Breaking News:

Kasus Mutilasi

Tak Hanya Sugeng, Warga Sebut Kelainan Jiwa Juga Dialami Keluarga Pelaku Mutilasi Pasar Besar Malang

Tak hanya Sugeng, warga sebut keluarga pelaku mutilasi di Pasar Besar Malang juga memiliki sifat aneh.

TribunStyle.com Kolase/Suryamalang.com.id
Tulis pesan di telapak kaki korban mutilasi di Malang dengan cara menato, pelaku gunakan alat ini 

TRIBUNSTYLE.COM - Tak hanya Sugeng, warga sebut keluarga pelaku mutilasi di Pasar Besar Malang juga memiliki sifat aneh.

Pelaku mutilasi pada sosok mayat wanita yang ditemukan di Pasar Besar, Malang, Sugeng disebut memiliki gangguan jiwa oleh mantan tetangganya di Jodipan Wetan Gang III RT 04 RW 06 Kota Malang.

Tak hanya Sugeng, rupanya indikasi gangguan jiwa ini juga dialami oleh keluarganya yang lain.

Hal ini dituturkan Narko (51) tetangga yang rumahnya berdempetan dengan rumah Sugeng.

"Sugeng ini dari dulu selalu bikin gempar warga. Bahkan, Sugeng juga pernah diusir dari sini (Jodipan) sekitar 7-8 tahun lalu," tukas Narko, dikutip TribunStyle.com dari Surya.co.id, Jumat (17/5/2019).

TERUNGKAP Cara Sugeng Tato Telapak Kaki Korban Mutilasi Pasar Besar Malang, Pakai Jarum & Palu

Menurut keterangannya, Sugeng sudah sejak lama memiliki kelainan.

Tidak hanya Sugeng, tapi beberapa anggota keluarganya juga memiliki sifat aneh sepertinya.

Riwayat Sugeng Pelaku Mutilasi di Pasar Besar Malang, Pernah Sadis Aniaya Istri hingga Bawa Senjata
Riwayat Sugeng Pelaku Mutilasi di Pasar Besar Malang, Pernah Sadis Aniaya Istri hingga Bawa Senjata (Surya Malang)

"Sepertinya gangguan ini sudah menggaris di keluarganya. Buktinya keluarganya saja sudah tidak tahu menahu," tambahnya.

Lebih lanjut, Narko menjelaskan Sugeng selalu membuat ulah di masa lalu.

Bahkan, Narko pernah melaporkan Sugeng ke polisi karena hampir membakar rumahnya pada 2011 silam.

Akan tetapi, Sugeng bebas dari jeratan hukum karena pernah masuk di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lawang.

Kasus mutilasi di Pasar Besar Malang
Kasus mutilasi di Pasar Besar Malang (Polres Malang Kota)

Hal tersebut membuat polisi enggan menangkap Sugeng.

Bukan Pembunuh, Sugeng Pelaku Mutilasi di Malang Bisa Lepas dari Hukuman, Ini Alasan Polisi

"Sugeng ini kalau berbicara sama orang normal modelnya seperti orang gila. Tapi, kalau pihak Rumah Sakit Jiwa yang mengajak berbicara dia kayak orang normal. Itu yang membuat RSJ tidak membawanya," terang Narko.

Sementara itu, Muhammad Luthfi (46), Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan mengatakan, Sugeng dulu merupakan warga Jodipan.

Sugeng dulu tinggal bersama keluarganya di Jodipan bersama dengan kedua orang tuanya.

Setelah rumah yang ditinggali Sugeng dibeli oleh ayah Lutfhi, Sugeng akhirnya meninggalkan Jodipan.

Polisi saat mengevakuasi potongan tubuh seorang wanita yang ditemukan di area parkir lantai 2 Pasar Besar Kota Malang, Selasa (14/5/2019)
Polisi saat mengevakuasi potongan tubuh seorang wanita yang ditemukan di area parkir lantai 2 Pasar Besar Kota Malang, Selasa (14/5/2019) (Dok Polres Malang Kota)

"Sekitar 7-8 tahun lalu, rumah Sugeng dibeli ayah saya. Saya juga tidak tahu, kenapa rumah itu sampai dibeli. Setelah itu, keluarga Sugeng entah tinggal di mana," ucapnya.

Sejak saat itu, Sugeng jarang sekali terlihat bersliweran di kampung.

Sugeng lebih banyak terlihat di pinggir jalan, tepatnya di daerah Jalan Gatot Subroto hingga sekitaran Pasar Besar.

Kata Lutfhi , baru sekitar 5 bulan ini Sugeng kembali terlihat di Jodipan.

Dia tidur di samping rumah kosong yang terletak di Jalan Jodipan Wetan Gang Ill RT 02 RW 06.

Sebelum Dimutilasi Sugeng, Ini Penyakit yang Menyebabkan Korban Mutilasi di Malang Meninggal Dunia

Di rumah itu pula, Sugeng menulis beberapa tulisan aneh.

Termasuk menyebut nama Tuhan dan nama beberapa keluarganya.

"Keluarga Sugeng ini banyak, namun kebanyakan memiliki kelainan juga. Seperti yang dialami Sutoyo, kakak Sugeng yang sudah tidak mau tau lagi dengan tetangga kanan kiri," ucapnya.

Kata Lutfhi, Sugeng juga sering berinteraksi dengan anak-anak kecil.

Dia suka menyapa anak-anak, dan anak-anak di sini juga tidak ada yang takut sama Sugeng karena sering diajak bercanda.

Lutfhi mengaku, bahwa di setiap tulisan yang Sugeng tulis di tembok seperti ada kata-kata dendam.

"Entah itu dendam dengan warga, keluarganya, atau merasa seperti dikucilkan setelah diusir warga," terangnya.

Karena dianggap memiliki gangguan kejiawaan, pihak kepolisian rencananya akan memberikan pendampingan terhadap Sugeng.

Kapolres Malang Kota AKBP Asfuri mengatakan, Sugeng nantinya akan didampingi dokter maupun psikiater.

"Rencananya, yang bersangkutan akan kami beri pendampingan agar ada yang menemani ketika dilakukan penyelidikan," ucapnya.

Seperti dikabarkan sebelumnya, Sugeng ditangkap setelah tim K-9 Polres Malang Kota melibatkan anjing pelacak dalam penyisiran pnecarian pelaku pada Rabu (15/5/2019).

Sugeng yang dulu tinggal di wilayah Jodipan Kota Malang disebut pernah memotong lidah sang pacar.

Warga di kampung Jodipan juga mengenal Sugeng sebagai sosok yang negatif.

Ia kerap membuat ulah di wilayah tersebut.

Dalam pengakuannya saat diinterogasi polisi, Sugeng mengaku diminta korban untuk melakukan mutilasi.

(TribunStyle.com / Salma Fenty)

Sumber: TribunStyle.com
Tags:
TribunStyle.comSugengmutilasiPasar BesarMalangNarkoRumah Sakit JiwapolisiMuhammad LuthfiAKBP Asfuri
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved