Virus Corona
VIDEO Warga Woeda Makan Ubi Beracun Mengandung Sianida Gara-gara Corona: Ini Bencana Luar Biasa!
Tak ingin mati sia-sia di tengah pandemi corona, warga Woedoa NTT terpaksa makan ubi beracun mengandung sianida. Simak videonya.
Editor: Monalisa
TRIBUNSTYLE.COM - Stok makanan mulai menipis, warga Woedoa, NTT terpaksa memakan ubi beracun.
Parahnya ubi yang akan disantap oleh warga Woedoa Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo NTT ini ternyata mengandung sianida.
Memakan ubi beracun mengandung sianida terpaksa dilakukan warga Woedoa demi bertahan hidup di tengah pandemi virus corona.
Tak banyak yang bisa dilakukan oleh warga Woedoa selain mengolah ubi beracun sianida ini sebagai makanan mereka selama Covid-19.
TribunStyle.com melansir dari PosKupang.com, warga Woedoa terpaksa mengolah ubi beracun sianida itu sedemikian rupa sebagai pengganti nasi.
Ubi beracun itu adalah Ubi Gadung (Dioscorea Hispida) yang mengandung racun sianida.
• VIRAL Temuan Baru Covid-19 di Korea Selatan, Ditemukan Ratusan Pasien Virus Corona Positif Palsu
• 5 KISAH PILU Ojek Online Makin Sengsara karena Wabah Corona, Diusir dari Kontrakan Hingga Bunuh Diri

Warga setempat biasa menyebut ubi beracun tersebut adalah Odo atau Ondo.
Ondo memang menjadi pilihan terakhir bagi warga sebagai pengganti nasi karena jenis pangan lainnya sudah mulai menipis bahkan sudah habis.
Warga Woedoa, Isabela Suwo (46), mengatakan, hampir setiap tahun ia dan suaminya menggali Odo di hutan namun tidak banyak.
Tahun ini sangat kesulitan karena Covid-19 sehingga hampir setiap orang di Desa Woedoa menggali Odo dan mengolahnya menjadi makanan.
Menurut Isabela, akibat pandemi Covid-19 warga kesulitan mendapatkan bahan makanan.
Pasar dan akses transportasi ditutup sehingga kesulitan menjual hasil bumi dan lainnya.
Padahal tahun sebelumnya warga bisa bertahan hidup dengan menjual hasil bumi seperti jagung, pisang, sayur-Sayuran, kelapa, kemiri dan lainnya di pasar.
• VIRAL Bocah 8 Tahun Dijemput Petugas Medis Karena Corona, Ada 12 Anggota Positif, 1 Orang Meninggal
Isabela mengatakan proses pengolahan Odo sangat lama dan harus benar-benar mengikuti langkah-langkah yang biasa dilakukan pada tahun sebelumnya.
Biasanya mengolah Odo memakan waktu dua hingga tiga hari baru bisa dimakan dan jangan sampai salah mengolahnya.