Viral Hari Ini
Di Balik Pandemi Corona, Nasib Miris Ratusan Bayi Terlantar Tanpa Orangtua Terkuak, Ada Bisnis Gelap
Pandemi yang sedang terjadi justru nenguak nasib miris ratusan bayi yang terlantar tanpa orangtua, disebut karena ada bisnis gelap ini.
Penulis: Dhimas Yanuar Nur Rochmat
Editor: Agung Budi Santoso
Sehingga sejak saat itu orangtua bayi-bayi tersebut harus puas hanya dengan melihat bayi mereka melalui foto dan panggilan video.
Ada pula orangtua yang tidak dapat meninggalkan Ukraina usai 'mengumpulkan' bayi mereka, karena penerbangan telah ditangguhkan.
Seperti yang dialami oleh orangtua asal Spanyol, Rafa Aires.
Selain itu, istrinya tidak dapat pergi bersamanya lantaran pekerjaan.
"Setiap hari saya melakukan panggilan video dengan istri saya selama satu jam atau satu setengah jam baginya untuk melihat bayi itu. Ini sangat sulit," ungkapnya.
Namun menurutnya perawat dan tenaga medis hotel luar biasa dalam membantunya sehingga lebih memudahkannya.
Praktik orangtua pengganti memang tidak dilarang di Ukraina.

Ibu pengganti dapat menerima hingga £ 14.000 atau sekitar Rp 250.000.000.
Klinik di negara tersebut menawarkan harga yang kompetitif dibanding negara lain.
Mengutip CNN, terjadi lonjakan permintaan di Ukraina pada 2015 setelah beberapa negara di Asia melarang praktik ini.
Peristiwa terdamparnya bayi-bayi dalam bisnis tersebut tanpa orangtua pun kembali membangkitkan perdebatan tentang etika surrogacy komersial atau bisnis sewa rahim.
Denisova sendiri telah menjadi salah satu kritikus industri sewa rahim ini.
Ia mengatakan dalam sebuah posting Facebook bahwa video BioTexCom menunjukkan industri surrogacy Ukraina mengiklankan bayi sebagai 'produk berkualitas tinggi' kepada calon orang tua.
"Anak-anak di Ukraina tidak boleh menjadi korban perdagangan manusia," tulis Denisova, seraya menambahkan bahwa dia mengusulkan untuk mengubah undang-undang agar hanya orang Ukraina yang menggunakan layanan tersebut.
Namun, sementara ini Denisova dari ombudsman hak asasi manusia parlemen Ukraina, mengatakan bahwa dia bekerja dengan Kementerian Luar Negeri negara itu untuk membantu orangtua bayi-bayi itu mendapatkan izin untuk memasuki Ukraina, yang perbatasannya ditutup karena pandemi coronavirus.