Gadis Ini Dituntut Orangtua Sendiri, Diminta Merawat Adik Bungsu Karena Ayah Ibunya 'Terlalu Miskin'
Orang tua dari wanita bernama Le Le itu membawanya ke pengadilan dan mengadu bahwa mereka terlalu miskin untuk membesarkan anak kedua mereka.
Editor: Galuh Palupi
China telah menerapkan kebijakan satu anak pada akhir 1970-an untuk membatasi pertumbuhan populasi yang cepat.
Namun para pemimpin negara khawatir populasi lansia China akan mengurangi jumlah tenaga kerja dan memperburuk masalah perawatan lansia.
Pasangan di China sekarang diperbolehkan memiliki maksimal dua anak.
Sebuah laporan oleh British Medical Journal tahun lalu mengklaim ada 5,4 juta kelahiran ekstra di China sejak kebijakan baru itu diberlakukan.
Alasan-alasan Pemerintah China Hapus Kebijakan Satu Anak
Faktor ekonomi dan menyusutnya populasi menjadi penyebab mengapa pemerintah China menghapus kebijakan satu keluarga satu anak.
Dikutip Tribunnews dari NBC News, pesatnya perekonomian China menjadi kunci utama penyebab pemerintahnya menghapus kebijakan yang sudah diberlakukan selama 40 tahun itu.
Awalnya, kebijakan itu diberlakukan untuk merespon ledakan jumlah penduduk yang terjadi di China.
Namun, melihat hasilnya, kebijakan itu malah membuat populasi menyusut.
Populasi menyusut itu kemudian memberikan dampak buruk bagi perekonomian negara tersebut, seperti kurangnya generasi muda yang menempati lapangan kerja berupah rendah.
Selain itu, melihat tradisi masyarakat Tiongkok, di mana seorang anak harus hormat dan merawat orangtuanya, anak tersebut jadi harus menanggung sendiri 'beban' untuk merawat kedua orangtuanya, sebab ia tak punya saudara.
Hal-hal tersebut menimbulkan China tidak lagi menjadi negara berorientasi pada produksi, namun konsumsi.
Seperti yang disebutkan, tenaga kerja jadi berkurang, tetapi tanggungan konsumsi bertambah.
Tak hanya membuat populasi menyusut, Washington Post mengatakan kebijakan satu anak juga membuat adanya ketidakseimbangan rasio jenis kelamin.
Jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan dikatakan lebih sedikit ketimbang yang laki-laki, karena banyak keluarga tradisional Tiongkok yang cenderung selektif memilih jenis kelamin anak.