Virus Corona
Serangan Virus Corona di Ekuador, Mayat Hanya Dibungkus Plastik dan Bergelimpangan di Pinggir Jalan
Jumlah kasus dan kematian menjadikan Ekuador sebagai negara Amerika Latin yang paling terpukul dengan serangan COVID-19.
Editor: Ika Putri Bramasti
"Kita harus mengatakan yang sebenarnya," katanya dalam sebuah pidato bulan lalu.
"Kita tahu bahwa dalam hal infeksi dan kematian, jumlahnya terlalu rendah. Tidak ada pengujian yang cukup," ujarnya.
Rumah Sakit Penuh dan Kekurangan Dokter
Eduardo Herdocia, yang baru 18 bulan keluar dari sekolah kedokteran, mengatakan ia saat ini merawat sekitar 200 pasien yang ia yakini terinfeksi virus corona, berdasarkan gejala pernapasan mereka.
Tetapi karena kurangnya pengujian, hanya sekitar dua lusin yang didiagnosis positif.
Karena rumah sakit Guayaquil dipenuhi pasien Covid-19 yang dikonfirmasi, kemudian Herdocia memutuskan untuk melayani panggilan ke rumah.
"Banyak dari pasien ini membutuhkan perawatan rumah sakit, tetapi rumah sakit dan seluruh sistem perawatan kesehatan sudah penuh," kata Herdocia, yang berusia 26 tahun.
Dia mengatakan pernah membawa pasien dan berkeliling kota sepanjang malam untuk mencari rumah sakit, tetapi tidak ada ruang.
Herdocia tidak dapat memenuhi semua permintaan telepon dari orang-orang yang membutuhkan pertolongan medis darinya.
Bahkan, sering ketika dia tiba di rumah orang yang membutuhkan pertolongan, beberapa dari mereka sudah meninggal.
"Kamu merasa tidak berdaya," katanya.
Orang-orang Pulang dari Spanyol
Situs npr.org memberitakan, munculnya Guayaquil (kota terbesar di Ekuador) sebagai episentrum corona berasal dari beberapa faktor.
Di antaranya, banyak pelajar pertukaran dan pekerja migran yang tinggal di Italia dan Spanyol pulang pada bulan Maret 2020.
Saat mereka pulang, Italia dan Spanyol sedang berada pada puncak serangan virus corona.
Selain itu, Guayaquil adalah rumah bagi daerah kumuh yang luas.