Virus Corona
Diberi Bantuan Beras 10 kg Saat Darurat Corona, Warga Agam Kompak Kembalikan, Ternyata Ini Alasannya
Diberi bantuan beras sebanyak 10 kg,warga Agam justru kompak menolak. Tak disangka ini penyebabnya.
Editor: Monalisa
TRIBUNSTYLE.COM - Aksi pengembalian beras bantuan di tengah pandemi virus corona oleh warga Agam, Sumatera Barat tengah jadi sorotan.
Warga Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, berbondong-bondong mengembalikan bantuan beras Pemerintah Kabupaten Agam untuk masyarakat yang terdampak wabah Covid-19.
Tak hanya puluhan, tapi ratusan warga Agam memilih untuk mengembalikan bantuan beras tersebut meski kondisi masih darurat virus corona.
Sontak aksi pengembalian bantuan beras oleh warga Agam ini langsung menjadi sorotan publik.
Pasalnya di tengah darurat virus corona, warga Agam justru dengan rela mengembalikan bantuan beras tersebut.
Sikap tersebut begitu kontras dengan warga lainnya yang justru menerima dengan senang hati bantuan beras maupun sembako.
• Petinggi Sunda Empire Sesumbar Mampu Hentikan Corona: Saya Lagi Penelitian dengan Intelijen Dunia
• UPDATE Corona Nasional 13 April 2020, Jawa Timur Lonjakan Pasien Covid-19 Terbanyak, Ada 119 Kasus

Setelah diusut ternyata warga Agam mengembalikan bantuan beras itu bukan karena ada persoalan.
Tak disangka ada alasan mulia di balik pengembalian bantuan beras tersebut.
Rupanya mereka merasa masih berkecukupan dan ingin berbagi dengan warga lain yang lebih membutuhkan.
"Ada sekitar 130 kepala keluarga yang mengembalikan beras 10 kilogram ke kecamatan.
Mereka ingin berbagi," kata Camat Malalak Riki Eka Putra saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/4/2020).
• Ditemukan 6 Virus Corona Baru di Kelelawar, Ada Potensi Mutasi & Pindah Ke Manusia Seperti Covid-19?
Riki menyebutkan, berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) 2019, ada 873 kepala keluarga yang berhak menerima bantuan.
Sebanyak 238 KK berhak mendapatkan masing-masing 10 kilogram beras dan 635 KK mendapatkan masing-masing 20 kilogram beras dari total 15,08 ton beras bantuan Pemkab Agam.
"Namun data tersebut banyak berubah.
DTKS itu tahun 2019, sementara tahun ini sudah berubah.
Akhirnya warga berinisiatif ingin membantu sesama dengan mengembalikan berasnya," kata Riki.
Menurut Riki, dari 130 KK yang mengembalikan beras itu, tercatat ada 1,3 ton beras yang terkumpul kembali.

"Beras yang terkumpul kembali itu kita serahkan kembali ke warga yang lebih membutuhkan," kata Riki.
Riki mengatakan, inisiatif warga untuk mengembalikan beras tersebut sangat diapresiasi.
Sebab, hal tersebut memperlihatkan bahwa warga Malalak sangat kompak dan rela saling membantu.
"Ini membuktikan kekompakan dan toleransi warga sudah sangat baik.
Kita berharap kekompakan ini terus terjaga," kata Riki.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul Warga Agam Kembalikan Beras Bantuan Terkait Covid-19, Ini Sebabnya

Curhat Warga Sekawul Pasca Menolak Jenazah Corona: Kami Takut Bila Sakit Tak Ada yang Mau Merawat
Di saat warga Agam kompak saling tolong menolong di tengah wabah corona, kini warga Sewakul justru tengah mendapat kecaman pedas dari publik.
Aksi penolakan pemakaman jenazah perawat RSUP Kariadi Semarang yang positif virus corona kini berimbas pada warga setempat.
Setelah aksi penolakan jenazah perawat korban virus corona viral di media sosial, kini warga Sewakul, Ungaran, Jawa Tengah turut terkena imbasnya.
Puluhan karangan bunga dukacita sengaja dikirim oleh beberapa pihak sebagai aksi protes atas sikap warga Sewakul yang menolak pemakaman jenazah korban virus corona.
Tak hanya itu perwakilan dari ikatan perawat Indonesia pun telah memutuskan untuk membawa kasus penolakan jenazah seorang perawat korban virus corona ke ranah hukum.
Alhasil tiga orang yang diduga sebagai provokator aksi penolakan warga atas jenazah korban Covid-19 ini pun ditetapkan sebagai tersangka.
Kini warga Sewakul, UngaranBarat, Kabupaten Semarang pun mengaku merasa menyesal.
• MERUSAK Paru-paru, Benarkah Virus Corona Bisa Bisa Kambuh Lagi pada Pasien Sembuh? Lihat Faktanya
• UPDATE Corona Nasional 13 April 2020, Jawa Timur Lonjakan Pasien Covid-19 Terbanyak, Ada 119 Kasus

Beberapa warga pun mulai merasa khawatir tak akan mendapatkan layanan kesehatan yang baik akibat dari kasus penolakan tersebut.
Soleh, warga Sewakul, mengatakan sebenarnya tidak semua menolak pemakaman tersebut.
"Kejadian itu membuat nama Sewakul jadi buruk, padahal yang menolak itu hanya oknum yang mengaku perwakilan warga," ujar Soleh di TPU Siwarak, Sewakul, Minggu (12/4/2020).
Dampak yang paling terasa, lanjutnya, saat ini adanya kecaman di media sosial.
"Itu tidak hanya dirasakan individu-individu, tapi semua warga Sewakul," ujarnya.
• Ditemukan 6 Virus Corona Baru di Kelelawar, Ada Potensi Mutasi & Pindah Ke Manusia Seperti Covid-19?
Namun yang paling dikhawatirkan adalah bila suatu saat ada yang membutuhkan layanan kesehatan dan melihat KTP sebagai warga Sewakul.
"Kami takut juga bila sakit tidak ada yang mau merawat atau saat berobat ditolak," ungkapnya.
Dia meminta kepada seluruh perawat agar tidak menyamakan perilaku warga.
"Kami jujur minta maaf atas kejadian tersebut kepada para perawat di seluruh Indonesia.
Jangan semua disamakan, karena penolakan itu dilakukan oleh oknum," paparnya.

Sementara Ketua RW 08 Sewakul, Daniel Sugito mengungkapkan keluarga almarhum Nuria Kurniasih sudah meminta izin kepada dirinya yang juga menjabat sebagai ketua TPU.
"Sudah diizinkan, kami juga mengajak pengurus makam mengajak penggali liang kubur," jelasnya.
Dia juga mengirim pesan kepada ketua RT di RW 08 untuk menginformasikan adanya pemakaman tersebut.
Namun, tiba-tiba ada sekelompok orang menolak pemakaman tersebut.
Alasannya, banyak mobil dan orang yang menggunakan alat pelindung diri (APD).
"Saya sudah menjelaskan jenazah ini punya hak yang sama untuk dimakamkan di sini.
• Jejak Kekejaman Kim Jong Un, Tembak Mati Pasien Virus Corona Hingga Eksekusi Menteri Ketiduran
Apalagi ayah dan pakdenya juga dimakamkan di sini. Tapi perwakilan masyarakat ini tiba-tiba menolak," jelasnya.
Setelah diskusi, keluarga almarhum memutuskan untuk memindah pemakaman ke Kompleks Pemakaman Bergota.
"Kami sudah berupaya agar almarhum bisa dimakamkan di sebelah ayahnya, namun tidak jadi terlaksana," ungkap Daniel.
Seperti diketahui, Nuria Kurniasih, perawat di RSUP Dr. Kariadi meninggal dunia pada Kamis (9/4/2020) karena terpapar Covid-19.
Jenazahnya yang akan dimakamkan di TPU Sewakul mendapat penolakan dari warga.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul Warga Sewakul Khawatir Tak Dapat Pelayanan Kesehatan Setelah Insiden Penolakan Pemakaman Perawat