Cemas karena Obesitas Membuat Pria 23 Tahun ini Turunkan Berat Badannya Hingga 70 kg dalam 9 Bulan
Seorang pria asal New Zealand mengaku berhasil menurunkan berat badannya hingga 70 kg, ini kiatnya.
Editor: Archieva Nuzulia Prisyta Devi
TRIBUNSTYLE.COM – Di usianya yang 23 tahun, Ben Pamment sudah tidak punya alasan lagi.
Warga Selandia Baru dengan tinggi 1,8 meter ini menemukan dirinya saat menimbang beratnya lebih dari 141 kg, dan ia pun mengalami kecemasan dan depresi.
Meskipun ia menderita cedera lutut bertahun-tahun sebelumnya, ia tidak bisa lagi memikirkan alasan untuk menjadi tidak sehat.
• 5 Efek Samping Diet Rendah Karbohidrat, Jangan terlalu Memaksakan Diet
Tetapi, setelah ‘putus’ dengan sahabatnya, yaitu gula, ia melakukan transformasi penurunan berat badan yang mengejutkan, yaitu sebanyak 70 kg dalam sembilan bulan yang singkat, dan mendapati dirinya dalam kondisi mental yang jauh lebih sehat.
“Hidup saya sebelum semuanya terjadi sangat sulit,” kata Pammet kepada Men’s Health.
“Berat saya selalu sekitar 115 kg, jadi saya selalu lebih besar. Saya tidak pernah melihatnya dengan cara seperti itu, ya itulah saya, begitu yang saya katakan kepada teman dan keluarga.”
Cedera lutut yang dideritanya di awal usia 20-an menjadikannya sebuah alasan untuk keluar dari segala hal dalam hidupnya.
“Saya hanya akan duduk dan menunggu sesuatu yang baik terjadi pada saya, daripada keluar dan melakukan sesuatu untuk mengubah situasi,” katanya.
Masa menunggu sesuatu yang lebih baik untuk datang ini berlangsung selama lebih dari dua tahun.
Pada waktu itu, kata Pammet, ia mengembangkan kecemasan dan depresi yang serius di mana saya menutup diri dari dunia, lalu makanan dan gula menjadi dua sahabat saya.”
Hingga pada suatu hari, Pammet bangun dan merasa sudah cukup. Dia lelah sendirian, tanpa teman, dan kehilangan kehidupan yang dengan cepat melewatinya.
Satu hal yang harus dia atasi adalah ketakutan keluarga dan teman-temannya yang menilai tubuh barunya yang lebih besar.
“Saya selalu menghindari acara keluarga dan pergi keluar karena mereka belum melihat apa yang saya alami bertahun-tahun, mengalami pelecehan tubuh melalui kebiasaan buruk dan makan,” katanya.
Namun, rasa takut ini akhirnya menjadi katalisator untuk mendorong dirinya menjadi versi terbaik mutlak dirinya.