Kisah Keluarga Terjebak Banjir di Ruas Tol Ngawi-Kertosono, Teriakan Tak Didengar Menangis Putus Asa
Kisah keluarga terjebak banjir di ruas tol Ngawi-Kertosono, teriakan tak didengar menangis putus asa.
Editor: Triroessita Intan Pertiwi
Berencana mengungsi
Sebelum terjebak banjir di pinggir ruas tol Ngawi-Kertosono, Arif bersama adiknya dan dua keponakannya sebenarnya ingin mengungsi ke Dusun Klumpit yang memiliki dataran tinggi lewat underpass tol.
Mereka mengungsi setelah tempat tinggalnya sudah digenangi air banjir setinggi lutut orang dewasa sejak Kamis (7/3/2019) pukul 09.00 WIB.
Namun, air banjir besar sudah memenuhi underpass tol. "Untuk sampai ke dusun Klumpit kami harus melewati jalan tol. Karena dusun kami dan dusun Klumpit dipisahkan oleh jalan tol," kata Arif.
Ia mengajak Arina bersama dua anaknya setelah lebih awal menyelamatkan bapaknya bersama sapinya. Tidak ada jalan lain, Arif mengajak Arina dan dua keponakannya mengambil jalur lain.
Ia memilih jalur persawahan sepanjang 750 meter untuk bisa menyeberang tol menuju dataran tinggi di Klumpit.
Perkiraan Arif mengambil jalur persawahan yang dikiranya kedalamannya tidak dalam ternyata salah. Saat berada di awal persawahan kedalamannya hanya selutut. Namun mendekati tol luapan banjir bandang makin besar hingga ketinggiannya mencapai leher.
Melihat kondisi air makin tinggi dan deras, Arif tak gegabah. Ia meminta Arina, adiknya agar berpegangan erat sebuah pohon sambil menjaga Khamim yang ditaruh dalam ember hitam besar.
Sementara dirinya sambil menggendong Sifa di leher mencoba mencari jalan yang genangan airnya tidak dalam.
Namun rupanya nasib berkata lain. Saat berada pagar kawat berduri sebagai pembatas tol arus banjir makin deras. Arif yang panik kemudian mulai berteriak meminta pertolongan.
Ia mencoba menaruh keponakannya di tiang beton pagar pembatas jalan tol. Tapi Arif tak tega karena tiang pagar banyak dihinggapi ular dan serangga. "Saya takut kalau nanti Sifa kena sengat serangga atau digigit ular," jelas Arif.
15 menit berteriak minta tolong, tidak ada yang menghiraukan
Begitu pula dengan Arina. Bersama Khamim anaknya yang masih balita, ibu dua anak itu juga ikut berteriak meminta pertolongan. Teriakan Arina dan Arif seperti saling bersahutan.