MISTERI Mengapa Penumpang Pesawat Dilarang Bawa Botol Air Minum Terungkap, Ada Deretan Kisah Horor
Kenapa penumpang pesawat terbang tidak diperbolehkan membawa botol berisi air minum? Ternyata ini asal-usulnya.
Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Agung Budi Santoso
Ia adalah seorang warga negara Inggris yang dikenal berafiliasi dengan kelompok radikal dan teroris.
Hubungan tersebut diduga terjalin selama Ahmed Ali melakukan beberapa perjalanan ke Pakistan.
Ketika tas Ali digeledah, ditemukan bubuk minuman ringan oranye dan banyak baterai.
Dengan adanya temuan ini, badan intelijen Inggris, MI5 dengan bantuan dari Kepolisian Metropolitan London melakukan pengawasan berlapis terhadap Ahmed Ali.

Pada satu titik selama pengawasan mereka, para penyelidik menyaksikan Ali mengebor sebuah lubang dalam botol minuman ringan sehingga bisa diisi dengan cairan peledak tanpa membuka segel botol.
Hersem mengatakan bahwa jika rencana Ali itu tidak diketahui, bom dengan bahan peledak berbasis hidrogen peroksida yang diseludupkan itu mungkin saja akan meledakkan tujuh pesawat yang lepas landas dari London menuju Amerika Utara.
Ali dan komplotannya pun ditangkap pada tahun 2009 dan dihukum penjara seumur hidup.
Al-Qaeda sering Menargetkan Penerbangan
Khalid Sheikh Mohammed, otak dibalik kejadian serangan teroris 9/11 di Amerika Serikat, memiliki keponakan bernama Ramzi Yousef yang melakukan uji coba bahan peledak cair langsung di dalam pesawat terbang yang sedang beroperasi.
Kasus ini dikenal dengan istilah Bojinka Plot, terjadi pada tahun 1994.
Yousef menargetkan pesawat Philippine Airlines dengan nomor penerbangan 434 dari Manila ke Tokyo.
Ledakan yang dihasilkan menyebabkan kematian seorang penumpang serta kerusakan berupa sebuah lubang tercipta di badan pesawat.
Kendati kedua plot aksi terorisme di yang telah disebutkan itu terjadi beberapa waktu silam, pembatasan jumlah cairan dalam dunia penerbangan masih diberlakukan hingga kini.

Ancaman teroris itu nyata dan tidak akan reda.
Badan intelijen internasional terus menginformasikan bahwa Al-Qaeda, Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS), beserta afiliasinya terus menargetkan penerbangan.