Virus Corona
FAKTA yang Didapatkan Ilmuwan Dunia Setelah 3 Bulan Teliti Virus Corona: Jaga Jarak, Masker, Vaksin
Ini sejumlah fakta yang didapatkan ilmuwan dunia setelah 3 bulan meneliti tentang virus corona: jaga jarak tak cukup, perdebatan masker, dan vaksin.
Penulis: Dhimas Yanuar Nur Rochmat
Editor: vega dhini lestari
TRIBUNSTYLE.COM - Ini sejumlah fakta yang didapatkan ilmuwan dunia setelah 3 bulan meneliti tentang virus corona: jaga jarak tak cukup, perdebatan masker, dan vaksin.
Virus corona semakin merajalela di berbagai negara di dunia.
Bahkan jumlah kasus terinfeksi virus corona di dunia telah mencapai 1,3 juta orang, dengan hampir 75 ribu korban meninggal.
Dalam laporan Worldometer menyebutkan 285 ribu orang telah sembuh dari virus corona Covid-19, namun masih ada sekitar 47 ribu manusia yang dalam keadaan kritis.
Di Indonesia sendiri virus corona telah merenggut nyawa 209 warga, dengan jumlah penderita 2491.
Berbagai penelitian telah dilakukan, meski banyak ilmuwan yang masih belum bisa menyimpulkan gejala dan pengaruh virus corona secara menyeluruh.
Namun selama 3 bulan terakhir para ilmuwan kesehatan telah berusaha untuk mengetahui bagaimana virus corona bekerja, dan kenapa semudah ini untuk menyebar dan mewabah.
Dilaporkan BBC2 dan dilansir dari DailyMail, simak beberapa informasi terkini dari ilmuwan dunia yang meneliti tentang virus corona berikut.
• Mencegah Lebih Baik dari Mengobati! Ternyata Corona Bisa Ditangkal, Ini 5 Fakta Kelemahan Covid-19
• 4 Cara untuk Mencegah Penyebaran Covid-19 Ketika Pulang dari Bepergian, Simak Imbauan dari BNPB

Jaga jarak apa sudah cukup?
Panduan social distancing atau physical distancing yang ada di dunia dan Indonesia sekarang adalah sekitar dua meter.
Namun ternyata panduan ini diduga berdasarkan pada percobaan dari tahun 1930-an yang mengatakan bahwa cairan yang keluar dari mulut seperti batuk atau bersin memiliki jarak mencapai 2 meter.
Namun pemahaman mungkin saja sudah ketinggalan zaman.
Dalam sebuah percobaan yang akan ditunjukkan yang dipimpin oleh Eksekutif Kesehatan dan Keselamatan Inggris, batuk dalam ilustrasi seberapa jauh partikel virus corona menyebar.
Dalam demonstrasi itu, cairan yang dicampur dengan pewarna di bawah sinar ultraviolet menunjukkan tetesan mencapai satu ruangan uji coba sebesar 6-8 meter.
"Anda melihat ribuan tetesan keluar dari mulut Violet (alat demonstrasi), beberapa cairan mencapai langit-langit dan dinding jauh, yang setidaknya berjarak dua meter," kata Dr Guddi Singh.
"Beberapa cairan ini mendarat di tangan saya, meskipun saya tidak berada di jalur batuk secara langsung. Jika tetesan ini mengandung virus, saya akan terinfeksi. Ini sangat menular."
Dalam penelitian lain menunjukkan bahwa batuk dan bersin bukan saja yang perlu dikhawatirkan.
Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional bergengsi di AS baru-baru ini memperingatkan bahwa virus corona bisa disebarkan oleh kabut halus yang dihasilkan manusia ketika berbicara dan bernapas.
• Belum Ada Bukti Peliharaan Tularkan Virus Corona Ke Manusia, Begini Cara Hindarkan Hewan Dari Virus
• Pandemi Corona, Kemenag Rilis Surat Edaran Ibadah Ramadan: Bagaimana Nasib Tarawih hingga Bukber?

Masker bisa melindungi?
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, masyarakat yang sehat dapat menggunakan masker kain tiga lapis untuk mencegah penularan Covid-19.
Namun, masker jenis ini hanya dapat menangkal virus hingga 70 persen.
"Sesuai hasil penelitian, masker kain dapat menanagkal virus sebesar 70 persen," kata Wiku saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu (5/4/2020).
Namun dalam penelitan lain mengatakan bahwa virus masih bisa menyebar pada saat memakai masker apapun, kecuali masker khusus anti virus.
Banyak ilmuwan dunia mengaku skeptis dengan orang sehat yang memakai masker.
Ada kekhawatiran ketika tangan yang terkontaminasi justru malah menyebarkan ketika masker menghentikan pergerakan virus.
Ditambah lagi ilmuwan juga mengatakan bahwa virus corona masih bisa memasuki tubuh manusia melalui celah di sisi masker dan mata.
• Virus Corona Masih Mewabah, Presiden Jokowi Imbau Warganya Wajib Memakai Masker
• Pemerintah Wajibkan Semua Orang Pakai Masker, Ini Beda untuk yang Sehat, Sakit Hingga Tenaga Medis

Orang tanpa gejala atau silent spreader
Di Indonesia sendiri telah membuat satu kategori baru tentang orang tanpa gejala terinfeksi virus corona atau silent spreader.
Penyebaran Covid-19 oleh orang-orang yang tidak menunjukkan gejala adalah salah satu alasan virus ini sangat berbahaya.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science menyimpulkan bahwa 86 persen dari kasus positif virus corona adalah tidak memiliki gejala atau ringan.
Negara-negara seperti Islandia dan Korea Selatan telah melaporkan sejumlah besar kasus adalah orang tanpa gejala.
Di Korea Selatan, 40,2 persen dari mereka yang berusia 20 hingga 29 tahun termasuk dalam kelompok OTG.
Tidak diketahui mengapa beberapa orang tidak menunjukkan gejala padahal terinfeksi virus corona tersebut.
Bahkan disebutkan tak hanya orang yang rentan yang sepertinya terdampak parah karena virus corona, anak-anak dan orang muda harus waspada akan virus corona ini.

Vaksin di seluruh dunia baru bisa siap sekitar 1 tahun
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan, konsorsium riset yang telah dibentuk terkait penanganan Covid-19 tengah mengembangkan vaksin untuk mengatasi penyakit ini.
Namun, proses pengembangan vaksin membutuhkan waktu minimal satu tahun.
Sehingga, hal itu menjadi skala prioritas jangka menengah dan panjang yang dilakukan oleh konsorsium.
"Untuk vaksin misalkan, itu dibutuhkan waktu paling tidak saat ini minimal satu tahun.
Kecuali, barangkali ada vaksin yang sudah dikembangkan di luar dan bisa diproduksi di Indonesia," ucap Bambang saat memberikan keterangan di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (7/4/2020).
Meski demikian, ia menambahkan, konsorsium yang terdiri atas sejumlah lembaga riset, Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes, serta perguruan tinggi itu tidak tinggal diam.
Dalam jangka pendek, konsorsium akan mengembangkan suplemen dan menguji obat yang diyakini dapat membantu mempercepat proses penyembuhan pasien Covid-19.
Untuk diketahui, dilansir dari berbagai sumber, vaksin virus corona telah dikembangkan oleh berbagai pihak dan berbagai negara termasuk Amerika, Jerman, Jepang, Korea Selatan.
Untuk Amerika Serikat, dilaporkan telah menguji purwarupa vaksin pada beberapa warganya, namun pengujian skala besar masih harus dilakukan.
Untuk di Jepang sendiri, obat Avigan akan masih didoroang untuk penanganan pertama bagi yang terinfeksi. (Tribunstyle/Dhimas Yanuar).
• Waspada! 70 Persen Kasus Corona di Indonesia Muncul dari Orang Tanpa Gejala, Wajib Patuhi Aturan Ini
• Lockdown Selesai Ribuan Warga Padati Lokasi Wisata, Ahli: Babak Baru Virus Corona Akan Datangi China