Virus Corona
MERUSAK Paru-paru, Benarkah Virus Corona Bisa Bisa Kambuh Lagi pada Pasien Sembuh? Lihat Faktanya
Selain merusak paru-paru hingga 20-30 persen, benarkah virus corona bisa hidup kembali pada organ pasien yang sudah sembuh?
Penulis: Dhimas Yanuar Nur Rochmat
Editor: Agung Budi Santoso
Sementara yang paling dikhawatirkan ilmuwan adalah virus ini kemungkinan hanya tertidur dalam tubuh manusia ketika pasien dinyatakan sembuh, dan masih bisa hidup selama puluhan tahun kemudian.
Penelitian itu dilakukan oleh Universitas Yale yang menyatakan, adanya kerusakan jantung, hati, pada pasien Covid-19.
"Covid-19 bukan hanya gangguan pernapasan," kata Dr Harlan Krumholtz, seoranga ahli jantung di Universitas Yale.
"Ini bisa memperngaruhi jantung, hati, ginjal, otak, sistem endokrin dan sistem darah," tambahnya.

• Nekat Curi Kompor di Sekolah yang Libur karena Corona, Maling Tinggalkan Jejak ini di Papan Tulis
• Sepelekan Virus Corona, Pesta Ultah Berujung Petaka, Belasan Tamu Positif Covid-19, 3 Orang Tewas
Peradangan dan respon kekebalan tubuh telah berkaitan dengan penyakit stroke dan serangan jantung.
Para peneliti juga mengkhawatirkan virus ini bisa tertidur dan hidup di tubuh manusia selama puluhan tahun.
Lalu, hidup kembali dengan cara yang sama sebagaimana virus herpes menyebabkan cacar air dan muncul kembali sebagai herpes zoster.
Menurut Los Angeles Times, belum ada yang selamat dalam jangka panjang dari penyakit ini.
Di China korban pertamanya kambuh lagi hanya tiga bulan lebih sedikit menderita virus corona.
Sementara para dokter masih sibuk merawat pasien yang masih sakit, dan masih memantau 370.000 orang yang berhasil disembuhkan.
Dokter juga khawatir, jika beberapa organ dalam manusia tidak lagi berfungsi dengan baik dan pulih setelah terinfeksi virus corona.
Ini bisa membuat pasien lebih rentan selama beberapa bulan ke depan ketika virus corona belum ada vaksinnya.
"Saya pikir ada gejala sisa jangka panjang," Kata Dr Joseph Brennan ahli jantung dari Yale.
"Saya tidak tahu, tetapi penyakit ini sangat luar biasa, sehingga beberapa orang menghadapi masalah kesehatan yang berkelanjutan," katanya.
Meski demikian, penelitian ini masih perlu mengembangkan efek berkelanjutan dari virus corona yang kemungkinan tertidur dalam tubuh manusia.