Pernyataan BMKG Terkait Ancaman Gempa dan Tsunami 20 Meter di Pantai Selatan Jawa
"Kita harus jujur mengakui dan menerima kenyataan bahwa wilayah kita memang rawan gempa dan tsunami," ungkapnya seperti dilansir Kompas.com.
Editor: Triroessita Intan Pertiwi
Meski begitu, Daryono menegaskan bahwa besarnya magnitudo gempa yang disampaikan para pakar adalah potensi bukan prediksi.
Karena ini potensi, Daryono pun tidak bisa memprediksi kapan bencana tersebut akan terjadi.
"Tak ada satu pun orang yang tahu," tegas Daryono.
Oleh sebab itu, di tengah ketidakpastian dan ketidaktahuan, dia menegaskan pentingnya proses mitigasi.
Baik itu mitigasi struktural maupun mitigas non struktural.
Caranya, "dengan membangun bangunan aman gempa, melakukan penataan tata ruang pantai yang aman dari tsunami, serta membangun kapasitas masyarakat terkait cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami."
Daryono menyebut ini adalah risiko tinggal dan menumpang hidup di pertemuan batas lempeng.
"Mau tidak mau, suka tidak suka, inilah risiko yang harus kita hadapi," tutur Daryono.
Tak hanya itu, Daryono juga mengatakan, masyarakat tidak perlu cemas dan takut.
• Potensi Gempa & Tsunami Hebat di Selatan Jawa, BMKG: Risiko Menumpang Hidup di Batas Lempeng
Lebih lanjut, Daryono menyebut bahwa semua informasi potensi gempa dan tsunami harus direspons dengan langkah nyata dengan cara memperkuat mitigasi.
Dengan begitu, "Kita dapat meminimalkan dampak, sehingga kita tetap dapat hidup dengan selamat, aman, dan nyaman di daerah rawan gempa."
Menurutnya, gempa bumi dan tsunami di Pantai Selatan Jawa, juga di wilayah Indonesia lainnya, adalah keniscayaan.
"Yang penting dan harus dibangun adalah mitigasinya, kesiapsiagaannya, kapasitas stakeholder dan masyarakatnya, maupun infrastruktur untuk menghadapi gempa dan tsunami yang mungkin terjadi," pungkasnya.

Potensi gempa megathrust
Sebelumnya, pakar Tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko memprakirakan gempa megathrust berpotensi terjadi di selatan Pulau Jawa.