Kental dengan Adat Jawa, 7 Momen Siraman Kahiyang Ayu Sukses Bikin Haru, Apalagi No. 4, Sedih Abis!
Sebelum acara akad nikah dan resepsi, pada Selasa (7/11/17) siang, Kahiyang telah lebih dulu menjalankan prosesi siraman.
Penulis: Fathul Amanah
Editor: Fathul Amanah
Makna dodol dawet diambil dari cendol yang berbentuk bundar, diartikan sebagai lambang kebulatan kehendak orang tua menikahkan anaknya.
Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan kreweng (pecahan genting) bukan dengan uang.
Hal itu menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi.
Di prosesi ini, pembeli adalah ibu sedangkan yang menerima pembayaran adalah ayah.
Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah, bahwa sebagai suami istri harus saling membantu.
Di balik itu ada juga makna jenaka dari acara ini yaitu simbolisasi kalau esok hari pada saat akad nikah dan resepsi, tamu-tamu yang datang akan sebanyak dan seramai jualan cendol/dawet tersebut.
6. Dulang Pungkasan

Di penghujung acara, Kahiyang Ayu yang telah berganti busana menerima uang kreweng hasil penjualan dodol dari Ibunda.
Prosesi ini melambangkan pengajaran sang Ibu tentang bagaimana hidup mandiri dan mengatur nafkah dalam kehidupan pernikahan.
Dulang pungkasan atau suapan terakhir serta cium sayang dari kedua orang tua mengakhiri rangkaian acara siraman adat Jawa ini.
7. Foto Keluarga

Usai acara siraman tersebut, tak lupa Kahiyang berfoto bersama dengan anggota keluarganya lengkap.
Tak hanya ayah dan ibunya saja, tetapi juga ada sang kakak Gibran Rakabuming Raka yang didampingi istri dan anaknya, serta tampak pula sang adik bungsu, Kaesang Pangarep.
Senyum manis dan ekspresi bahagia terlihat jelas dari keluarga satu ini.
(TribunStyle.com/Fathul Amanah)