Makna di Balik Julukan 'Goodfather of Broken Heart' dari Anak-anak Muda untuk Didi Kempot
Sosok Agus inilah yang kemudian memberi julukan "Godfather of Broken Heart" bagi Didi Kempot.
Editor: Ika Putri Bramasti
Sosok Agus inilah yang kemudian memberi julukan "Godfather of Broken Heart" bagi Didi Kempot.
TRIBUNSTYLE.COM - Legenda musik campursari, Didi Kempot, belakangan namanya sering jadi perbincangan.
Namun menariknya, Didi Kempot ini jadi perbincangan di kalangan anak muda, padahal musik campursari biasanya identik dengan musik bapak-bapak dan ibu-ibu atau orang yang lebih tua.
Anak-anak muda yang menyebut diri mereka sebagai "Sobat Ambyar", "Sadboy", "Sadgirl" ini mendaulat Didi Kempot sebagai "Godfather of Broker Heart" dengan panggilan "Lord Didi".
Semua nama dan julukan itu berawal dari lagu-lagu Didi Kempot yang hampir semuanya menceritakan tentang kesedihan dan kisah patah hati.
Salah satu pencetus julukan-julukan baru bagi para penggemar Didi Kempot ini adalah Jarkiyo.
Dikutip dari Kompas.com, Jarkiyo menceritakan semua ini berawal dari sebuah video nonton konser Didi Kempot yang ia unggah di akun media sosialnya.
Dengan penuh penghayatan, Jarkiyo bersama beberapa temannya ikut menyanyikan tembang “Cidro” yang tengah dibawakan Didi Kempot, ketika itu di Taman Balekambang, Solo.
Jarkiyo menuliskan beberapa sebutan seperti “Surakarta Sad Boy Club”, “Bapak Loro Ati Nasional”, dan “Lord Didi”.
“Saya pun merekam tidak punya impian akan memviralkan ini, tidak sama sekali. Memang benar-benar natural, pada akhirnya alam yang membantu kita, reaksinya seperti ini,” kata Jarkiyo.
Salah satu hal yang membuat videonya melejit adalah karena dibagikan ulang oleh seorang seleb Twit bernama Agus Magelangan dalam thread panjang di akun Twitter miliknya @AgusMagelangan.
“Yang nge-upload teman saya, tapi videonya dari saya, terus disamber Mas Agus. Malam-malm setelah nonton capek, tidur, bangun-bangun notif-ku benar-benar banyak,” ujar Jarkiyo.
Sosok Agus inilah yang kemudian memberi julukan "Godfather of Broken Heart" bagi Didi Kempot.
Dari sini, Jarkiyo menyimpulkan, untuk bisa membuat sesuatu yang besar, dibutuhkan seseorang yang menjadi pemantik, seperti apa yang dilakukan Agus Magelangan.
“Sebelum video itu booming, mungkin orang-orang muda masih malu-malu buat nonton datang ke konser Didi Kempot, tapi ketika akeh koncone, loro ati akeh koncone (punya banyak teman patah hati), semua berubah,” kata dia.