Meski Dipukuli dengan Balok Kayu karena Tak Belajar Online, Anak Ini Tak Ingin Ibunya Ditangkap
Meski telah dipukuli dengan balok kayu karena tak belajar online, anak berusia 10 tahun tak ingin ibunya ditangkap
Penulis: Nafis Abdulhakim
Editor: Suli Hanna
TRIBUNSTYLE.COM - Meski telah dipukuli dengan balok kayu karena tak belajar online, anak berusia 10 tahun tak ingin ibunya ditangkap.
Seorang anak berusia 10 tahun di Kota Parepare, Sulawesi Selatan dipukuli dengan balok kayu.
Anak berinisial NJ ini dipukuli oleh ibunya sendiri berinisial SF (34).
NJ dipukul lantaran sempat tidak mengikuti belajar online yang diselenggarakan sekolahnya.
Meski mendapatkan luka lebam akibat pukulan benda tumpul, NJ tak ingin ibunya ditangkap.
 
"Pak Polisi, aku sayang ibu, tolong jangan ditangkap," kata NJ, bocah yang dikenal sebagai juara kelas di sekolahnya tersebut, Selasa (22/9/2020).
Melansir Kompas.com, Kamis (24/9/2020), Kasat Reskrim Polres Kota Parepare, Sulawesi Selatan Iptu Asian Sihombing menjelaskan, SF awalnya mendapat laporan dari guru NJ.
Guru tersebut mengatakan bahwa anaknya tak mengikuti belajar online selama 10 hari terakhir.
SF mengaku kesal mendengar laporan guru tersebut.
Rasa kesal semakin bertambah saat NJ tidak meminta izin pergi ke rumah neneknya.
SF semakin bertambah marah ketika NJ kembali ke rumah.
 
Ibu NJ ketika itu mendapati chat WhatApp anaknya dengan tantenya.
Kepada tantenya, NJ mengaku bahwa sang ibu berbohong mengenai dirinya yag tak pernah mengikuti belajar online.
SF pun bertambah marah dan ia mengambil balok kayu kemudian memukul NJ.
"Sang ibu menganiaya anaknya dengan balok kayu dalam video lantaran kesal anaknya yang sempat ke rumah mertuanya dilaporkan oleh gurunya 10 hari terakhir tak mengikuti pelajaran daring," kata Asian.
Bermaksud untuk memberikan konfirmasi bahwa dirinya tak berbohong, SF merekam hukuman yang dilayangkan ke NJ dan mengirimnya kepada tante korban.
Namun, video tersebut kemudian viral di media sosial.
 
"Awalnya saya hanya mengirim video itu ke sejumlah keluarga almarhum suami saya.
Namun entah siapa yang membagikannya ke media sosial," jelas SF di Ruang PPA Polres Parepare.
SF pun menyesal karena tak bisa mengontrol emosinya terhadap anak.
Ia mengaku merawat tiga orang anak seorang diri setelah suaminya meninggal dunia.
Meski telah disakiti sang ibu, NJ memohon kepada polisi agar ibunya tidak ditangkap.
"Pak polisi, aku sayang ibu tolong jangan ditangkap," rengek NJ pada polisi.
• Termasuk WhatsApp, Ini 19 Aplikasi yang Dapat Diakses dengan Kuota Internet Belajar dari Kemendikbud
• Rincian Pembagian Kuota Internet Gratis Kemendikbud, Kuota Umum & Kuota Belajar, PAUD hingga Kuliah
Hal tersebut dibenarkan oleh Kanit PPA Polres Parepare, Sulawesi Selatan, Aipda Dewi Natali Noya.
NJ juga mengaku menyesal tidak mengikuti belajar online selama beberapa hari.
"Korban berharap agar kami tak menahan SF," kata Dewi.
Sebagai pelaku penganiayaan anak, SF kini masih menjalani pemeriksaan di Ruang PPA Polres Parepare, Sulawesi Selatan.
Ibunda NJ ini terancam dikenai Pasal 44 ayat 1 Undang-undang 23 tahun 2004 ancaman 5 tahun penjara dan pasal 80 Ayat 1 Undang-Undang RI dengan ancaman hukuman 2,5 tahun penjara.
SULIT Belajar Online, Bocah Kelas 1 SD Dipukul Ortu Pakai Sapu Hingga Tewas, Dikubur Berbaju Lengkap
Jasad bocah perempuan yang dikubur dalam kondisi berbaju lengkap ternyata korban penganiayaan orangtua kandungnya sendiri.
Ironisnya bocah kelas 1 SD tersebut ternyata tewas setelah dipukul dengan sapu berkali-kali oleh orangtuanya.
Terungkap hanya karena masalah sepele, orangtua bocah perempuan itu sampai tega membunuh darah dagingnya sendiri.
Ya, hanya gara-gara sang anak kesulitan mengikuti belajar online, orangtua ini nekat menganiaya putrinya hingga tewas.
Kematian bocah malang itu bermula saat sang ibu, LH tidak sabar mengajari korban yang berusia 8 tahun atau duduk di bangku kelas 1 SD.
LH kemudian melakukan kekerasan fisik pada anak perempuan itu, mulai dari tangan kosong sampai menggunakan sapu.
• Tak Kerjakan PR, Bocah 13 Tahun Tewas Dalam Tidur Usai Dihukum Guru Squat Jump 100 Kali
• Detik-detik Meninggalnya Munir Said Thalib, Diracun di Pesawat hingga Tewas di Atas Tanah Rumania
 
Mirisnya, sang anak meninggal dunia.
Panik, orangtua menguburkan bocah tersebut masih dengan pakaian lengkap.
Peristiwa terjadi pada 26 Agustus 2020 lalu di rumah kontrakan mereka, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang.
LH mengaku saat itu ia sedang mengajarkan anaknya belajar.
Namun, sang anak membuatnya kesal karena susah diajari saat belajar online.
"Kami dalami mereka, khususnya kepada almarhum yang merupakan anak kandungnya sendiri dia merasa kesal, merasa anaknya ini susah diajarkan, susah dikasih tahu, sehingga kesal dan gelap mata," kata David kepada Kompas.com di Polres Lebak, Rangkasbitung, Senin (14/9/2020).
• Tewas Kecelakaan, Calon Pengantin Pria Buat Merinding di Unggahan Terakhir: Kubur Memangil-manggil
Menurut David, LH melakukan serangkaian tindak kekerasan, seperti mencubit, memukul tangan kosong hingga menggunakan sapu.
Ketika korban sudah tersungkur lemas, LH tidak berhenti melakukan kekerasan, bahkan memukul kepala bagian belakang tiga kali.
Mengetahui kejadian tersebut, sang suami IS sempat marah kepada LH dan berinisiatif membawa korban keluar dari rumah.
Alasannya ialah agar korban mendapatkan udara segar dan kembali sehat.
Karena kondisi sudah lemah, akhirnya korban meninggal di perjalanan.
 
"Dibawa keluar cari udara segar, anak ini kan sesak napas, harapannya bisa baikan, tapi saat dalam perjalanan meninggal dunia," kata David.
IS dan LH kemudian membawa jasad anak mereka TPU Gunung Kendeng, Kecamatan Cijaku, Lebak, Banten.
Alasannya agar mereka tidak meninggalkan jejak pembunuhan.
Ironisnya, jasad anak itu dibawa menggunakan sepeda motor.
Korban dikubur dengan pakaian lengkap di TPU Gunung Kendeng Lebak.
Keberadaan jenazah korban tersebut baru diketahui 12 September 2020 oleh warga setempat.
• Rayakan Ultah Nenek, Seorang Balita Ditemukan Tewas Setelah Terjebak di Dalam Lift, Ini Kronologinya
Kasus itu berawal dari kecurigaan warga di sekitar TPU Gunung Kendeng, Lebak.
Warga curiga lantaran tidak ada orang yang meninggal beberapa pekan terakhir di daerah mereka.
Setelah makam dibongkar oleh warga setempat, mereka terkejut mendapati sesosok mayat bocah perempuan dalam kondisi masih berpakaian lengkap.
"Awalnya berdasarkan laporan masyarakat setempat, akhirnya kita bongkar sama-sama.
Baru digali setengah, kelihatan kakinya," kata Kapolsek Cijaku AKP Zaenudin, usai penemuan mayat.
Kasat Reskrim Polres Lebak AKP David Adhi Kusuma mengemukakan, penangkapan itu didasarkan pada cangkul yang dipinjam oleh IS di hari penguburan di TPU Gunung Kendeng, Lebak.
IS sempat meminjam cangkul dari warga dan beralasan hendak menguburkan kucing.
"Kita dapat informasi dari warga karena ada yang meminjam cangkul, dari sana kami lakukan lidik," tutur David.
Menggunakan cangkul itu, pelaku mengubur anaknya dengan pakaian lengkap di lubang sedalam setengah meter.
Keduanya sudah ditetapkan sebagai tersangka dengan dengan jeratan Pasal 80 Ayat 3, UU No 35 Tahun 2104 Perubahan atas UU No 23 Tahun 2002 Tentang Lerlindungan Anak dan atau Pasal 338 KUHP.
(TribunStyle.com/Nafis)
Sebagian artikel ini sudah tayang di Kompas.com dan TribunStyle.com dengan judul Sulit Diajari Belajar Online, Bocah SD Dipukuli Sapu hingga Meninggal
• MULAI CAIR Begini Cara Cek Kuota Internet Gratis untuk Belajar Via Telkomsel, Tri, Axis dan Indosat
• 5 Video Conference, 19 Aplikasi & 401 Website Ini Bisa Diakses dengan Kuota Belajar Kemendikbud
 
							 
                 
											 
											 
											 
											