Breaking News:

Kisah Mengharukan

Kisah Pilu Zulfarhan yang Mimpi Jadi Perwira Tapi Malah Tewas Dibully & Disetrika Teman-temannya

Calon perwira nyawanya melayang sia-sia gara-gara dibully dan disetrika teman-temannya hingga tewas.

Karim Raslan
Hawa memasang foto almarhum anak lelakinya, Zulfarhan Osman, sebagai screensaver di ponsel. (Karim Raslan) 

TRIBUNSTYLE.COM - Pada 1 Juni 2017 tepatnya pukul 11.30, Zulkarnain Idros, pengemudi taksi berusia 53 tahun, menerima panggilan telepon.

Panggilan tersebut dari petugas Universitas Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM), tempat anak laki-lakinya yang paling tua, Zulfarhan Osman (21), menuntut ilmu untuk menggapai impiannya menjadi seorang Angkatan Laut.

 “Anak Anda telah meninggal,” ujar petugas di telepon kepada Zulkarnain.

Suasana seketika menjadi hening.

 “Apa yang terjadi?”

 “Anak Anda meninggal terbakar,” begitu jawab suara di ujung telepon. 

Ketika Hawa Osman, istri Zukarnain yang berusia 54 tahun mendengar berita tersebut, air matanya langsung membanjiri wajahnya. “Allah, anak saya…”

10 Hal Tak Terduga Bikin Lelaki Mandul, Sulit Bisa Menghamili Wanita, No 7 Paling Sering Terjadi

Awalnya, petugas universitas tersebut membacakan nomor identitas militer milik Zulfarhan melalui telepon. Karena merasa tidak terima dan tidak percaya adanya kabar buruk tersebut, sang ayah meminta nomor identitas kartu tanda penduduknya.

"Pikiran saya seperti tidak karuan" kata Zulkarnain yang memiliki wajah bulat. "Saya terus berpikir bahwa itu semua hanyalah sebuah kesalahan. Mungkin saja itu anak orang lain? Saya perlu melihat dengan mata kepala saya sendiri. "

Tengah malam itu juga, Zulkarnain, Hawa dan ketiga anak mereka yang masih kecil berangkat dari rumah mereka di Johor, Malaysia bagian selatan, untuk melakukan perjalanan sejauh 300 km ke Rumah Sakit Serdang di Kajang, Selangor.

Hawa, dengan ekspresinya yang emosional dan sedih mengingat bagaimana dirinya telah menduga ada sesuatu yang tidak beres sebelum telepon tersebut.

 “Anak saya selalu menelpon setiap malam, tetapi saya sudah tidak menerima panggilan teleponnya lebih dari sepekan. Saya pikir mungkin karena telepon selulernya hilang. Beberapa hari kemudian, saya sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres,” tutur Hawa.

Akhirnya pada pukul 3 dini hari, keluarga Zukarnain tiba di rumah sakit Serdang. Petugas UPNM datang menemui mereka.

Sayangnya, mereka tidak langsung diizinkan untuk melihat jenazahnya hingga pukul 9 pagi, seolah membiarkan mereka melewati waktu yang sangat menyakitkan selama enam jam.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Tags:
Johor
Rekomendasi untuk Anda
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved