Breaking News:

VIRAL Hujan Es Batu Berbentuk Virus Corona, Benarkah Peringatan Tuhan? Ini Kata Ahli Meteorologi

Seperti siratkan pesan dari Tuhan untuk tetap berada di rumah, terjadi hujan es yang bentuknya menyerupai virus corona.

Penulis: Gigih Panggayuh Utomo
Editor: Agung Budi Santoso
Kolase TribunStyle (Facebook Backyard Anahuac Eventos, Pixabay)
Hujan es batu mirip bentuk virus corona. 

TRIBUNSTYLE.COM - Seperti siratkan pesan dari Tuhan untuk tetap berada di rumah, terjadi hujan es yang bentuknya menyerupai virus corona.

Fenomena hujan es batu yang berbentuk menyerupai virus corona terjadi di Meksiko.

Itu terjadi di negara bagian Nuevo Leon, Meksiko Utara.

Seseorang membagikan penampakan es batu yang menyerupai bentuk virus corona itu ke media sosial.

Beberapa warga beranggapan bahwa hal itu adalah pesan dari Tuhan agar tetap berada di rumah.

Es yang turun dari langit itu berbentuk mahkota berduri, hampir mirip dengan bentuk virus penyebab Covid-19.

Setelah Ada 6 Gejala Baru, Virus Corona Miliki 2 Tanda Positif Lain: Halusinasi Hingga Sulit Bicara

TOLAK Pakai Masker, Akhirnya Terkuak Rahasia Donald Trump Cegah Corona, Banyak Beredar di Indonesia

Hujan es mirip virus corona.
Hujan es mirip virus corona. (Facebook Backyard Anahuac Eventos)

Foto-foto penampakan es batu tersebut pun viral di media sosial.

Salah satu yang mengunggahnya adalah akun Facebook Backyard Anahuac Eventos pada Minggu (17/5/2020).

Sementara itu, dilansir dari Mirror, ahli meteorologi dan konsultan World Meteorologist Organization, Jose Miguel Vinas, mengatakan bentuk es batu itu cukup normal.

Menurutnya, hal tersebut sebenarnya sering terjadi dalam badai besar.

"Di dalam badai, batu es akan mulai sebagai bentuk bola kecil dan menumpuk lapisan es di atasnya," kata Miguel Vinas.

Ia menjelaskan bahwa ketika badai besar, sangat memungkinkan batu es bertabrakan dan saling menyatu.

Hujan es mirip bentuk virus corona.
Hujan es mirip bentuk virus corona. (Facebook Backyard Anahuac Eventos)

"Selama badai yang sangat kuat ketika batu es sudah cukup besar dan menabrak, banyak dari mereka bersatu, saling menghancurkan dan menumbuk satu sama lain, membentuk paku es," jelas Miguel Vinas.

"Jadi yang jatuh adalah piringan es yang tergencet, hancur menjadi bentuk itu oleh pukulan keras atau peleburan batu es berukuran berbeda, yang menghasilkan bentuk bintang ini," imbuhnya.

Salah satu pengguna media sosial bernama Darlene memberikan komentar.

"Kemarin terjadi hujan es corona. Tuhan menurunkannya untuk mengingatkan agar tetap di rumah saja," tulisnya.

Hujan es batu berbentuk virus corona.
Hujan es batu berbentuk virus corona. (Facebook Backyard Anahuac Eventos)

Komentar lain, dari CM Móni, berkata, "Apakah ini pesan bawah sadar dari pencipta kita?"

Sebagain besar penduduk setempat meyakini jika bentuk hujan es layaknya virus corona tersebut sebagai pesan dari Sang Kuasa.

Beberapa warga menganggap bahwa Sang Pencipta melalui hujan es berbentuk virus corona ini meminta agar para penduduk tetap berwaspada.

Salah satunya dengan tetap patuh pada peraturan pemerintah untuk tetap berada di rumah selama pandemi virus corona.

Virus Corona Berasal dari Kelelawar atau Kebocoran Laboratorium Wuhan? Teka-teki Akhirnya Terjawab

Sementara itu, penelitian mengenai virus corona terus dilakukan oleh para peneliti di berbegai belahan dunia.

Bagaimana virus corona berevolusi dan menyebar adalah pertanyaan yang menyebabkan perdebatan banyak orang.

Hal ini pun memicu spekulasi tentang muasal virus yang sedang menjadi pandemi di penjuru bumi.

Dahulu memang sempat beredar dugaan bahwa virus ini berasal dari kelelawar.

Namun, baru-baru ini, muncul teori yang menyebutkan virus corona menyebar berawal dari kebocoran laboratorium di Wuhan.

 

Ilustrasi kelelawar.
Ilustrasi kelelawar. (Shutterstock)

Sebuah penelitian baru di China seolah-olah menampik dugaan tersebut.

Para peneliti menemukan virus yang mirip dengan SARS-CoV-2 pada kelelawar.

Dikutip dari Science Alert, Selasa (12/5/2020), peneliti menemukan mutasi virus yang berkembang secara alami, bukan gen buatan.

"Sejak ditemukannya SARS-CoV-2, ada sejumlah teori tak berdasar yang menyebut virus tersebut berasal dari laboratorium," kata ahli mikrobiologi Shandong First Medical University, Weifeng Shi.

"Secara khusus, telah diusulkan penyisipan S1 / S2 sangat tidak biasa dan mungkin merupakan indikasi manipulasi laboratorium. Makalah kami menunjukkan dengan sangat jelas bahwa peristiwa ini terjadi secara alami pada satwa liar. Ini memberikan bukti kuat bahwa SARS-CoV-2 bukan buatan laboratorium," imbuhnya.

Ilustrasi peneliti virus corona.
Ilustrasi peneliti virus corona. (AFP/Ed Jones)

Virus RmYN02 pada Kelelawar Mirip dengan Virus Penyebab Covid-19

Oleh tim peneliti tersebut, virus yang ditemukan pada kelelawar itu diberi nama RmYN02.

Temuan ini adalah hasil identifikasi terhadap 302 sampel dari 227 kelelawar.

Sampel dikumpulkan di Provinsi Yunnan, China, pada paruh kedua 2019.

Setelah menganalisis sampel virus dari kelelawar ini, tim peneliti mampu mengungkap dua genom virus corona yang hampir lengkap, yakni RmYN01 dan RmYN02.

RmYN01 hanya memiliki kecocokan rendah dengan SARS-CoV-2.

Sementara RmYN02 sangat mirip dengan SARS-CoV-2, terlebih adanya kesamaan sisipan asam amino di persimpangan subunit (S1 dan S2) protein lonjakannya.

Meskipun memiliki kesamaan, bukan berarti RmYN02 adalah leluhur langsung dari virus yang menyebabkan COVID-19 di seluruh dunia.

Kecocokan gen untuk domain pengikatan reseptornya sangat rendah, hanya 61,3 persen.

Perbedaan mendasarnya yakni RmYNo2 tak memiliki bagian penting dari genom SARS-CoV-2 yang berperan dalam mengikat virus corona ke sel manusia.

Akan tetapi, menemukan genom virus corona baru sangat membantu untuk mengetahui bagaimana SARS-CoV-2 berevolusi menjadi seperti sekarang ini.

Ilustrasi kelelawar.
Ilustrasi kelelawar. (Pixabay)

"Studi kami menegaskan kembali bahwa kelelawar, khususnya genus Rhinolophus (kelelawar tapal kuda), adalah reservoir (sarang) alami yang penting untuk virus corona dan saat ini menampung kerabat terdekat SARS-CoV-2, meskipun gambaran ini dapat berubah dengan meningkatnya pengambilan sampel satwa liar," tulis tim Weifeng Shi dalam studinya.

Para peneliti juga mengonfirmasi bahwa RmYNo2 pada kelelawar tapal kuda Melayu merupakan kerabat terdekat SARS-CoV-2.

Kendati demikian, Weifeng mengatakan bahwa kemungkinan ada lebih banyak virus di luar sana yang memiliki kecocokan.

Menurutnya, masih ada celah dalam proses evolusi virus-virus tersebut.

"Masih ada celah evolusi antara virus-virus ini. Tetapi penelitian kami sangat menyarankan bahwa pengambilan sampel lebih banyak spesies satwa liar akan mengungkapkan virus yang bahkan lebih dekat hubungannya dengan Sars-CoV-2 dan bahkan mungkin leluhur langsungnya, yang akan memberi tahu kita banyak tentang bagaimana virus ini muncul pada manusia," tutur Weifeng.

(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)

APAKAH Vaksin Corona Ampuh Mencegah Covid-19 pada Manusia? Lihat Hasil Uji Coba pada 6 Monyet Ini

Deretan Petugas Medis Ini Berkorban Nyawa Tangani Corona, Dua Wanita Gugur Dalam Kondisi Hamil

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
virus coronaCovid-19Tuhan
Rekomendasi untuk Anda

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved