20/11/2020).

Pria tersebut berusia 60 tahun itu meninggal di lapangan gereja Pokrovsky, di pusat kota Vladivostok.

Jenazah tunawisma itu kemudian diselidiki pihak kepolisian setempat.

Dari hasil identifikasi, polisi menyebutkan tidak ada jejak kekerasan terhadap jasad tunawisma itu.

Baca juga: Tak Ada Selebgram yang Respon, Ide Sewa GOR bagi Tunawisma ala Reza Arap Dilirik Anies Baswedan

Baca juga: Kakek Tunawisma Sumbangkan Berember-ember Koin Miliknya ke Tempat Ibadah Sebelum Meninggal

Ilustrasi mayat membeku berselimut salju
Ilustrasi mayat membeku berselimut salju (creativeexiles.com)

Meski identitas pria tersebut tak diketahui, namun tunawisma ini kerap diketahui di jalanan dekat TKP.

Seorang jemaat gereja mengonfirmasikan bahwa dirinya mengetahui sosok tunawisma yang tewas membeku tersebut yang meninggal saat hujan salju terjadi.

Hujan salju musim dingin itu berstatsu darurat di Vladivstok dan wilayah-wilayah sekitarnya.

Kepada Komsomolskaya Pravda, penjaga gereja bernama Yevgeny mengatakan bahwa jasad tunawisma itu ditemukan di pintu masuk gereja.

"Dia mati membeku, seorang tunawisma lokal yang sering kali hadir ke dalam (gereja) beberapa kali," katanya.

Sejauh yang diketahui Yevgeny, pria 60 tahun itu sempat mengikuti program rehabilitasi.

Ilustrasi hujan salju lebat
Ilustrasi hujan salju lebat (SkitheWorld.com)

Namun, pria tersebut malah kembali ke kebiasaan lamanya sebagai tunawisma.

Lebih lanjut, menurut Yevgeny, tahun lalu ada 5 orang yang ditemukan tewas di taman dengan kondisi serupa.

Diketahui, sebanyak 120.000 orang di Vladivostok dan seluruh wilayah Primorsky telah hidup dalam kekurangannya pasokan listrik, tanpa pemanas dan air dingin minus 1 derajat celscius di tengah badai salju.

Hujan salju bercampur aingin dan temperatur dingin ini membuat gedung-gedung dan mobil-mobil tertimbun salju.

Pria tunawisma itu pun tewas membeku tertutup salju.

Karena badai salju tersebut, sistem transportasi di kota dan wilayah juga mengalami gangguan.

Termasuk beberapa ruas jalan diblokir karena ratusan pohon tumbang.

Kasus serupa

Seorang Ayah Tewas Kedinginan karena Berikan Semua Selimut untuk Putrinya saat Cuaca Ekstrem

Ayah adalah sosok pria tegas, yang sangat mengasihi keluarganya.

Di balik sikapnya yang keras, mereka berusaha untuk melindungi setiap anggota keluarga, meski itu membahayakan dirinya sendiri.

Baru-baru ini, seorang ayah di Thailand tewas kedinginan, setelah mengorbankan selimut miliknya untuk putri kesayangannya.

Ia adalah Prasarn Homthong berusia 38 tahun, ditemukan tewas oleh putrinya yang berusia delapan tahun, Panwira Noipha, pada 7 Desember pagi.

Saat itu, Panwira berusaha untuk membangunkan ayahnya, tapi pria itu tak memberi respon.

Ternyata, pria itu sudah meninggal dunia.

Seorang pemeriksa medis mengatakan bahwa Homthong tewas karena tubuhnya tidak dapat menyesuaikan diri dengan penurunan suhu yang ekstrem di malam hari.

Diketahui, suhu di provinsi Bueng Kan, yang terletak di timur laut Thailand, mengalami penurunan hingga 9 derajat Celcius malam itu.

Tapi sayangnya, Homthong hanya memiliki tiga selimut untuk menghangatkan dirinya.

Ditambah lagi, konstruksi rumahnya yang belum sepenuhnya selesai dan kabarnya tak memiliki pintu dan jendela.

Seorang Ayah Tewas Kedinginan Setelah Berikan Semua Selimut untuk Putrinya saat Cuaca Ekstrem. Prasarn Homthong (38) ditemukan meninggal pagi harinya
Seorang Ayah Tewas Kedinginan Setelah Berikan Semua Selimut untuk Putrinya saat Cuaca Ekstrem. Prasarn Homthong (38) ditemukan meninggal pagi harinya (TribunMedan.com/Khao Sod)

Berpikir bahwa dia bisa tahan terhadap cuaca yang dingin, Homthong memberikan semua selimut di rumahnya kepada putrinya.

Homthong akhirnya tidur di atas tikar, hanya mengenakan kemeja lengan pendek dan celana pendek.

Noipha meletakkan selimut di atas ayahnya setelah dia bangun di tengah malam dan melihatnya meringkuk karena kedinginan.

Tapi pria itu ternyata sudah mati di pagi hari.

Menurut kerabat Homthong, dia tidak memiliki masalah medis sebelum meninggal.

Homthong, yang sudah bercerai, juga tinggal bersama putri sulungnya, Natharin Homthong berusia 14 tahun, yang berada di rumah seorang kerabat malam itu.

Meski tragis, kematian Homthong bukan hal yang aneh.

Cuaca dingin di Thailand memang sering mengakibatkan kasus hipotermia, flu, dan penyakit pernapasan.

Pada 2017, seorang pria dari provinsi Chaiyaphum meninggal karena hipotermia setelah tidur dengan tiga kipas angin, tanpa menyadari bahwa suhu udara turun drastis di malam hari.

Kisah serupa juga terjadi di Jepang.

Melansir kompas.com, Mikio Okada, seorang nelayan di Pulau Hokkaido, Jepang, tewas membeku karena melindungi putrinya, Natsune (9), dari terpaan angin dingin dengan kecepatan 109 km per jam yang membuat suhu udara anjlok ke angka minus enam derajat celsius.

Jasad Okada ditemukan tim penyelamat yang mencari ayah dan anak itu setelah keluarganya meminta bantuan tim penolong.

Saat ditemukan, Natsune mengenakan jaket ayahnya, dan dalam kondisi dipeluk ayahnya. Demikian surat kabar lokal mengabarkan.

Okada dan putrinya ini terakhir terdengar kabarnya pada pukul 16.00 waktu setempat, setelah Okada menjemput putrinya dari sekolah.

Okada sempat menelepon keluarganya, mengabarkan mobilnya terjebak salju yang cukup tebal.

Dia mengatakan, dirinya bersama Natsune akan berjalan menuju rumah.

Keduanya ditemukan hanya 300 meter dari lokasi mobil Okada yang terjebak salju pada pukul 07.00, Minggu (3/3/2013) pagi.

Tim penyelamat mendapati jasad Okada memeluk erat putrinya.

Dia menggunakan tubuhnya dan tembok sebuah bangunan untuk melindungi putrinya itu.

Okada bahkan melepas jaketnya dan memberikan jaket itu kepada putrinya.

Natsune langsung dilarikan ke rumah sakit dan kini kondisinya mulai membaik.

Harian Yomiuri Shimbun mengabarkan, ibu Natsune meninggal dunia dua tahun lalu karena sakit.

Sejumlah tetangga Okada menyatakan, Okada adalah ayah yang sangat menyayangi putrinya.

Tak jarang Okada memilih terlambat bekerja hanya untuk menikmati sarapan pagi bersama Natsune.

Kematian Okada bertepatan dengan perayaan "Hari Anak Perempuan", sebuah perayaan ketika keluarga berkumpul bersama dan mendekorasi rumah dengan boneka.

"Okada sudah memesan kue untuk putrinya dan sudah menanti perayaan ini bersama," kata seorang tetangga.

Okada adalah korban tewas terakhir dari bencana terpaan angin dingin di Hokkaido yang telah mengakibatkan sembilan orang meninggal dunia.

(TribunStyle.com/Nafis,TribunMedan.com/Royandi Hutasoit)

Sebagian artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Seorang Ayah Tewas Kedinginan Setelah Berikan Semua Selimut untuk Putrinya saat Cuaca Ekstrem

Baca juga: FATAL! Akibat Kehabisan Miras, 7 Orang Tewas Setelah Nekat Tenggak Hand Sanitizer saat Pesta

Baca juga: VIDEO VIRAL Detik-detik Kakek 74 Tahun Selamatkan Anjing Nyaris Tewas, Sudah di Rahang Aligator

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
TunawismaRusiaGerejaVladivostok
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved