Breaking News:

Kisah Keluarga Terjebak Banjir di Ruas Tol Ngawi-Kertosono, Teriakan Tak Didengar Menangis Putus Asa

Kisah keluarga terjebak banjir di ruas tol Ngawi-Kertosono, teriakan tak didengar menangis putus asa.

Kompas.com / Facebook
Kisah keluarga terjebak banjir di ruas tol Ngawi-Kertosono, teriakan tak didengar menangis putus asa. 

 Berencana mengungsi

 Arina Fitroh (35), warga Dusun Sumberejo, Desa Kersikan, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur menjelaskan tentang kronologis saat dia terjebak banjir di pinggir ruas tol Ngawi-Kertosono pada Kamis (7/3/2019).

Arina Fitroh (35), warga Dusun Sumberejo, Desa Kersikan, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur menjelaskan tentang kronologis saat dia terjebak banjir di pinggir ruas tol Ngawi-Kertosono pada Kamis (7/3/2019). (KOMPAS.com/MUHLiS AL ALAWI )

Sebelum terjebak banjir di pinggir ruas tol Ngawi-Kertosono, Arif bersama adiknya dan dua keponakannya sebenarnya ingin mengungsi ke Dusun Klumpit yang memiliki dataran tinggi lewat underpass tol.

 Mereka mengungsi setelah tempat tinggalnya sudah digenangi air banjir setinggi lutut orang dewasa sejak Kamis (7/3/2019) pukul 09.00 WIB.

Namun, air banjir besar sudah memenuhi underpass tol. "Untuk sampai ke dusun Klumpit kami harus melewati jalan tol. Karena dusun kami dan dusun Klumpit dipisahkan oleh jalan tol," kata Arif.

Ia mengajak Arina bersama dua anaknya setelah lebih awal menyelamatkan bapaknya bersama sapinya. Tidak ada jalan lain, Arif mengajak Arina dan dua keponakannya mengambil jalur lain.

Ia memilih jalur persawahan sepanjang 750 meter untuk bisa menyeberang tol menuju dataran tinggi di Klumpit.

Perkiraan Arif mengambil jalur persawahan yang dikiranya kedalamannya tidak dalam ternyata salah. Saat berada di awal persawahan kedalamannya hanya selutut. Namun mendekati tol luapan banjir bandang makin besar hingga ketinggiannya mencapai leher.

Melihat kondisi air makin tinggi dan deras, Arif tak gegabah. Ia meminta Arina, adiknya agar berpegangan erat sebuah pohon sambil menjaga Khamim yang ditaruh dalam ember hitam besar.

Sementara dirinya sambil menggendong Sifa di leher mencoba mencari jalan yang genangan airnya tidak dalam.

Namun rupanya nasib berkata lain. Saat berada pagar kawat berduri sebagai pembatas tol arus banjir makin deras. Arif yang panik kemudian mulai berteriak meminta pertolongan.

Ia mencoba menaruh keponakannya di tiang beton pagar pembatas jalan tol. Tapi Arif tak tega karena tiang pagar banyak dihinggapi ular dan serangga. "Saya takut kalau nanti Sifa kena sengat serangga atau digigit ular," jelas Arif.

 15 menit berteriak minta tolong, tidak ada yang menghiraukan

 Arina Fitroh dan Arif menunjukkan baju, selimut dan jaket yang diberikan pasangan Nanda Sapto Wati dan Aiptu Sujadi setelah menyelamatkan keduanya bersama dua anaknya terjebak banjir di pinggir tol Ngawi-Kertosono di kediamannya pamannya di Magetan, Jumat (8/3/2019) malam.

Arina Fitroh dan Arif menunjukkan baju, selimut dan jaket yang diberikan pasangan Nanda Sapto Wati dan Aiptu Sujadi setelah menyelamatkan keduanya bersama dua anaknya terjebak banjir di pinggir tol Ngawi-Kertosono di kediamannya pamannya di Magetan, Jumat (8/3/2019) malam. (KOMPAS.com/MUHLIS AL ALAWI )

Begitu pula dengan Arina. Bersama Khamim anaknya yang masih balita, ibu dua anak itu juga ikut berteriak meminta pertolongan. Teriakan Arina dan Arif seperti saling bersahutan.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Tags:
Tol Ngawi - KertosonoMagetanNgawiArif Rosidi
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved