Breaking News:

Heboh Hasil Rapid Test Pria Bukan Negatif Covid-19 Malah Reaktif Hamil, Petugas Akui Ada Kekeliruan

Heboh seorang pria menjalani rapid test tapi hasilnya malah reaktif hamil, petugas akui ada kekeliruan.

Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Suli Hanna
Kolase TribunStyle (AFP/Chaideer Mahyuddin)
Ilustrasi rapid test dan hasil tes kehamilan. 

TRIBUNSTYLE.COM - Heboh seorang pria menjalani rapid test tapi hasilnya malah reaktif hamil, petugas akui ada kekeliruan.

Diberitakan sebelumnya, seorang pria di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjalani rapid test karena memiliki riwayat perjalanan dari wilayah berisiko Covid-19.

Sembari menunggu hasilnya, pria bernama Ariyanto Boik itu tengah menjalani isolasi di rumah susun setempat.

Betapa terkejutnya Ariyanto dan keluarganya saat mendapati hasil rapid test.

Bukannya negatif atau positif Covid-19, malah reaktif hamil.

Hal itu tentu membuatnya geram dan mendatangi lokasi karantina di Rusun Ne'e, Kecamatan Lobalain, Rote Ndao.

2 Minggu Sekali, Baim Wong Terpaksa Jalani Rapid Test Covid-19, Suami Paula Verhoeven Ungkap Alasan

Sering Berpergian Saat Corona? Lihat Seberapa Besar Risiko Tertular dari Naik Mobil Hingga Pesawat

Sejumlah keluarga Ariyanto Boik datangi Rusun penampung pasien ODP Covid-19 di Kabupaten Rote Ndao, NTT, untuk memprotes hasil rapid tes.
Sejumlah keluarga Ariyanto Boik datangi Rusun penampung pasien ODP Covid-19 di Kabupaten Rote Ndao, NTT, untuk memprotes hasil rapid tes. (Kompas.com/Istimewa)

Mereka ingin meminta penjelasan dari petugas terkait hasil reaktif hamil tersebut.

Keluarga marah lantaran hasil laporan yang dikeluarkan oleh laboratorium rumah sakit setempat, bukanlah hasil tes Covid-19, melainkan hasil tes kehamilan.

Ferdinan Boik, kakak kandung Ariyanto, mengaku saat berada di lokasi tidak mendapat jawaban yang jelas dari pihak pengelola karantina terkait hasil tes tersebut.

"Petugas hanya pasrah saja. Katanya silakan lapor saja di mana pun," tuturnya dikutip dari Kompas.com, Sabtu (13/6/2020).

Hal senada juga disampaikan salah seorang anggota keluarga yang lain, Naomi Toulasik.

Ia menduga, petugas kesehatan tidak menjalankan tugas dengan baik sehingga hasil yang dikeluarkan tidak sesuai dengan tujuan pemeriksaan.

"Kami minta petugas jangan main-main dengana penyakit ini, karena sudah memakan banyak korban," kata Naomi Toulasik.

Ilustrasi petugas medis melakukan rapid test.
Ilustrasi petugas medis melakukan rapid test. (Kompas.com/Kristianto Purnomo)

Klarifikasi dari Pihak Gugus Tugas

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Kabupaten Rote Nda, Widyanto P Adhy, memberikan klarifikasi terkait hasil tes malah reaktif hamil.

Ia mengakui bahwa ada kekeliruan dalam hasil rapid test Ariyanto.

"Kami mengakui kesalahan itu dan mengoreksinya dengan menerbitkan hasil pemeriksaan laboratorium yang benar," kata dia, Sabtu (13/6/2020).

Kendati demikian, Adhy enggan memberikan penjelasan lebih rinci terkait bagaimana proses rapid test bisa berujung pada hasil yang membingungkan.

"Menurut saya, tidak penting diberitakan bagaimananya. Tapi yang sudah dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kesalahan yang sama lagi," tuturnya.

Lebih lanjut, Adhy mengaku telah melakukan pembinaan staf serta konsolidasi internal.

VIRAL KUITANSI Berobat Corona Bikin Tercengang, Mantan Pasien: Masih Berani Keluyuran Tanpa Masker?

Sebelumnya, sempat viral cerita seorang pasien sembuh Covid-19, harus rela menggelontorkan uang Rp 70 Juta demi membayar jumlah tagihan perawatan corona. 

Mantan pasien pun menyodorkan tantangan: Bagi yang masih keliaran tanpa masker, sodorin saja kuitansi tagihan ini, masih berani keluyuran? 

Mendapatkan serangkaian penanganan di sebuah RS Swasta, seorang pasien yang kini sembuh dari Covid-19 membeberkan rincian biaya yang harus dikeluarkannya. 

Tak main-main, total biaya perawatannya pun mencapai puluhan juta. 

Lantas cerita ini menjadi viral dan ramai diperbincangkan di jagat Twitter. 

Mulanya, Juno melalui akun pribadi @jtuvanyx membagikan pengalamannya dalam sebuah utas Twitter, pada Rabu (9/6/2020).

Dalam cerita tersebut, Juno juga melampirkan sebuah foto bukti biaya perawatan. 

Juno terlebih dahulu membagikan biaya perawatan Covid-19 sebelum pindah ke Wisma Atlet.

Diketahui, ia ditagih kurang lebih Rp 34 juta saat masih dirawat di sebuah RS Swasta. 

Sembari melampirkan potret rincian biaya, Juno tak lupa menuliskan keterangan untuk menjelaskan maksudnya. 

"Ini biaya perawatan gue sebelum masuk Wisma Atlet dulu.

Karena hasil swab belum keluar jadi merujuk pada diagnosa Bronchopneumonia (BP).

Kalo ada teman atau kenalan kalian yang berkeliaran di luar tanpa masker dan enggak social distancing sodorin tagihan ini aja. 

Udah siap bayar biaya-biayanya kalau kena Covid?" tulis Juno dalam unggahan Twitter-nya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan jumlah biaya tersebut termasuk biaya kamar isolasi 9 hari, obat, lab thorax dan darah, serta biaya dokter.

Bahkan, Juno menyampaikan jumlah itu bisa naik 3 kali lipat bila membutuhkan tindakan lain seperti ventilator.

"Ini aja biayanya cuma atas kamar rawat (isolasi) 9 hari, obat-obatan, lab thorax sama darah, visit dokter, udah.

Enggak ada tindakan yang gimana-gimana karena puji Tuhan gue enggak sampai sesak napas. 

Biaya bisa naik 3x lipat kalo lo butuh tindakan-tindakan, ventilator, dll

Ayo keluar aja terus di jalanan!" lanjutnya. 

Usai Juno diperbolehkan dari Wisma Atlet, diketahui ia masih harus mendapat perawatan lagi karena ada beberapa keluhan. 

Tak tanggung-tanggung, biaya tersebut mencapai Rp 36 juta.

Jadi jika ditotal biaya keseluruhan perawatan Juno di sebuah RS Swasta yakni mencapai angka Rp 70 juta.

"Nah ini juga belum perawatan paska pulang dr Wisma Atlet. Gue dirawat lagi buat ngamanin beberapa keluhan-keluhan yang bikin hidup gue ribet.

Biayanya? 36 juta sendiri.

So, total gue udah ngabisin 70 juta (untuk perawatan Covid-19),

Keluar aja lah terus ya. Foto-foto pakai sepeda di bunderan HI. Kalian tajir-tajir ya kan," terang Juno. 

 

Juno juga mengungkapkan tak ada pilihan lagi selain dirawat di RS Swasta. 

Ia terbesit muncul perasaan khawatir lantaran takut ditolak. 

"Buat gue waktu itu enggak ada pilihan selain melipir ke RS swasta,

yang mana waktu itu datang juga dengan perasaan was-was karena udah dengar beberapa orang juga ditolak sama RS swasta," tambahnya.

Menurutnya, pihak pemerintah juga telah menyediakan fasilitas gratis di rumah sakit rujukan. 

Akan tetapi, hal itu akan sulit masuk lantaran tetap harus didukung diagnosa medis.

"Buat yang pertanyakan fasilitas gratis dari pemerintah itu udah dikasih RS Rujukan kok.

Lo berobat kesana gratis, tapi ya kalau buat pasien baru yg gejalanya ringan2 aja dan belum didukung diagnosa medis suka agak susah masuk.

Lo bakal diminta ikut tes dulu. 

Buat yang positif gejala ringan bisa ke Wisma Atlet di Jakarta, buat yang positif gejala berat langsung ke RS Rujukan.

Lokasi menyesuaikan daerah masing-masing ya," jelas Juno. 

Dalam cerita yang dibagikannya, Juno menyampaikan bahwa perawatan di Wisma Atlet gratis alias tak dikenakan biaya. 

Sedangkan, biaya yang dikeluarkankannya selama perawatan di sebuah RS Swasta telah ditanggung oleh asuransi pribadi. 

(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh/Heradhyta Amalia)

Ikut Rapid Test, Pria Asal NTT Murka Bukan Negatif Covid-19 Malah Reaktif Hamil, Terungkap Faktanya

MUNGKIN 5 Hal Ini Jadi Kebijakan Baru Pasca Pandemi, Rapid Test Sebelum Terbang hingga APD Pramugari

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
Covid-19rapid testNTTAriyanto Boik
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved