MISTERI Mengapa Penumpang Pesawat Dilarang Bawa Botol Air Minum Terungkap, Ada Deretan Kisah Horor
Kenapa penumpang pesawat terbang tidak diperbolehkan membawa botol berisi air minum? Ternyata ini asal-usulnya.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNSTYLE.COM - Kenapa penumpang pesawat terbang tidak diperbolehkan membawa botol berisi air minum? Ternyata ini asal-usulnya.
Aturan ketat dalam dunia penerbangan ini memang sudah lama diberlakukan dan lazim ditemui pada maskapai rute internasional.
Maskapai penerbangan hanya memperbolehkan penumpang membawa cairan, aerosol, maupun gel di dalam tas kabin dengan volume yang tak melebihi 100 ml per barang.
Ditambah lagi, segala jenis cairan yang dibawa harus dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan dengan kapasitas 1 liter per penumpang.
Dikutip dari Mental Floss, aturan ini ternyata pertama kali ditetapkan oleh Transportation Security Administration (TSA) pada 2006 silam.
Memang, banyak penumpang yang mengeluhkan aturan ini lantaran sangat ketat dan menyusahkan.
• Impian Elon Musk Membangun Koloni di Mars Semakin Dekat, Roket SpaceX Pertama Telah Diluncurkan
• 6 Manfaat Rutin Minum Air Hangat di Pagi Hari, Mengatasi Nyeri Hingga Mengeluarkan Racun di Tubuh

Namun, badan intelijen dunia itu punya alasan yang kuat untuk tetap memberlakukannya dalam dunia aviasi internasional.
Alasan tersebut ada sangkut pautnya dengan aksi terorisme.
Pada serial dokumenter Netflix, Terrorism Close Calls, mantan wakil direktur Divisi Komunitas HUMINT (Human Intelligance) CIA, Steve Hersem, memberikan penjelasan.
Ia menjelaskan secara detail terkait asal-usul pembatasan cairan yang dibawa penumpang ke kabin pesawat.
Menurutnya, aturan tersebut berakar pada dua plot kasus terorisme.
Operasi Overt di Maskapai London
Pada tahun 2006, badan intelijen internasional secara kolaboratif menggagalkan sebuah aksi terorisme.
Upaya ini kemudian dikenal dengan Operation Overt.
Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan upaya kolaboratif dalam menggagalkan aksi Abdulla Ahmed Ali.
Ia adalah seorang warga negara Inggris yang dikenal berafiliasi dengan kelompok radikal dan teroris.
Hubungan tersebut diduga terjalin selama Ahmed Ali melakukan beberapa perjalanan ke Pakistan.
Ketika tas Ali digeledah, ditemukan bubuk minuman ringan oranye dan banyak baterai.
Dengan adanya temuan ini, badan intelijen Inggris, MI5 dengan bantuan dari Kepolisian Metropolitan London melakukan pengawasan berlapis terhadap Ahmed Ali.

Pada satu titik selama pengawasan mereka, para penyelidik menyaksikan Ali mengebor sebuah lubang dalam botol minuman ringan sehingga bisa diisi dengan cairan peledak tanpa membuka segel botol.
Hersem mengatakan bahwa jika rencana Ali itu tidak diketahui, bom dengan bahan peledak berbasis hidrogen peroksida yang diseludupkan itu mungkin saja akan meledakkan tujuh pesawat yang lepas landas dari London menuju Amerika Utara.
Ali dan komplotannya pun ditangkap pada tahun 2009 dan dihukum penjara seumur hidup.
Al-Qaeda sering Menargetkan Penerbangan
Khalid Sheikh Mohammed, otak dibalik kejadian serangan teroris 9/11 di Amerika Serikat, memiliki keponakan bernama Ramzi Yousef yang melakukan uji coba bahan peledak cair langsung di dalam pesawat terbang yang sedang beroperasi.
Kasus ini dikenal dengan istilah Bojinka Plot, terjadi pada tahun 1994.
Yousef menargetkan pesawat Philippine Airlines dengan nomor penerbangan 434 dari Manila ke Tokyo.
Ledakan yang dihasilkan menyebabkan kematian seorang penumpang serta kerusakan berupa sebuah lubang tercipta di badan pesawat.
Kendati kedua plot aksi terorisme di yang telah disebutkan itu terjadi beberapa waktu silam, pembatasan jumlah cairan dalam dunia penerbangan masih diberlakukan hingga kini.

Ancaman teroris itu nyata dan tidak akan reda.
Badan intelijen internasional terus menginformasikan bahwa Al-Qaeda, Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS), beserta afiliasinya terus menargetkan penerbangan.
Namun, kenapa penumpang masih diperbolehkan membawa cairan dalam jumlah sedikit?
Menurut TSA, membatasi jumlah cairan menjadi beberapa wadah mini, lalu dimasukkan lagi ke dalam plastik berkapasitas 1 liter, dapat mencegah risiko ledakan terjadi.
Ukuran wadah cukup menghalangi potensi cairan (jika cairan itu bahan peledak) untuk meledak di dalam pesawat terbang.
Sebagai alternatif, penumpang bisa membawa botol kosong, lalu mengisinya dengan air minum setelah melewati proses pemeriksaan.
Cara lainnya adalah dengan membeli air minum yang disediakan oleh maskapai.
(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)
• 12 Bandara Paling Menakjubkan di Seluruh Dunia, Ada Hutan Pohon Palem di Dalam
• 4 Poin Kunci Mengatasi Pandemi Corona dari Taiwan, Negara Pertama yang Tutup Penerbangan dari Wuhan