Ribuan Ekor Babi Mati Mendadak di Bali, Gara-gara Virus Ganas, Peternak Belum Berani Isi Kandang
Geger wabah kematian babi secara mendadak di Bali sejak bulan Desember 2019 membuat peternak bingung.
Editor: Ika Putri Bramasti
Diakuinya, peternak babi sangat cemas dan bingung dengan keadaan ini.
Apalagi pemerintah belum mengumumkan hasil laboratorium mengenai penyebab kematian babi yang kini menembus angka lebih dari 1.000 ekor di seluruh Bali.
Tedja menambahkan, omzet warung babi guling di Desa Cepaka turun hingga 40 persen.
Dampak lainnya, terjadi pencemaran lingkungan karena oknum tertentu membuang bangkai babi ke Sungai Tukad Penet yang berbatasan dengan Kabupaten Badung.
"Jadi banyak sekali aspek yang dirugikan, baik individu, ekonomi publik, hingga ke lingkungan. Kami berharap pemerintah bisa memecahkan masalah ini," harapnya.
Kecemasan juga melanda Gusti Putu Winiantara, peternak asal Desa Gubug, Tabanan.
Dia setiap hari harus menyemprotkan disinfektan dua kali untuk induk babinya sebanyak 40 ekor agar tetap sehat.
Biaya operasional makin besar. Ia memerlukan Rp 25 Juta untuk pakan, obat, dan lainnya dalam sebulan.
"Semoga virusnya tak menyebar sampai ke sini," kata Winiantara.
Dia mengharapkan pemerintah ambil langkah tegas dan cepat. Apalagi mobilitas peredaran ternak babi di Bali sangat cepat.
Jangan sampai wabah menyebar ke semua wilayah karena banyak peternak buru-buru menjual babinya karena takut alami kerugian lebih besar lagi.
"Kami harap ini disikapi serius bukan menutupi dengan dalih akan berdampak ke pariwisata. Justru ini akan menjadi bumerang.
Sektor pariwisata itu harus didukung peternakan yang baik, alam yang baik, keamanan baik, dan sektor lainnya juga baik. Jika kondisinya seperti ini, wisatawan mana yang akan datang ke Bali?" kata Winiantara.
Belum Berani Isi Kandang
Pantauan Tribun Bali di Banjar Semana, Desa Mambal, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung menunjukkan banyak kandang babi kosong, tak seekor babi pun yang masih tersisa.